ketika Greysa dan Apriyani yl mendapat
hujan duit dan beragam hadiah dari berbagai pihak ,
maka sebuah pertanyaan muncul ketika
tim Paralympic kita di Tokyo 2020 mendulang
9/ sembilan medali termasuk dua emas yaitu :
" akankah mereka mendapat penghargaan yang sama ? " .
pertanyaan yang wajar sebab sama sama sudah
mengumandangkan Indonesia Raya dan
Mengibarkan Merah Putih di ajang bergengsi dunia
yang bahkan konon ini adalah kemenangan
emas Indonesia di ganda campuran badminton setelah
41 tahun kosong dan menunggu bahkan kali ini
dua emas sekaligus bagi
pasangan Hary Susanto / Leani dan
Leani / Khalimatus , disamping 3 perak
dan 4 perunggu oleh atlit2 yang lainnya .
bagaimana tidak kalau kita termasuk saya sendiri
yang mengaku " normal " ini saja tidak mampu
membuat prestasi apapun yang bisa
mengharumkan nama bangsa !
dan saudara saudara kita yang masuk dalam kelompok
" memiliki keterbatasan " ternyata prestasinya
jauh melampui keterbatasannya !
maka MOMENTUM ini agaknya menjadi sebuah
barometer bagi pemerintah dan juga para kepala daerah
ataupun perusahaan perusahaan yang dulu sudah
menghujani juara juara Olimpiade Tokyo2020
dengan duit dan hadiah hadiah fantastis ,
apakah kali ini mereka juga akan memberikan
penghargaan yang setara dengan juara juara
Olimpiade yl ataukah bagaimana ?
bukankah jika dinalar secara jernih , JUSTRU di
paraolimpiade inilah terjadi tantangan yang jauh
lebih besar dan sulit mengingat
keterbatasan fisik yang ada dan juga butuh
kekuatan mental yang prima !
saya jadi teringat almarhumah sahabat sekaligus
" mentor " saya , mbak Ratna Indraswari Ibrahim ,
novelist yang saat itu adalah ketua dari
kelompok disabilitas Malang Raya .
disatu siang selesai sesi motivasi
( saat saya masih menjadi tuan rumah mbak Ratna
di Universitas Ma Chung , Malang )
kami terlibat obrolan kurang lebih begini :
terpinggirkan .
( S / Saya ) : bisa diperjelas mbak Rat ?
( R ) : iya lho , masak sebagian teman2 saya itu
betul betul datang untuk melamar kerja secara
normal seperti yang lain lain, ee... malah dikira
mereka mau minta sumbangan ..
udah gitu bicaranya nyakitin seolah kita ini tidak
berkemampuan dibanding yang normal .
kalaupun fisik ada keterbatasan , tapi kan
belum tentu otak ataupun softskill kami kalah ,
mbok ya dikasi kesempatan tes gitu lo,
supaya obyektif !
( S ) : ( terdiam agak lama ) .. begitu ya mbak ..
memang tidak semua berbakat menulis hebat
seperti mbak Rat, jadi memang bisa dipahami
kalau teman2 yang lain itu sangat kecewa
dengan sikap masyarakat yang umumnya
menganggap seperti yang mbak gambarkan tadi ..
kira kira kedepan apa rencana mbak dan teman2
mungkin kami ( UMC / Univ . Ma Chung )
bisa ikut urun pemikiran ?
( R ) : maturnuwun .. sementara ini akhirnya ya lebih
banyak menggali kreatifitas sendiri seperti
bikin produk produk rumahan itu meski kendala
terbesar selalu pada pemasarannya
( Note : Ingat , dijaman kami ngobrol itu belum
ada/ marak bisnis2 online via internet
via spt IG , WA grup , dll dan masih terbatas pada sms
atau email yang umumnya untuk urusan kedinasan ) .
( S ) : wah sebetulnya itu sejalan dengan konsep
entrepreneurship nya UMC yang intinya
mengarahkan mahasiswanya untuk mampu menjadi
usahawan2 yang mandiri dan bahkan kalau bisa
justru membukakan lapangan kerja bagi orang lain ,
singkatnya :
Menciptakan Kerja ( syukur2 lapangan kerja )
dan Bukan Mencari Pekerjaan .
( kemudian obrolan kami masih berlanjut hingga
beberapa bulan setelahnya saya membezuk mbak Ratna
dirumahnya . Jl. Diponegoro ,
yang saat itu mbak Ratna sedang terbaring sakit
hingga wafatnya beberapa waktu setelahnya . )
kalau di negara2 yang sudah sangat peduli pada
para disabilitas , sudah tercermin fasilitas2 khusus
di tempat tempat umum bagi mereka .
mulai dari toilet khusus , tempat duduk khusus
baik di bus & KA dll ,
telpon umum khusus , laundry umum khusus , dll dll .
tetapi yang lebih penting dari itu adalah
bagaimanakah " memanusiakan " mereka sehingga
mereka berkesempatan setara dengan yang
" normal " misalnya dalam hal melamar pekerjaan dll .
sungguh tidak ada seorang pun didunia ini yang
berkeinganan lahir atau dalam perjalanan hidupnya
mendadak harus mengalami cacat fisik
karena sesuatu hal .
jika itu terjadi , mengapa masih harus diperberat
dengan sikap diskrimintif yang membuat mereka
seolah " tidak berkemampuan " seperti yang " normal " ?
dapat kita mulai dari diri kita sendiri jika
kebetulan ada kerabat atau tetangga dekat yang
memiliki keterbatasan dan membutuhkan bantuan
untuk mereka bisa produktif ?
pepatah populer mengatakan
" Berilah Pancing dan Jangan Ikan " adalah tepat ,
siapa tahu ternyata kita memang bisa
memberi mereka ruang dan peluang untuk
bersama sama menghasilkan sesuatu ?
saat ini , sambil kita menunggu apa bentuk
penghargaan pemerintah dll kepada para juara
Paralympic diatas , marilah kita introspeksi
sudahkah kita sendiri siap " berkolaborasi " serta
tidak mudah berprasangka terhadap mereka .
( tentu saja ini tidak termasuk mereka2 yang justru
" menjual " keterbatasannya untuk
meraih iba bahkan yang " normal " pun banyak
yg membuat dirinya secara sengaja seolah
memiliki keterbatasan hanya untuk menarik simpati ) .
diterima nantinya oleh para
juara Paralympic Tokyo2020 ini adalah sudah
selayaknya karena mereka sudah ikut menjunjung
nama baik Indonesia ditataran internasional !
mari kita doakan penghargaan itu setara dengan
yang diterima Greysa & Apriyani dll ,
aamiin ...
( Titiek Hariati , Malang , 06 . 09. 21 )
foto2 saya jepret langsung dari layar TV
kecuali foto yang terbawah ,
diambil dari google .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar