Khilaf itu manusiawi. Khilaf itu dapat menimpa setiap kita, tidak ataupun disengaja.
Khilaf itu tidak terjadi setiap saat atau hari. Khilaf itu bila tidak disengaja, merupakan sesuatu yang sangat bisa dimaafkan betapapun beratnya kesalahan.
dan bila Khilaf itu disengaja, pun masih mungkin bisa dimaafkan karena " motiv " nya biasanya tidak jauh jauh dari sikon yang mendesak/ darurat,
kecemburuan, sakit hati, dendam, marah dan sejenisnya, yang inipun tidak terjadi secara rutin atau sering, namun lebih bersifat spontan, namanya saja Khilaf.
lalu ada jenis " khilaf rutin " namanya. ini mahluk apa ? ini adalah jenis Khilaf yang terjadinya tidak sesekali, tetapi Berkali Kali bahkan nyaris " rutin " .
contohnya ? seorang pria berkata sambil bergaya " memelas " dan " penuh penyesalan " pada pasangannya :
" aku tahu ini bukan kekhilafanku yang I, aku memang salah karena mengulangi kejadian yang sama dengan yang sudah sudah. namun tolong beri aku kesempatan memperbaikinya lagi, percayalah ini adalah yang terakhir kalinya " ....
( persis naskah sinetron hehe ... )
lha si wanita sejenak dua jenak " ketap ketip sambil mengelus dada yang tidak segede Jupe " , dalam benaknya berkecamuk antara Pemberian Maaf untuk yang kesekian puluh bahkan ratus kali atawa memberikan Surat Pemecatan Tidak Hormat .
" khilaf kok ber ulang ulang dengan kesalahan yang sama dan dalam rentang waktu yang pendek? dua tahun terakhir ini saja terhitung sudah terjadi puluhan kali, belum lagi kalau dihitung mundur, weleh, mungkin kalender bisa penuh dengan bulatan2 merah yang
menandai terjadinya kekhilafan rutin ini " .
maka, daripada berurusan dengan dokter Spesialis Jantung dan masuk UGD, si wanita lebih memilih menandatangani SPTH/ Surat Pemecatan Tidak Hormat seraya berkata :
" saya ingin melihatmu bahagia dengan sepenuh kemerdekaanmu. kamu tidak perlu lagi setiap kali minta maaf dengan sangat memelas itu,
karena itu hanya memanfaatkan sisi lemah saya sebagai wanita
nikmatilah kebebasan yang kamu selalu inginkan, karena ratusan kali kesempatan yang sudah pernah saya berikan ternyata tidak membuatmu bahagia, padahal saya ingin kamu bahagia, sebagaimana saya sendiri yang juga menginginkan hal yang sama.
marilah kita sama sama membuat Kekhilafan Yang Terakhir Kalinya yaitu
Mengambil Jalan Masing Masing.
mungkin saja ini bukan hal yang benar, tapi bisa saja inilah yang terbaik " .
naa .. itu cuma sekedar contoh adanya Kekhilafan Rutin yang sebenarnya adalah sebuah Karakter Permanen. si pria kebetulan adalah tipe " penikmat rumput hijau di halaman tetangga maupun dihalaman tetangga luar komplek perumahannya " yang tiada mengenal batas akhir.
tetapi si pria masih ber argumen bahwa :
" kekhilafan rutin itu sudah ada dalam DNA saya alias warisan dari sononya yang
tidak ter elakkan " ( cieeee .... ) .
soal waris mewariskan ini bisa saja seperti itu, tetapi manusia juga sekaligus diberikan
Akal dan Kemampuan Mengontrol Diri agar tidak se level dengan
si Meong atau si Hung Hung ... inilah bedanya!
dalam rak buku saya ada bermacam ensiklopedi Psikologi, juga ada bapak anak, Sigmund Freud dan Anna Freud ( Die Schriften der Anna Freud, 10 buku ) .
namun saya tak hendak ber teori muluk2 sebab akan menjenuhkan bagi yang tidak suka psikologi. maka bahasa yang saya pakai sungguh adalah bahasa temuan saya sendiri, untuk memudahkan hal yang ruwet, dan bukan meruwetkan hal yang mudah hehe ...
maka taklah perlu heran bila ada pasangan ber label " Cinta Sejati " tapi kok tiba tiba terjadi Pemecatan Sepihak, lha inilah sebabnya, Kekhilafan Rutin.
jadi kalau merasa sulit untuk menjadi Malaikat Terus Menerus yang dituntut penuh kesabaran dan sangat pemaaf terus menerus, sebaiknya diadakan Konferensi Terbuka untuk
menetaskan keputusan keputusan yang adil bagi semua pihak
( Win Win , bukan pak Winarno lho ... ) .
sama halnya dengan KDRT, sekali pernah memukul, masih bisa dianggap khilaf, lha tapi kalau itu rutin tiap bertengkar selalu ada selingan " live KDRT " ( bukan live - music )
ya sebaiknya secepatnya dikeluarkan SPTH sebelum gegar otak !
adakah orang orang terdekat kita yang berpotensi KR/ Khilaf Rutin ini ?bila ada, seberapakah kita sanggup hidup berdampingan fisik mental didekat mereka ?
setiap manusia memiliki Hak Untuk Bahagia dan Hak Untuk Memiliki
Ketenteraman Lahir Batin, maka :
" persiapkanlah SPTH bila memang perlu untuk siapapun mereka, karena
penganiayaan mental dan psikis itu lebih berat dibanding pisik ! "
selamat mengetik SPTH! ( th )
( gambar2 dari google )
( gambar2 dari google )
2 komentar:
saya mau tanya sejarah kedai kopi ini dari awal berdiri sampai bisa buat cabang di jl. kalpataru, sebelunya saya sudah ketemu bpk managarnya tapi saya masi kurang jelas sama sejarahnya, tolong di jelaskan ? tujuan buat skripsi
mas Arif, terimakasih komennya, tetapi saya bingung menjawab sebab anda meletakkannya dibawah artikel yang BUKAN anda maksud, dan soal sejarah Kedai Kopi ada baiknya langsung kealamat ybs. sukses skripsinya ya .. !
Posting Komentar