Ramadhan baru diawalnya. Namun sudah mulai terasa tantangannya.
Betapa, hal hal kecil yang " biasanya " begitu mudah mengundang kejengkelan, harus mulai dikendalikan dengan sepenuh kesabaran dan keikhlasan. Saat di jalan, pengendara motor memotong seenaknya, atau penyeberang jalan yang secara mengagetkan muncul didepan mata. Perbendaharaan kata spontan yang sering terumpat disaat jengkel,
harus diganti dengan kalimat " Ampuni hamba ya Allah ... " ( terjemahan ) dan itupun harus terucap dengan nada penuh keikhlasan.
Mudah?
Tidak selalu, karena Ramadhan tidak setiap hari.
Betapa, hal hal kecil yang " biasanya " begitu mudah mengundang kejengkelan, harus mulai dikendalikan dengan sepenuh kesabaran dan keikhlasan. Saat di jalan, pengendara motor memotong seenaknya, atau penyeberang jalan yang secara mengagetkan muncul didepan mata. Perbendaharaan kata spontan yang sering terumpat disaat jengkel,
harus diganti dengan kalimat " Ampuni hamba ya Allah ... " ( terjemahan ) dan itupun harus terucap dengan nada penuh keikhlasan.
Mudah?
Tidak selalu, karena Ramadhan tidak setiap hari.
Lalu, menunggu antrian kasir yang bekerja begitu " lelet " plus masih " cengengesan " dengan teman teman sesama kasir, aduhh .. rasanya hampir kehilangan kesabaran " wong ditunggu orang banyak kok malah cengengesan " dan
sebuah kata yang sudah siap dilidah tiba tiba harus diganti dengan
" Ampuni hamba ya Allah .. " ( terjemahan ) yang inipun harus dengan sepenuh hati dan ikhlas. Mudah?
Tidak, karena Ramadhan tidak setiap hari.
sebuah kata yang sudah siap dilidah tiba tiba harus diganti dengan
" Ampuni hamba ya Allah .. " ( terjemahan ) yang inipun harus dengan sepenuh hati dan ikhlas. Mudah?
Tidak, karena Ramadhan tidak setiap hari.
Masih ada yang lain, petugas parkir yang saat kendaraan datang tidak muncul dan kita harus kerepotan mengatur sendiri letak kendaraan diarea yang padat dan ramai,
tahu tahu pas mau pulang muncul dan " menagih " uang parkir.
Menjengkelkan.
Sebuah kalimat sudah akan diluncurkan sebagai teguran, tetapi harus ditelan kembali dan diganti dengan " Ampuni hamba ya Allah ... " ( terjemahan ) .
Mudah?
Cukup sulit, karena harus menekan kejengkelan dan menggantinya dengan senyum ikhlas serta ucapan " Makasih pak ... " .
Mengapa sulit? Karena Ramadhan tidak tiap hari, sehingga lebih banyak kebiasaan kebiasaan negatip dari positipnya. Lha wong jengkel kok malah harus tersenyum dan mengucapkan terima kasih dengan senyuman yang benar benar ikhlas from the bottom of the shoe e .. heart !
tahu tahu pas mau pulang muncul dan " menagih " uang parkir.
Menjengkelkan.
Sebuah kalimat sudah akan diluncurkan sebagai teguran, tetapi harus ditelan kembali dan diganti dengan " Ampuni hamba ya Allah ... " ( terjemahan ) .
Mudah?
Cukup sulit, karena harus menekan kejengkelan dan menggantinya dengan senyum ikhlas serta ucapan " Makasih pak ... " .
Mengapa sulit? Karena Ramadhan tidak tiap hari, sehingga lebih banyak kebiasaan kebiasaan negatip dari positipnya. Lha wong jengkel kok malah harus tersenyum dan mengucapkan terima kasih dengan senyuman yang benar benar ikhlas from the bottom of the shoe e .. heart !
Saat sudah dirumah ternyata masih ada ujian lain. SMS.
Yaitu modus yang sudah sangat populer. Mulai yang pura pura salah nomor rekening, hadiah hadiah siluman dan iklan ini itu yang menyebalkan karena puasa puasa kok ya masih saja " berupaya ". Apalagi pas sedang khusu' sholat, ada nada sms masuk yang mengganggu konsentrasi. E .. setelah dilihat dengan rasa penasaran, ternyata ya itu tadi, isinya tipu tipu.
Tapi sekali lagi, " Ampuni hamba ya Allah ... ",
bagaimanapun harus mengikhlaskannya. Ramadhan tidak setiap hari, sehingga hati dan mulut ini belum terlatih untuk merespon lebih positip.
Yaitu modus yang sudah sangat populer. Mulai yang pura pura salah nomor rekening, hadiah hadiah siluman dan iklan ini itu yang menyebalkan karena puasa puasa kok ya masih saja " berupaya ". Apalagi pas sedang khusu' sholat, ada nada sms masuk yang mengganggu konsentrasi. E .. setelah dilihat dengan rasa penasaran, ternyata ya itu tadi, isinya tipu tipu.
Tapi sekali lagi, " Ampuni hamba ya Allah ... ",
bagaimanapun harus mengikhlaskannya. Ramadhan tidak setiap hari, sehingga hati dan mulut ini belum terlatih untuk merespon lebih positip.
Sungguh, ujian berat seringkali justru berasal dari hal hal yang terlihat " kecil dan sepele " seperti contoh diatas, karena mereka datang dan ditemui lebih sering dalam keseharian manusia dan bukan hal hal besar seperti bencana alam yang datangnya tidak tiap hari.
Bahkan kegagalan menjalani Ramadhan yang khusu' seringkali tersandung justru pada yang tampaknya sederhana dan remeh, dan bak kerikil kerikil kecil mereka ini siap membuat
kita terpeleset bila tidak hati hati, karena kecenderungan manusia
untuk lebih memperhatikan batu batu besar dibanding kerikil kecil kecil yang nampak sepele ..
Mengapa hanya bulan Ramadhan yang membuat kita berubah?
Mengapa tidak sebelum dan sesudahnya?
Saya ingin bisa menjawabnya melalui kerikil kerikil kecil yang saya lalui setiap harinya , yang sering saya abaikan karena sudah menjadi rutinitas, mungkin disinilah harus dimulainya, sebelum saya melihat kepada batu batu besar ...
Wahai, tidaklah mudah, semoga masih dicukupkan masa untuk itu ... ( th )
( gambar dari google, National Geographic )
Bahkan kegagalan menjalani Ramadhan yang khusu' seringkali tersandung justru pada yang tampaknya sederhana dan remeh, dan bak kerikil kerikil kecil mereka ini siap membuat
kita terpeleset bila tidak hati hati, karena kecenderungan manusia
untuk lebih memperhatikan batu batu besar dibanding kerikil kecil kecil yang nampak sepele ..
Mengapa hanya bulan Ramadhan yang membuat kita berubah?
Mengapa tidak sebelum dan sesudahnya?
Saya ingin bisa menjawabnya melalui kerikil kerikil kecil yang saya lalui setiap harinya , yang sering saya abaikan karena sudah menjadi rutinitas, mungkin disinilah harus dimulainya, sebelum saya melihat kepada batu batu besar ...
Wahai, tidaklah mudah, semoga masih dicukupkan masa untuk itu ... ( th )
( gambar dari google, National Geographic )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar