Sabtu, 29 November 2008

Malang, Malang






Sebagai Arema asli, ada keinginan untuk bisa lebih meng-go-internasional-kan Malang. Begini, sewaktu jalan-jalan di Kajoetangan, Malang (sekarang berubah menjadi Basuki Rahmat), sudah banyak merk-merk impor di sana, semisal McDonald. 

Maka saya bermimpi bahwa suatu saat seluruh dunia mengenal Rujak Cingur, Bakso Bakar, Krepek Bayem, Jenang Apel dan lain-lain dari Malang. Itu baru Malang, lha kalau dari 33 provinsi ini bersinergi mulai industri makanan, minuman, dan pernak perniknya, barangkali kita tidak perlu lagi memikirkan naik turunnya harga minyak dunia. 

Tempe yang di jaman lampau menduduki tingkatan kelas kambing dalam daftar belanja ibu-ibu "tajir", dalam kurun waktu terakhir menjadi rebutan banyak negara untuk memperoleh pengakuan sebagai penemu tempe. 

Mungkin kalau saudara-saudara kita dari kampung Sanan di Malang bersatu padu berdemo di kedutaan-kedutaan asing di Jakarta yang negaranya mengklaim hak paten tempe, bisa bisa pihak perwakilan asing kewalahan. Tapi sebenarnya salah siapa? 

Tahu, tempe, batik, reog, dan banyak lagi lainnya adalah sebagian kecil dari " ketelodoran" bangsa kita sendiri untuk tidak mengawal kekayaan budaya bangsanya hingga ke tingkat yang layak serta mendapat pengakuan internasional. 

Bangsa Indonesia sungguh sebuah bangsa yang sangat pemurah hati sekaligus pemaaf. Tapi sampai kapan kita akan terus menerus kecolongan dan bermurah hati seperti ini? 

Maka kalau satu saat nanti tiba tiba ada orang asing menuntut saudara-saudara kita para produsen tempe di kampung Sanan dan kampung-kampung lainnya untuk membayar "royalti tempe", hendaknya kita tidak terlampau kaget. 

Tempe adalah makanan yang membesarkan saya dan generasi-generasi sebelum saya. Tetapi kebanggaan sebagai "bangsa tempe" yang ternyata sangat kaya gizi, agaknya perlu dilestarikan. 

Di saat makanan-makanan yang dikenal dengan istilah junk food merajai tanah air, saya tetap saja celingukan mencari tempe di meja makan yang terkadang tidak muncul karena ternyata mbok mlijo kehabisan tempe. 

Mungkin suatu saat ada peraih nobel dari Indonesia yang berhasil mengangkat tempe sebagai temuan ilmiah yang luar biasa, saya sangat memimpikan hal itu. 

Dan blog ini akhirnya saya beri nama krepektempe  juga bukan tanpa alasan. Malang identik dengan bermacam ikon maminnya termasuk tempe, dan kripik atau krepek tempe merupakan salah satu ciri khasnya meski gara gara nama blog ini saya sering mendapat pertanyaan : " Jual krepek tempe? Bisa melayani kiriman ?" .... lha ini kan malah blessing in disguise  hehe ...

Lalu background foto yang saya jepret ditahun 2009 yaitu the Sleeping Beauty alias Gunung Kawi, juga merupakan salah satu ikon Malang. Dan judul " uklam uklam ndik Ngalam " juga ungkapan sederhana dari bahasa khas Malang yang dibolak balik. 

Semoga blog sederhana ini akan mampu menjadi jembatan antara kita, baik di wilayah sekitar Malang, Indonesia bahkan luar tanah air atau ..planet??
Selamat berselancar di blog saya dan kalau ingin meninggalkan jejak berupa komentar atau kritikan, blog ini terbuka lebar dengan sepenuh kehangatan hati : silahkan !

Salam krepektempe,
th   

keterangan foto :
krepektempe, diambil dari " blog'e putra Pantura, peb. 2010 " 

1 komentar:

...kRiiiiiing kring.. mengatakan...

riska


hm..... mau.........
he...3x