.. " TONG TONG NIGHT MARKET 2022 , Sepotong Kembaran Malang Tempo Doeleoe " ..
ini adalah tahun kelima Hotel Shalimar di
Jalan Cerme 16 Malang itu menyelenggarakan gawe
tahunannya yang berjuluk
" Tong Tong Night Market 2022 " !
sulit dibantah bahwa TTNM ini adalah
( mungkin saja ) terinspirasi oleh gawe tahunan
disepanjang Ijen Boulevard sekian tahun silam ,
yakni Malang Tempo Doeloe / MTD !
masalah siapa menginspirasi siapa , siapa meniru siapa ,
siapa yang memiliki ide pertama dsb dsb bukanlah
wilayah saya . dan berhubung tanggal 31 Juli 2022
kemarin adalah hari terakhir perhelatan TTNM ini ,
maka sayapun tidak men siasiakannya .
masih agak sore saat saya sudah " nyemplung " di
gelanggang depan The Shalimar Boutique Hotel ,
sehingga pengunjung masih belum begitu padat
meskipun soal memarkir kendaraan menjadi kendala .
Hotel Shalimar sendiri sebagai " host " sudah tentu
menurunkan pasukannya dengan tidak
tanggung tanggung dan mereka wajib memakai seragam
sarung batik dipadu dengan kaos hitam yang berlogo
" Tong Tong Night Market 2022 " !
sedikit tentang Hotel Shalimar sendiri ,
saya bahkan saat remaja mengalami beberapa kali
" on air " disitu saat hotel ini masih menjadi
RRI Malang sekitar tahun 64/65 an .
sejarah hotel sendiri pastilah kental dengan jaman
kolonial Belanda saat masih menjajah ,
dimana hotel ini menjadi saksi sejarah dari beberapa
pergantian fungsinya .
sebut saja misalnya pernah menjadi markas Freemason ,
lalu juga pernah menjadi tempat dansa dansi
petinggi Belanda , dan RRI Malang menjadi
fungsi yang berikutnya .
setelahnya , ganti berganti nama hotel yang juga pernah
berlokasi disitu , sebut saja
Malang Inn , lalu berganti menjadi Hotel Graha Cakra ,
dan sejak 2015 resmi menjadi
" The Shalimar Boutique Hotel " hingga saat ini .
sebagai bangunan cagar budaya ,
TSBH ini memang memelihara dan mempertahankan
bangunan aslinya , hanya ada penambahan
lantai diatasnya plus beberapa bagian lain tanpa
mengubah bangunan aslinya .
naa .. kedekatan TSBH dengan sejarah jaman
kolonial Belanda inilah yang rupanya juga menjadi
pemicu lahirnya ide TTNM yang menjadi
event tahunan sejak 2017 dimana penggunaan
mata uang Belanda , gulden , menjadi syarat bagi
pengunjungnya .
mungkin lebih seru andai ada penukaran matauang
Guldennya secara nyata , tetapi yang ada hanyalah
nilai tukarnya saja yang di pintu masuk
TTNM ini kita wajib menukarkan rupiah
dengan kupon sebagai wakil dari mata uang gulden ,
yakni 8 ribu rupiah untuk nilai tukar 1 gulden nya !
ide yang cukup menarik meskipun ini
" seolah memaksa " pengunjung untuk
berbelanja minimal 1 gulden alias tidak ada mamin
yang dijual dibawah harga 1 gulden hehe ..
saya mencoba menukar 12 gulden yang setara dengan
96 ribu rupiah karena saya " membatasi " diri
untuk tidak kebablas jajan , maklum hehehe ..
deretan gubug para penjual mamin jadul
lumayan padat meskipun TTNM ini hanya sepanjang
sekitar 100 meter saja , tetapi kiri kanan dari
area TTNM ini terasa padat dan ditengahnya
adalah area tempat cangkruk para pengunjung .
deretan jajanan jadul membuat saya lumayan bingung memilihnya karena rata rata saya menyukainya ,
ups .. ! sebut saja , es ketan hitam , es rujak gobet ,
es tawon , sate ayam , bakso , serabi ,
mie jawa , dll yang seabreg .
belum lagi kerajinan tangannya .
mulai batik , keris , lukisan , handmade dll .
beruntungnya saya bisa mengobrol dengan pelukis kaki ,
bapak Sadikin , yang dengan keterbatasan fisiknya
ternyata sudah melanglang dunia mengharumkan
nama bangsa melalui karya karya lukisannya !
saya juga berkesempatan berfoto bersama
crew TSBH yang malam itu melayani
pengunjung TTNM 2022 .
live music & door prize memeriahkan suasana
dan sayapun menikmati atmosfer TTNM sambil
memilih jajanan yang jarang saya temui
di hari hari biasa !
harga mamin berkisar rata rata antara 1 hingga 4
gulden yang termahal dan dengan bekal
12 gulden ditangan saya , malam itu saya pulang
dengan " bbm " penuh setelah sekitar 3 jam lebih
saya jeprat jepret dan cangkruk disana hehehe ..
tentu saya tetap menjaga prokes meskipun saya
lihat banyak yang mulai melepas masker .
beruntunglah bahwa para penjual mamin masih
bermasker semuanya , mungkin ini adalah
aturan wajib dari penyelenggara .
setelah tiga jam lebih ,
akhirnya saya tinggalkan area TTNM yang
masih ramai ,
dan saya berharap TTNM yang berikutnya akan
mengambil tempat yang lebih luas seperti
halnya Malang Tempo Doeloe .
memang masalah yang timbul saat MTD dulu
antara lain adalah banyaknya peserta atau
penjual produk yang tidak bernafaskan
produk produk jaman doeloe , misalnya saja :
alat alat rumah tangga modern , mamin modern ,
dll yang " merusak " atmosfer jadulnya !
bagaimanapun , salut kepada TSBH yang masih
" menyuarakan " jaman lampau Malang agar
generasi muda tidak kehilangan sejarah Malang
dan akar budaya bangsanya .
miris jika kita lihat betapa cafe cafe , fashion dll saat
ini lebih berkiblat pada budaya dan mamin asing
seperti Korea , Jepang , Taiwan dll .
padahal kita memiliki ratusan bahkan ribuan
kekayaan kulinari , tradisi dan budaya yang
bahkan dikagumi bangsa bangsa asing didunia .
para desainer kitapun sudah banyak yang mendunia karirnya .
diatas kain batik , ataupun tenun ikat , songket dll
mereka telah membuat decak kagum dunia ,
maka sebuah ironis jika kaum muda ternyata
lebih kasmaran dengan segala hal yang
berbau asing ...
TSBH agaknya mencoba menjawab tantangan ini
lewat sebuah gawe tahunan yang meski dalam
skala kecil , setidaknya ( semoga ) ini akan mampu
menggugah dan menginspirasi generasi
muda Indonesia untuk lebih mencintai budaya sendiri ,
produk dalam negri sendiri dll dibanding
produk atau budaya asing !
anyway , selamat untuk TSBH ...
( Writing & Photos : Titiek Hariati , 03.08.22 )
keterangan foto :
01 . saya dan tim dari Shalimar
02 . jajanan2 jadul
03 . salah satu sudut TTNM 2022
***
04 . " gulden " mata uangnya
05 . masih sore saat saya datang
***
06 . taman dari Shalimar
07 . gramafon ditaman
****
08 . harga harga dalam hitungan gulden
09 . jangan ragu dengan nilai tukarnya
***
10 . sate ayam yang yummyyy ..
11 . tahu campur , 1 gulden
***
12 . atmosfer malam hari
13 . live music
***
14 . handy craft Sadikin
***
15 . sore hingga malam hari
***
16 . saya dan pelukis kaki ,Sadikin
17 . keterbatasan fisik tidak menghalangi
karirnya yang mendunia
***
18 . stan film film jadul untuk layar tancap
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar