Kamis, 06 Maret 2014









.. " Kisah Dari Dalam Gerbong Maut " ..
( kisah heroik para pemuda kota Malang di Museum Militer Brawijaya )

mendengar kata ' museum ' saja, masih banyak diantara kita yang mendadak kehilangan minat bicara karena museum menurutnya tak lebih dari kumpulan benda benda jadul yang berdebu, berjamur dan tidak menarik.

 apalagi kalau dibelakangnya ditambah kata ' militer ', museum militer, rasanya makin tidak menarik, paling paling isinya bekas bekas senjata kuno, atau perlengkapan militer kuno lainnya. anggapan yang tidak salah. 
dan itu memang ditemukan di Museum Brawijaya Malang, Jl. Ijen Boulevard.



 museum militer yang satu ini boleh dipandang sebagai museum elit karena berlokasi dijantung kawasan elit kota Malang, Jalan Ijen Boulevard.
dari depan sangat mudah dikenali karena meletakkan beberapa persenjataan militer jadul seperti meriam dan tank sebagai ' dekorasi ' nya. dan ada patung dari Panglima Besar Sudirman ditengah halaman depannya yang menjadi penanda khas nya.


 memasuki ruang dalam kita ' disambut ' oleh deretan foto foto eks walikota Malang sejak walikota I nya yang berkebangsaan Belanda. di ruang sebelahnya, kita akan melihat sebuah mobil buatan " de Soto USA " yang konon merupakan kendaraan dinas dari 
kol. Soengkono semasa menjabat sebagai Panglima Divisi Brawijaya 1948 - 1950. 

lebih kedalam lagi kita akan dihadapkan pada sederetan koleksi Foto dan Lukisan berbagai peristiwa lokal dan nasional bersejarah yang bahkan mungkin tidak ditemukan 
di buku buku sejarah sekolah.

   
sebagai yang mengaku Arema, saya diam diam merasa malu saat berhadapan dengan koleksi foto dan data tentang sejarah perjuangan para pejuang dan pahlawan yang rata rata masih sangat belia, saat mereka bertempur mempertahankan Malang dari cengkeraman Belanda. 


aduhhh, saat mereka gugur sebagai bunga bangsa, terlihat disalah satu foto itu jenasahnya 
hanya dibungkus tikar sederhana.
 juga pasukan pasukan gerilya yang " turun gunung " didaerah Turen misalnya, yaitu pasukan Gagak Lodra yang dengan gagah berani berbaris seolah tidak gentar dengan persenjataan lawan yang jauh lebih canggih, dan lihatlah : mereka berbaris tanpa alas kaki alias " nyeker " ....
ini semua demi Indonesia, demi tanah air tercinta ! 
   
kota Malang tampak dalam " lautan api " dan pejuang pejuang belia ini sedemikian tulus iklas bertempur hingga titik darah penghabisan guna mempertahankan jengkal demi jengkal tanah tercintanya yang saat ini mungkin sudah menjelma menjadi Cafe, Futsal, Hotel dll.

lalu juga ada peralatan peralatan sederhana dari eks pejuang saat itu, seperti tempat minum dari batok kelapa, kursi kursi rotan yang sudah jebol, sepatu sepatu bot tua, baju baju yang dipakai semasa berjuang dll yang semuanya seolah menggemakan suara :
" Kami Telah Berjuang Untuk Memerdekakan Kalian, 
dan saat ini 
Apa Yang Sedang Kalian Perjuangkan Untuk Negeri ini ?" .... 


 rasa malu menyergap manakala ingat bahwa saat ini sebagian besar dari kita sangat disibukkan oleh " perjuangan " mensejahterakan diri sendiri bahkan bila perlu korupsi dan memakan uang rakyat demi sebuah prestis yang bernama kemegahan duniawi ...

didepan foto foto dari para pejuang belia dan pemakaman Jendral Sudirman yang sederhana, saya seolah ditarik oleh pusaran waktu ke masa dimana kota Malang masih menjadi 

salah 1 " lautan api " dengan aksi pembumi-hangusan gedung gedung yang saat itu dipakai para kompeni. sebagian gedung gedung itu sampai kini masih ada diantara kita dengan bentuk aslinya, misalnya Bank Indonesia, Balai Kota Malang, dll. 

 

 lalu adegan berganti dengan deretan " perjuangan " generasi muda Indonesia yang penuh prestasi dibidang akademis, seni budaya, olahraga, dll hingga ditataran internasional 
yang membanggakan !

 samar lalu adegan berganti dengan gambar gambar buram dari sebagian generasi muda Indonesia yang lain, yakni mereka yang terperosok dalam lingkar obat obat terlarang , tindak pornografi, anarkis, tawuran, berbagai kejahatan berlatar belakang ekonomi dll dll yang semuanya sangat memprihatinkan. 

dihalaman belakang museum, saya melihat 2/ dua benda monumental yang sangat bersejarah. ada satu perahu nelayan berlengan dua yang konon dipakai para pejuang untuk " riwa riwi " dan yang satunya adalah sangat terkenal, yakni si Gerbong Maut yang merupakan 
salah 1 gerbong yang oleh Belanda saat itu, sekitar tahun 1947, dipakai untuk memindahkan tawanan atau para pejuang kita dari Bondowoso ke Surabaya.
 tetapi kepadatan isinya tak seimbang dengan luas gerbong yang berakibat fatal dengan tewasnya beberapa puluh pejuang didalamnya.

berbagai cerita mistis seputar gerbong ini yang saya dengar dari penjaga museum sendiri dan siang itu bahkan memperlihatkan foto foto " aneh " didalam gerbong hasil bidikan pengunjung. tapi dalam foto foto saya tidak terlihat sesuatu yang ganjil sehingga 
saya sulit mempercayainya atau karena 
" kami sesama wanita " jadi " ybs " tidak berminat menampakkan diri ? hehe ... 

dengan karcis masuk 2500,- rupiah seharusnya MM ini lebih bisa menarik minat para anak didik untuk mengunjungi dan mempelajari sejarah didalamnya, apalagi dalam bentuk rombongan, dapat dibuat Pahe ala KFC, alias paket hemat bagi pengunjung berombongan. 

tetapi MM sendiri nampaknya juga sangat membutuhkan bantuan untuk dana perawatan museum sebab dibeberapa bagian tampak sudah sangat " ketinggalan jaman " dan memerlukan sentuhan teknologi untuk merawatnya dengan lebih baik .

misalnya pada koleksi foto foto dan benda bersejarah , mengingat kelembaban yang cukup tinggi dapat mempercepat kerusakannya. perhatian dari dinas terkait sangatlah perlu karena MM merupakan salah 1 jembatan generasi muda masa kini untuk mengenal sejarah dan latar belakang para pendahulunya yang sudah meneteskan darahnya untuk kita semua.

  generasi masa kini dapat dengan leluasa, bebas dan aman memilih : bidang studynya, karirnya, hobinya, pasangan hidupnya, nongkrong di cafe cafe favoritnya, nonton film di bioskop kesukaannya, bermain futsal sepuasnya , nge net dan nge game sesukanya dst dst. 

semuanya ini tidaklah diperoleh begitu saja, melainkan ditebus dengan darah dan nyawa generasi generasi sebelumnya. dan mereka itu  rela terkapar bersimbah darah serta terbungkus tikar sederhana saat pemakamannya dan bahkan tanpa upacara ! mereka juga seusia remaja masa kini, masih belasan tahun, namun tanpa pamrih  iklas berkorban nyawa
disaat ber hangout dengan teman teman di cafe, dijamin kita lupa kepada sejarah, lupa bahwa mungkin saja ditempat kita " cangkruk " itu dimasa lalu adalah salah satu area pertempuran mengingat bahwa kota Malang saat itu menjadi salah satu 
titik strategis dalam mata rantai kepentingan penjajah di Indonesia.

maka, meski MM di Ijen Boulevard ini diawalnya terkesan " lusuh/ kurang menarik " , diakhir kunjungan saya harus berkata lain bahwa :
" dibalik ketidak menarik nya MM ini secara fisik, karena penataan dan ketertinggalannya secara teknis dalam memvisualisasikan sejarah, ternyata MM menyimpan sedemikian banyak PESAN yang harus mampu ditangkap oleh kita semua terutama generasi muda saat ini " .

 sulit dibayangkan andai saja tidak ada pengorbanan nyawa para pendahulu kita itu, terutama pejuang pejuang belia itu, jangan diharap kita saat ini bisa nyaman ber selfie, hang out, futsal, nge game dll ! maka pertanyaannya : 

" KALAU saja Indonesia tiba tiba terancam kedaulatannya , apakah kita kita akan sesiap pejuang pejuang belia dimasa lalu? siap untuk meninggalkan segala kenyamanan dan berbaris dengan gagah untuk menjadi benteng benteng Mutiara Khatulistiwa? " .... 
jawaban ada pada masing masing. ( th )


( photos by : th, Museum Militer Malang, Pebruari 2014 )

01. gerbong maut
02. made in " de Soto USA "
03. perahu bersejarah
04. kesan kesan Let. Jen. A. Yani
05. mengenal HR Mohammad
06. " gentong " bersejarah
07. terbujur dan terbungkus tikar demi Indonesia !
08. pertempuran diselatan kota Malang
09. kompi Gagak Lodra, nyeker .... !
10. Panglima Besar Sudirman
11. batok kelapa tempat minuman

Tidak ada komentar: