Jumat, 14 Maret 2014





.. " Gelas Retak, Ditambal atau Dibuang? " ..

nasehat kuno mengatakan : " apabila engkau minum dari sebuah gelas retak, berhati hatilah sebab mungkin saja engkau akan terluka karena ada sisa retakan tajam atau bahkan pecah ketika engkau memegangnya " . 
 maka sebaiknya diapakan?
ditambal? bila masih mungkin, tetapi butuh perakat yang ekstra kuat sebab gelas retak ini tidak akan lagi pernah sama dengan dulu saat masih utuh, ia menjadi sangat rentan ketika diisi dengan cairan dingin, hangat apalagi panas. ia telah merapuh.
 ia sudah berbeda.
 maka, daripada :
bibir kita terluka terkena goresan gelasnya, atau tangan kita berdarah terkena pecahannya, atau bahkan melepuh saat gelas retak berisi air panas dan berkeping keping ditangan,pilihan terbaik nampaknya memang hanya satu :
membuangnya,
betapapun ia adalah gelas kesayangan yang bahkan hanya ada 1 didunia karena keunikannya.
lalu ada yang mencoba menawarnya : 
" bagaimana kalau setelah ditambal ia tidak lagi dipergunakan dan hanya disimpan di bufet dapur sebagai koleksi/ kenangan?"
tentu tidak salah, boleh saja. 
 tetapi namanya saja " koleksi atau kenangan " yang setara dengan museum, ia tak lebih dari sebuah sejarah bahwa ia pernah ada.
namun ia sudah tidak menempati posisi sebagai " yang diperlukan ", 
ia telah tergeser.
 demikian hikayat pendek gelas retak, yang bisa saja ia bersedih karena telah menjadi retak dan tak lagi " dipedulikan atau dibutuhkan ", apa boleh buat, sebab keretakannya berpotensi membahayakan si pemakainya.
 hanya kebesaran hati dan jiwa yang akan mampu menerimanya, bahwa keretakan sebuah gelas bukanlah akhir segalanya, 
tapi masih ada pilihan untuk mencari yang utuh dan meletakkan yang retak dalam album riwayat semata karena pertimbangan " keamanan " .
yang demikian itu lah " harga " sebuah keretakan.
( th )


( gambar gambar dari google )

Tidak ada komentar: