Rabu, 31 Juli 2013




.. kenapa harus " umpel umpelan " ? ..

mengamati dimana mana saat ini terjadi " umpel umpelan " ( kerumunan orang yang saling berdesakan ) terutama di bagian pakaian, saya diam diam merasa geli bahwa selama ini, 
seumur umur ini, saya belum pernah yang namanya " beli baju lebaran " ... lho? 
iya. ( kecuali masa kecil sampai SMP dimana ortu masih mendominasi ).

alasan pertama, bahwa " baju baru " tidak harus menjelang lebaran membelinya. 
kedua, baju baru juga harus disesuaikan sikon, tidak perlu dipaksakan. 
ketiga, saya agak alergi dengan perubahan mode yang belum tentu pas untuk saya baik disegi desain maupun usia, apalagi sejak memutuskan ber hijab, 
maka saya harus lebih hati hati lagi.

jadi, bagaimana mensiasati lebaran atau hari penting lainnya agar tetap nampak chic? 
naaa .. buat pasangan2 muda, atau " anak anakku " yang masih muda dan fashionable, 
ada beberapa tips yang mungkin bisa kalian pakai untuk 
Tidak Harus Beli Baru dan Boros :


01. Hindari membeli bahan atau baju atau celana atau rok dengan warna mencolok misal Merah Terang, Hijau Pupus dll. Warna mencolok ini sulit dipadu padankan saat dibutuhkan dan pemakaiannya menjadi terbatas baik disegi sikon maupun mode, usianya pendek.

 02. Pilih warna warna celana, rok bawahan,atau span bagi yang bekerja, dalam warna netral dan flexible, seperti Hitam, Coklat atau Biru Gelap. Warna warna ini selalu up to date dan tak termakan jaman serta mudah dipadukan dengan warna apa saja, efisien.

03. Dalam memilih mode baju/celana/rok bawahan /blus dll pilihlah yang tidak terlampau IN modenya dengan garis mode yang lebih sederhana, 
sebab bila terlampau mengikuti mode maka saat ada pergantian mode itu akan sudah basi.

04. Kreatiflah dalam memperlakukan baju baju lama yang masih bagus. 
Contoh : ditulisan ini saya jepretkan gambar rok tenun ikat saya yang sudah berusia 20/ dua puluh tahun ! Saat itu saya masih memakai rok pendek bahkan untuk ke kantor, 
dan kecintaan saya pada batik dan tenun ikat membuat baju baju saya 90% batik dan tenun ikat maupun lurik dan ini menjadi " trademark " saya yang banyak dikenang eks kolega.

 Dengan perawatan yang telaten baju baju tenun ikat itu sampai sekarang masih bagus. 
Tetapi tidak mungkin saya pakai sebagai rok karena saya sudah ber hijab dan 
usia tidak lagi mengijinkan. 
Maka rok tenun ikat itu saya rubah menjadi blus dan 
saat memakainya saya extend lengannya dengan kaos plus celana hitam dan hijab yang senada. 
Adapun selendang atau syalnya saya ikatkan bersama kerudung hitam, sehingga tampak sebagai " satu paket " dengan blusnya. 

Saya surprise dengan komentar teman2 yang melihat saya memakai ini " Waaa .. ngga dijual ditoko nii baju muslim tenun ikat seperti ini... keren !" ... saya berterima kasih tapi dalam hati geli sebab ini adalah hasil modifikasi baju tua hehe .. 

Begitu juga dengan baju/ blus blus yang lama dan masih bagus, jangan segan segan ber kreasi sebab hanya kita sendirilah yang paling tahu apa yang terbaik untuk ciri tubuh kita 
( misal seperti saya ini yaitu mini, kurus, pendek dst dst jadi Jangan Memaksakan Memakai Yang Tidak Sesuai Meski Model Baru ! )

05. Jangan menjadi KorMod, korban mode, ini yang sering terjadi.
 Saya paling hati hati memilih baju sebab saya sadar tidak cantik, saya pendek dan saya sudah 
" senja ". Maka sebuah tampilan yang mencolok itu saya hindari, 
saya memilih lebih gaya klasik yang netral dan " tidak termakan jaman " baik disegi
warna, mode maupun size. 
Saat ada mode " gedrombongan " atau oversize, saya juga ber hati2 sebab mode ini hanya cocok untuk yang tinggi langsing.

Maka, bila orang mengira saya " penggila fashion " karena selalu terlihat " chic " menurut komentar sebagian orang, ini sama sekali salah. 
Chic tidak identik dengan Mahal atau Selalu Mengikuti Mode, tetapi lebih kearah Harmoni, 
kita tahu betul apa yang pas dan tidak untuk bentuk tubuh, usia maupun profesi.

Saya hanya menukar nukar celana hitam, coklat dan biru gelap serta hijau gelap dengan blus blus yang sesuai warnanya dan itu tidak lebih dari enam biji. 
Tetapi dengan didukung hijab yang warnanya juga netral dan disesuaikan, maka sesuatu yang murah pun akan bisa tampil chic !

( Saya dikeluh kesah-i seorang teman yang termasuk Sosialita Malang, beda dengan saya yang ndak ada apa apanya ini, begini katanya :" Mbak, apapun yang dipakai mbak kok terlihat enak, lha saya ini kok sering dikritik suami katanya norak .. rahasianya mbak?" ... 

Lho, saya heran wong bajunya supermahal dengan brand brand luar, lha punya saya ini bahkan 
" made in sendiri " atau beli yang obralan, masak iya saya terlihat lebih chic? 
Maka saat resep resep diatas saya bagi dengan dia, dia tampak tidak percaya )


Untuk itu saya tambahkan disini satu resep lagi yang nomor :

06. Milikilah rasa percaya diri bahwa yang branded belum tentu lebih chic, yang penting adalah Keserasian Antara Bentuk Tubuh , Ukuran Baju, Warna Baju, dan Desain nya.
 Jangan berlebihan dalam berbusana, karena sesuatu yang berlebihan justru mengurangi keindahan, jadi Sederhana namun Serasi, mudah bukan?

Yang masih tidak yakin silahkan melihat " koleksi " baju saya yang sudah tua tua tetapi masih terawat dan saya tinggal padu padankan saja diantara nya sesuai sikon. 

Misal saat melayat saya pakai celana dan blus gelap, saat belanja saya pakai lebih light mungkin coklat dan blus coklat agak terang, saat pengajian saya pilih blus 
lebih polos dan panjang dengan celana yang sama, hitam, dst dst. 

Sungguh saya tidak merasa perlu umpel-umpelan, karena saya yakin yang lebih penting adalah The New Spirit disaat lebaran nanti, bukan semata The New Dress ..

 

" You Are What You Wear " mungkin juga tidak salah, bagaimanapun sebelum orang mengenal kita lebih dalam , kesan pertama yang muncul adalah 
bagaimana seseorang ingin menampilkan kesan mengenai dirinya pada orang lain, 
itu kebebasan setiap orang. 

Inginkah kita diingat orang sebagai seseorang yang eksentrik, rapih, seenaknya, cuek, sembrono, tidak sopan, santun, dst dst itu sepenuhnya terserah pada masing masing. 
Saya tidak bisa menilai diri sendiri, namun yang saya ingin kan adalah orang mengingat tampilan saya sebagai yang " harmonis " sesederhana itu, 
bukan mahal bukan mewah karena keduanya bukanlah tipe saya. 

Rahasia telah saya ungkapkan, semoga bermanfaat bagi anak anakku yang masih pemula dalam kehidupan, agar mereka lebih efisien dan wise dalam membelanjakan incomenya karena hidup mereka masih panjang dan kebutuhan masih banyak, tidak hanya diseputar fashion .. 

Saya ingat dalam reuni reuni teman SMP dan SMA , teman teman cowok hampir memiliki komentar yang sama tentang cara berpakaian saya meski mereka tidak saling kenal, yaitu :
" Waduhh ... nek siji iki, sing paling tak ilingi iku rok seragam e sing mulai teko sampek mulih sekolah pancet gak lungset blas lempit-ane, jan masio rapih kok kebacut hehe ... " 

( tidak usah saya terjemahkan, tapi kalau ada teman teman SMP SMA yang membaca ini semoga ingat komentar2 Anda hehe yang konon menyebut saya sebagai 
" nyetil " alias chic, terutama disaat tidak memakai seragam sekolah
meski kainnya sederhana dan dijahit sendiri ) . 

 Apa boleh buat, mungkin sudah dari sononya saya penyuka harmoni, tidak saja dalam berbusana tapi juga  dalam segala hal ... ( th )


( keterangan foto : all taken by th )
rok mini yang saat ini sudah jadi blus, dari bahan tenun ikat asli, usia  kain 20 tahun.




Tidak ada komentar: