Minggu, 05 September 2021

 
 
 .. " Apa Bedanya ? " ..
ketika Greysa dan Apriyani yl mendapat 
hujan duit dan beragam hadiah dari berbagai pihak , 
maka sebuah pertanyaan muncul ketika
 tim Paralympic kita di Tokyo 2020 mendulang 
9/ sembilan medali termasuk dua emas yaitu :
 " akankah mereka mendapat penghargaan yang sama ? " . 
 pertanyaan yang wajar sebab sama sama sudah 
 mengumandangkan Indonesia Raya dan
 Mengibarkan Merah Putih di ajang bergengsi dunia 
yang bahkan konon ini adalah kemenangan 
emas Indonesia di ganda campuran badminton setelah
 41 tahun kosong dan menunggu bahkan kali ini 
dua emas sekaligus bagi 
pasangan Hary Susanto / Leani dan
 Leani / Khalimatus  , disamping 3 perak 
dan 4 perunggu oleh atlit2 yang lainnya .
 hebat ? sudah pasti ! 
bagaimana tidak kalau kita termasuk saya sendiri 
yang mengaku " normal " ini saja tidak mampu 
membuat prestasi apapun yang bisa
 mengharumkan nama bangsa !
 dan saudara saudara kita yang masuk dalam kelompok
 " memiliki keterbatasan " ternyata prestasinya 
jauh melampui keterbatasannya !
 maka MOMENTUM ini agaknya menjadi sebuah 
barometer bagi pemerintah dan juga para kepala daerah
 ataupun perusahaan perusahaan yang dulu sudah
 menghujani juara juara Olimpiade Tokyo2020 
dengan duit dan hadiah hadiah fantastis , 
apakah kali ini mereka juga akan memberikan 
penghargaan yang setara dengan juara juara 
Olimpiade yl ataukah bagaimana ? 
bukankah jika dinalar secara jernih , JUSTRU di
 paraolimpiade inilah terjadi tantangan yang jauh 
lebih besar dan sulit mengingat 
keterbatasan fisik yang ada dan juga butuh 
kekuatan mental yang prima !
 saya jadi teringat almarhumah sahabat sekaligus 
" mentor " saya , mbak Ratna Indraswari Ibrahim ,
 novelist yang saat itu adalah ketua dari
 kelompok disabilitas Malang Raya .
 disatu siang selesai sesi motivasi 
( saat saya masih menjadi tuan rumah mbak Ratna
 di Universitas Ma Chung , Malang ) 
kami terlibat obrolan kurang lebih begini :
 ( R / Ratna ) : susah mbak , kami kami ini kan seperti 
terpinggirkan .
( S / Saya ) : bisa diperjelas mbak Rat ?
( R ) : iya lho , masak sebagian teman2 saya itu  
betul betul datang untuk melamar kerja secara
 normal seperti yang lain lain,  ee... malah dikira
mereka  mau minta sumbangan .. 
udah gitu bicaranya nyakitin seolah kita ini tidak
 berkemampuan dibanding yang normal .
 kalaupun fisik ada keterbatasan , tapi kan 
belum tentu otak ataupun softskill kami kalah , 
mbok ya dikasi kesempatan tes gitu lo,
 supaya obyektif ! 
( S ) : ( terdiam agak lama ) .. begitu ya mbak ..
memang tidak semua berbakat menulis hebat
 seperti mbak Rat, jadi memang bisa dipahami
 kalau teman2 yang lain itu sangat kecewa 
dengan sikap masyarakat yang umumnya 
menganggap seperti yang mbak gambarkan tadi .. 
kira kira kedepan apa rencana mbak dan teman2
 mungkin kami ( UMC / Univ . Ma Chung ) 
bisa ikut urun pemikiran ?
( R ) : maturnuwun .. sementara ini akhirnya ya lebih 
banyak menggali kreatifitas sendiri seperti 
bikin produk produk rumahan itu meski kendala
 terbesar selalu pada pemasarannya 
( Note : Ingat , dijaman kami ngobrol itu belum 
ada/ marak  bisnis2 online via internet
via spt IG , WA grup ,  dll dan masih terbatas pada sms
 atau email yang umumnya untuk urusan kedinasan ) .
( S ) : wah sebetulnya itu sejalan dengan konsep
 entrepreneurship nya UMC yang intinya  
mengarahkan mahasiswanya untuk mampu menjadi
  usahawan2 yang mandiri dan bahkan kalau bisa 
justru membukakan lapangan kerja bagi orang lain ,
 singkatnya : 
Menciptakan Kerja ( syukur2 lapangan kerja )
dan Bukan Mencari Pekerjaan .
( kemudian obrolan kami masih berlanjut hingga 
beberapa bulan setelahnya saya membezuk mbak Ratna 
dirumahnya . Jl. Diponegoro , 
yang saat itu mbak Ratna sedang terbaring sakit 
hingga wafatnya beberapa waktu setelahnya . ) 
kalau di negara2 yang sudah sangat peduli pada 
para disabilitas , sudah tercermin fasilitas2 khusus
 di tempat tempat umum bagi mereka . 
mulai dari toilet khusus , tempat duduk khusus
baik di bus &  KA dll , 
telpon umum khusus , laundry umum khusus , dll dll .
 tetapi yang lebih penting dari itu adalah
 bagaimanakah " memanusiakan " mereka sehingga
 mereka berkesempatan setara dengan yang 
" normal " misalnya dalam hal melamar pekerjaan dll .
 sungguh tidak ada seorang pun didunia ini yang
 berkeinganan lahir atau dalam perjalanan hidupnya
 mendadak harus mengalami cacat fisik
 karena sesuatu hal . 
jika itu terjadi , mengapa masih harus diperberat 
dengan sikap diskrimintif yang membuat mereka 
seolah " tidak berkemampuan " seperti yang " normal " ? 
 sikap Tidak Membedakan ini sesungguhnya 
dapat kita mulai dari diri kita sendiri jika
 kebetulan ada kerabat atau tetangga dekat yang
 memiliki keterbatasan dan membutuhkan bantuan 
untuk mereka bisa produktif ?
pepatah populer mengatakan 
" Berilah Pancing dan Jangan Ikan " adalah tepat ,
 siapa tahu ternyata kita memang bisa 
memberi mereka ruang dan peluang untuk 
bersama sama menghasilkan sesuatu ?
saat ini , sambil kita menunggu apa bentuk
 penghargaan pemerintah dll kepada para juara 
Paralympic diatas , marilah kita introspeksi 
sudahkah kita sendiri siap " berkolaborasi " serta 
tidak mudah berprasangka terhadap mereka . 
( tentu saja ini tidak termasuk mereka2 yang justru
 " menjual " keterbatasannya untuk
 meraih iba bahkan yang " normal " pun banyak
 yg membuat dirinya secara sengaja seolah
 memiliki keterbatasan hanya untuk menarik simpati ) .
 duit , rumah , mobil , dll dll yang mungkin akan 
diterima nantinya oleh para 
juara Paralympic Tokyo2020 ini adalah sudah 
selayaknya karena mereka sudah ikut menjunjung 
nama baik Indonesia ditataran internasional !
 mari kita doakan penghargaan itu setara dengan 
yang diterima Greysa & Apriyani dll ,  
aamiin ... 
( Titiek Hariati , Malang , 06 . 09. 21 ) 
foto2 saya jepret langsung dari layar TV 
kecuali foto yang terbawah ,
 diambil dari google .
 

Tidak ada komentar: