Selasa, 06 Mei 2014






 .. " Ik ging naar Bad Huis Weg .. " ..
( yang tercecer dari HUT ke 100 kota Malang, 
Malang Kembali 2014 )

ultah ke 100 kota Malang sudah pasti dibuat harus beda. maka pada hut ke 100 nya ini ada seabreg acara yang berlangsung beberapa hari, salah satunya adalah Malang Kembali 
yang biasanya mengambil lokasi sepanjang Ijen Boulevard,  
kali ini dipindah ke Kajoetangan Straat atau nama barunya
 Jalan Basuki Rahmat, Malang. 

Malang Kembali ini  diselenggarakan hanya sehari dan kendaraan umum tetep boleh lewat seperti  biasa tanpa di halangi diarea MK. 
maka sudah bisa dijamin 1000% bahwa sejak siang dibukanya acara MK secara resmi sampai tengah malam, 
sepanjang Kayutangan ini " mampet pet " ! 


 saya memang berniat mengambil gambar saat  suasana umpel-umpelan ini memuncak, meskipun harus " memecah ombak dan lautan manusia " 
menuju jembatan penyeberangan didepan Telkom . 
dan  atas jasa baik seorang crew dari lighting-house, 
akhirnya saya berhasil " menyusup " keatas jembatan dengan penuh resiko .

betapa tidak?
saya harus melewati kabel kabel bertegangan ribuan volt yang 
" pating slewer " diantara bekas dan sisa air hujan yang menggenang sepanjang jembatan hiiiii ...... 
( tapi demi Anda semua, ndakpapa saya harus lompat sana sini menghindari kabel2 dan menyusup dikegelapan jembatan hehe ... )


 naaa ... memang acara Malang Kembali disepanjang Kayutangan ini nyaris batal gara gara hujan deras mengguyur sejak sore dan bahkan 
baru berhenti menjelang petang. 

saya membayangkan bagaimana make-up para pemain wayang atau ludruk atau apapun, yang mestinya sudah siap manggung dengan  bedak dan lipstick tebalnya, apakah tidak luntur kena hujan ? 
( e ... iya termasuk penontonnya juga ya yang suka ber pupur mbeluk mbeluk hehe. kalau saya termasuk yang hemat bedak,
lha wong bedak an saja jarang2 kecuali terpaksa hehe ... )

naa .. sesuai tema Malang Kembali,
 sepanjang Kayutangan berhias baliho gede2 bergambar foto foto jadul yang menggambarkan suasana Kajoetangan Tempo Doeloe. 

maka generasi sekarang boleh terheran heran melihat betapa cantiknya Malang dijaman dulu karena bersih, tidak ada iklan iklan, 
tidak ada kabel2 pating slewer baik tilpun, pln dll, 
dan yang jelas polusi rendah dengan suasana lalinnya yang " adem ayem "

apalagi melihat foto Alun Alun, wow .. beringin2 besar itu nampak teduh dan masyarakat menikmati " angin semliwir " ditengah jantung kota 
( sekarang sudah tidak ada kecuali suara bisingnya lalin, lahan parkiran yang semrawut serta berbagai iklan lewat spanduk, baliho, dll , 
juga polusi udara dari ribuan kendaraan dst dst )
( Kota ) Malang Telah Hilang.


di sepanjang Kayutangan  saat itu ada sekitar 10 panggung yang disiapkan untuk merayakan HUT ke 100 kota Malang, al :
 panggung wayang, orkestra, musik Islami, band lawas, 
kentrung, ludruk, kroncong, dll. 

tidak mungkin bagi saya untuk menjepret semuanya, lha wong berjalan kaki saja hanya bisa selangkah selangkah . dan setelah jeprat jepret dari atas jembatan, saya masih harus " berjuang " untuk kembali ke parkiran 
di Jalan Majapahit. 


dan ee ... ternyata masih harus terjebak lagi sekitar 90 menit sebelum akhirnya bisa bebas melenggang kearah depan Stasiun Kota dan pulang lewat jalan Kaliurang ck ck ck ...  

jadi tidak banyak cerita yang bisa saya bagi kecuali bahwa saat melewati jalan jalan tertentu , dalam sehari itu saya seolah dibawa mesin waktu 
ke Tempo Doeloe dimana nama nama jalan di kota Malang masih
 berbau Belanda sebagai mantan boss kita semua hehe .. 
ini misalnya :

Aloon Aloon Koelon Straat itu Jalan Merdeka Barat, 
Klodjen Kidoel  itu Jalan Aris Munandar, 
Smeroe Straat itu Jalan Semeru, dan Jalan Tangkubanprahu itu dulunya adalah Bad HuisWeg,
karena disitu memang ada ( rumah ) kolam renang serta masih banyak lagi nama nama djadoel dari jalan jalan di kota Malang yang menarik.

lucunya, dikepadatan dan kemacetan yang merata dimana mana terutama malam harinya, tidak ada " seekor " bapak/ ibu polisi pun yang nampak mengatur lalin dan juga dari petugas Dishub. 
 maka taklah heran kalau malam itu dimana mana terjadi  
" perang urat syaraf " dari kendaraan2 yang saling berebut tiap centimeter ! 


tapi berjubelnya penonton agaknya dihibur oleh padatnya penjual 
mamin mamin ala jadul  yang tidak muncul setiap hari 

( tapi tolong jangan bertanya pada saya apakah saya juga mencicipinya?
 waduhh, sudah tidak terpikir saking padatnya pengunjung dan 
saya sudah cukup bersyukur masih bisa masuk ke area jembatan penyeberangan yang malam itu ditutup rapat/ dikawat,
sebab ini memang satu2nya tujuan saya " nekad " 
masuk ke lautan manusia di MK )

naa ... kepada mas Cahyono (  atau " dik " ya? hehe .. ) 
barangkali ini sebuah masukan untuk penyelenggaraan acara serupa dimanapun nanti lokasinya berada terutama yang memakai jalan atau ruas utama/ protokol semacam Kayutangan ini . 

 " bahwa ide untuk mengawinkan lokasi asli semacam Kayutangan ini dengan mendekatkan pengunjung pada  riwayat lokasi ybs 
adalah sebuah ide brilian tetapi 
harus disertai dengan persiapan matang tentang " pembuangan lalinnya " plus petugas petugasnya yang senantiasa siap membantu serta
menertibkan baik pengguna jalan, pengunjung maupun 
pendukung acaranya seperti para pedagangnya dll agar tidak
 " pating semrawut ". 


 bagaimanapun, sebagai Agenda Wisata Tahunan, maka Malang Kembali ataupun Malang Tempo Doeloe perlu dilestarikan karena memiliki banyak nilai nilai sosial budaya yang 
bermanfaat bagi generasi muda 
( asal tidak di lencengkan untuk tujuan komersil semata lo ! )

 kalau kemarin judul temanya adalah Malang Kembali, 
mungkin lebih tepat diganti 
" Malang Yang Hilang " .... setuju ?
( tidak setuju juga ndakpapa koq hehe ... )
( th )


( photos by : th, Malang Kembali , HUT ke 100 Kota Malang 2014 )

01. lautan manusia arah bioskop Merdeka
02. the blue-bridge, jembatan penyeberangan depan Merdeka
03. lautan manusia arah Sarinah
04. bioskop REX ( sekarang bank Niaga ) Alun Alun 
05. cemal cemil djadoel
06. pertokoan Kajoetangan 1936
07. koedoesan
08. suasana kerja bakti di alun alun tahun 1902
09. aloon aloon kidoel
10. bioskop Globe ( sekarang Mitra I )
11. suasana warung warung di alun alun tahun 1918
12. masyarakat Malang menikmati semliwir angin di alun alun tahun 1908
13. gereja Imanuel, alun alun, para siswa mejeng
14. hotel pelangi tahun 1916
15. kantor pos besar tempo doeloe
16. smeroe straat
17. bad huis weg, area kolam renang stadion malang
18. masjid Jami' tahun 1935
19. panggung kentrung 2014
20. boering weg 
21. atas bantuannya terima kasih ( crew lighting house ) dimana saya akhirnya
bisa jeprat jepret dari atas jembatan penyeberangan yang tertutup
22. tennis weg
23. panggung orkestra 2014
24. roti marjam














Tidak ada komentar: