.. maafkan Den, dan terima kasih ..
siang tadi, disaat makammu telah sepi, saya datang sendiri seperti yang saya inginkan,
tidak ada seorangpun diantara kita, kamu dan saya .. ujung kerudung saya basah,
sebasah tanah merah dan kelopak mawar yang menimbuni jasadmu ..
ada sepasang kembar-mayang disitu, pertanda engkau masih lajang ..
sungguh, ada penyesalan sangat dalam bahwa tak ada berita yang sampai pada saya tentang saat saat terakhirmu di RS dimana empat hari kamu menunggu keajaiban bahwa
akan ada teman temanmu yang datang menjenguk ..
sebuah keinginan diakhir hayat yang seharusnya mudah terpenuhi, namun sayang kesibukan menyita perhatian temantemanmu,
andai saja berita sakitmu sempat lewat di telponku ..
diatas tanah basah ini seolah kita duduk berhadapan seperti halnya hari hari kita
dikampus PuncakVila Tidar itu .. tawamu yang khas dan kehangatan hati kamu yang
mampu menyebar diruang kerja kita dulu ..
" pakabar Den?" ... kamu tersenyum lebar dengan wajah bersih cerah ..
" maaf ya Den, aku terlambat datang .. " , kamu masih tersenyum lebar ..
" sudah bertemu papamu?" .. lagi lagi wajahmu sangat ceria dan mengangguk kecil ..
" masih ingat Den, saat kamu minta untuk tidak kukirim dinas memakai pesawat? sejauh apapun kamu sanggup jalani asal dengan KA atau kapal laut?" hahaha engkau tertawa ..
tetapi saat aku mundur dari kampus kita, 2010, aku dengar engkau sudah berani kemana mana dengan pesawat, wow... aku bangga!
saya ingat betapa saat aku resign, engkau adalah salah satu dari sekian banyak yang memintaku untuk tidak pergi, namun sebuah jabatan dan gaji prestisius tidaklah mampu mencegahku karena telah menyentuh masalah prinsip ..
( dari kamu saya mendapat info saat itu, bahwa jabatan dan meja kursi kerja yang saya tinggalkan ternyata kosong tak terisi selama hampir dua tahun.
saya diam diam merasa mendapat kehormatan, ah Den, andai saja semuanya berjalan seperti yang semestinya mungkin kita masih seatap seperjuangan, namun hidup kadang memang harus memilih, dan saya telah jatuhkan pilihan untuk pergi meski berat,
saat itu engkau adalah saksimata betapa sebuah prinsip itu mahal dan tak terbeli uang dan saya tidak akan pernah menggadaikannya dengan apapun dan semenggiur apapun ... )
( dari kamu saya mendapat info saat itu, bahwa jabatan dan meja kursi kerja yang saya tinggalkan ternyata kosong tak terisi selama hampir dua tahun.
saya diam diam merasa mendapat kehormatan, ah Den, andai saja semuanya berjalan seperti yang semestinya mungkin kita masih seatap seperjuangan, namun hidup kadang memang harus memilih, dan saya telah jatuhkan pilihan untuk pergi meski berat,
saat itu engkau adalah saksimata betapa sebuah prinsip itu mahal dan tak terbeli uang dan saya tidak akan pernah menggadaikannya dengan apapun dan semenggiur apapun ... )
juga mamamu yang hari ini bersimbah tangis saat kami berpelukan, beliau bangga bercerita bahwa dalam perjalanan perjalanan dinas darat engkau sering menggantikan pak sopir kita untuk mengemudi jarak jauh, wow ..
( ingat Den, dulu hal itu sering aku lakukan terutama didaerah Jawa Tengah, aku bangga engkau "napak tilas" ...) .. tetapi Den, begitu hancur hati saya mendengar cerita beliau betapa hari hari terakhirmu di RS engkau selalu melihat kepada jam dinding dan
berharap ada teman teman kampus yang menjenguk,
sebuah harapan sia sia hingga akhir hayat dan aku sangat marah mendengarnya ...
bagaimana mungkin ini terjadi?
kalau saja kita masih seruangan kerja seperti empat tahun kebersamaan itu,
pasti harapanmu itu tidak sia sia ..aku sungguh tidak habis mengerti ..
lalu Den, aku ingat pameran demi pameran kita disegenap pelosok tanah air, yang menguras tenaga, pikiran dan biaya, namun melihat hasilnya yang terus tumbuh dari tahun ke tahun, dari angkatan ke angkatan yang lain, rasanya perjuangan dan kerjakerasmu sungguh tidak sia sia,
engkau seorang hard-worker yang luar biasa !
aku tahu kita tidak selalu sependapat, aku sadar kadang aku terlalu keras dan disiplin pada kalian semua, tim kita, mungkin aku termasuk leader yang memakai tangan besi,
maaf Den,
pasti aku punya banyak perikata dan laku yang kadang menyakiti kamu,
tetapi percayalah, aku lakukan semuanya untuk tujuan yang lebih besar : kampus kita saat itu !
ingat disaat aku memaksamu dalam banyak hal yang engkau masih kurang PD, aku bilang
" Yes, you can!" yang akhirnya engkau coba dan memang bisa bahkan
akhirnya engkau sudah menggelinding sendiri dan
saya saksikan betapa presentasi demi presentasi plus promosi dari provinsi ke provinsi yang lain sudah bisa kau tangani sendiri sepenuhnya, luar biasa!!
saya telah pernah berikan tongkat itu kepadamu Den, dan engkau begitu cerdas dan tangkas memainkannya, saya bangga kepadamu Den !
juga ada saat saat lain dimana engkau datang sebagai anak yang curhat kepada ibundanya dengan bermacam permasalahan pribadimu hingga
pernah engkau tersengguk menangis, ah Den, saya seolah kehilangan anak saya sendiri ..
juga ada saat saat lain dimana engkau datang sebagai anak yang curhat kepada ibundanya dengan bermacam permasalahan pribadimu hingga
pernah engkau tersengguk menangis, ah Den, saya seolah kehilangan anak saya sendiri ..
tetapi saat ini, ternyata engkau mendahuluiku dalam perjalanan abadimu ..
saya merasa begitu kehilangan karena tidak ada saat berpamitan itu.kalau saja kita masih seruangan seperti dulu pasti saya tidak akan tahan memandangi bangku dan mejakerjamu yang kosong dan kertas kertas kerjamu yang penuh diatasnya ..
Nina dan Ita pasti merasakan hal yang sama saat ini, betapa ruang kerja itu akan
sudah berbeda untuk selamanya ..
engkau meninggalkan lubang yang tak pernah lagi bisa terisi, dan saya akan membawa nama kamu dalam setiap doa doa saya agar kamu mendapatkan tempat terindah disisiNYA,amin ..
sekali lagi maafkan saya dan terima kasih untuk semuanya Den, pertemuan terakhir kita dirumah kakakmu yang lalu sudah terbingkai dalam kaca dan dinding rumah saya,
difoto itu kamu duduk disebelah saya, tersenyum lebar,
saya sangat kehilangan, namun kamu memang milikNYA .. ( th )
( foto oleh :th, makam sama'an 21.08.13 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar