Mas Gibran ? "
saya memang bukan pengamat politik .
tetapi direkomendasikannya
Gibran Rakabuming Raka
sebagai bakal calon wali kota Solo 2020
menggeser Achmad Purnomo oleh DPP PDIP
plus mantan pasangan Achmad Purnomo yaitu
Teguh Prakosa sebagai bakal calon wawali ,
menarik untuk saya utak atik sedikit .
di awal awal Gibran " rasan rasan " untuk maju
sebagai bakal calon walikota Solo dulu ,
saya sudah mbathin
" lha laopo se kok ate melok melok berpolitik ?
mbok engkok ae lek bapak-e wes pensiun " ...
dan dengan sudah pastinya Gibran maju sebagai
bakal calon walikota Solo ini ,
saya merasa kecewa .
lho apa pasal padahal kenalpun tidak dan saya
juga bukan dari partai manapun !
alasannya sederhana , saya itu berharap bahwa
Jokowilah satu satunya presiden RI yang
Tidak Ikutan Tradisi Dinasti
alias tidak ada anak cucu Jokowi yang ikutan
berpolitik apalagi mengajukan diri sebagai
calon pejabat ini itu termasuk juga
menantu menantunya . mengapa ?
Jokowi adalah presiden Pembaharu Wajah Indonesia
setelah sekian presiden sebelumnya
kita kenyang dengan tontonan tradisi dinasti
alias dipersiapkannya Putra/Putri Mahkota
dari presiden2 RI yang sebelumnya .
mungkin ada yang protes
" lha itu kan hak dari siapapun termasuk
putra/i presiden yang memang punya ketertarikan
berpolitik seperti orangtuanya ? " .
saya ini punya harapan besar pada Jokowi
untuk Tidak Mengikuti Tradisi ini !
bahkan saya sempat terkagum kagum betapa
putra/i Jokowi ini pinter pinter ber bisnis dan
seolah tidak peduli walaupun ayahandanya
seorang presiden bahkan
berjualan martabak atau pisangpun okay !
juga saya kagum bahwa Jokowi mendukung
sepenuhnya usaha2 yang dijalankan putra/inya ini
dan tidak ada upaya untuk " membelokkan "
mereka kearah politik seperti dirinya .
maka betapa patah hati saya ketika akhirnya Gibran
tiba tiba serius ingin maju pilkada
sebagai walikota Solo !
akan memanggil Gibran secara khusus untuk
mencegah rencana Gibran agar tidak ada
sangkaan bahwa tradisi dinasti ternyata
juga ada dikeluarganya .
harapan saya pupus ketika benar benar rekomendasi
keluar dan secara pasti Gibran yang terpilih
maju dari PDIP . ini bukan karena saya meragukan
kemampuan Gibran yang lulusan
Universitas Teknologi Insearch , Sydney , Australia
itu untuk memimpin Solo , tetapi saya
" getun " ( sejenis kecewa ) bahwa
Gibran " kurang sabar " menunggu hingga
ayahandanya menyelesaikan
masa baktinya pada 2024 yad !
tentu ada juga yang mungkin bertanya
" mengapa harus menunggu kalau sekarang saja
sudah bisa atau merasa mampu memimpin Solo ? "
memimpin Solo , tapi itu lho ,
" mbokyao .. mas Gibran sabarrrr hingga ayahanda
selesai bertugas sebagai Presiden "
supaya tidak ada sangkaan macam macam seperti
misal " yo mesti ae lha wong anak presiden " ..
aduhhh, saya yakin Jokowi tidak mendorong Gibran
seperti yang mungkin disangkakan publik ,
saya juga yakin bahwa itu sepenuhnya keinginan
murni seorang Gibran sendiri tanpa
di embel embeli " aji mumpung " !
apalagi sebelum Gibran ini , sudah ada " jago " PDIP
yang lain yaitu Achmad Purnomo yang saat ini
harus ikhlas dengan keputusan partainya yang
lebih mengusung Gibran ..
bahkan kenalpun tidak , tetapi sebagai rakyat biasa
yang awam politik , saya hanya ingin mengeluarkan
uneg uneg saja bahwa
suka tidak suka pada akhirnya yang saya hormati
bapak Jokowi akan terkena stempel yang sama
yaitu Politik Dinasti , aduh .. kok yo eman ..
padahal sungguh saya yakin bahwa beliau
Tidak Pernah Mendorong putra putrinya untuk
ikutan pilkada disaat dirinya masih
menjabat sebagai presiden !
stempel " aji mumpung " sebagai harga yang
harus dibayar ketika ia memilih momentum yang
menurut saya yang awam ini adalah
kurang tepat !
saat ini , saya hanya bisa berharap semoga
mas Gibran memakai momentum ini untuk
ajang pembuktian bahwa
Gibran adalah Gibran yang memiliki
gaya , warna serta misi visi yang berbeda dengan
Jokowi karena Gibran lahir dan besar dalam
tantangan jaman yang berbeda !
Gibran adalah Gibran yang memiliki
gaya , warna serta misi visi yang berbeda dengan
Jokowi karena Gibran lahir dan besar dalam
tantangan jaman yang berbeda !
yang berada dipanggung dan mengharapkan pujian
serta tepuk tangan penonton ,
melainkan panggung yang penuh pengabdian dan
bahkan kesiapan untuk sorak sorai penonton yang
justru mungkin memintanya turun panggung
disaat ada kebijakannya yang
dianggap kurang populer !
dalam hal ini sepertinya Gibran harus belajar
banyak dari ayahandanya bagaimana menghadapi
badai badai dari lawan politik dll .
Jokowi dengan gaya Priyayi Solo nya yang
kalem , tetapi mengagetkan disaat situasi
menuntutnya untuk bersikap tegas!
tentang " tuduhan " dinasti - politik itu sendiri ,
saya sebetulnya juga mencari cari
definisi yang tepat , apakah itu
sebuah keniscayaan tanpa melalui ajang pemilihan
alias " ditunjuk begitu saja " hanya karena
masih masuk dalam garis keturunan
atau masih harus tetap melalui sebuah
ajang pemilihan sehingga masih
dimungkinkan untuk tidak dipilih ?
kalau demikian adanya ,
apakah nantinya " nasib " Gibran masih akan
ditentukan oleh para pemilih yang bisa saja
tidak terpilih meski ia putra presiden ?
maka jika " keberuntungan " Gibran saat ini
adalah karena PDIP memilihnya menjadi
bakal calon walikota Solo , nampaknya keberuntungan
ini masih harus diuji lagi dalam pilkada nanti
apakah memang masyarakat Solo melihatnya
semata sebagai putra Jokowi atau
sebagai anak muda yang punya potensi besar
menata Solo kearah yang lebih maju dan
mampu menjawab tantangan jaman ?
" naa .. mas Gibran ,
panggung sudah tersedia ,
tentang " tuduhan " dinasti - politik itu sendiri ,
saya sebetulnya juga mencari cari
definisi yang tepat , apakah itu
sebuah keniscayaan tanpa melalui ajang pemilihan
alias " ditunjuk begitu saja " hanya karena
masih masuk dalam garis keturunan
atau masih harus tetap melalui sebuah
ajang pemilihan sehingga masih
dimungkinkan untuk tidak dipilih ?
kalau demikian adanya ,
apakah nantinya " nasib " Gibran masih akan
ditentukan oleh para pemilih yang bisa saja
tidak terpilih meski ia putra presiden ?
maka jika " keberuntungan " Gibran saat ini
adalah karena PDIP memilihnya menjadi
bakal calon walikota Solo , nampaknya keberuntungan
ini masih harus diuji lagi dalam pilkada nanti
apakah memang masyarakat Solo melihatnya
semata sebagai putra Jokowi atau
sebagai anak muda yang punya potensi besar
menata Solo kearah yang lebih maju dan
mampu menjawab tantangan jaman ?
" naa .. mas Gibran ,
panggung sudah tersedia ,
isilah dengan pengabdian yang tulus dan
bukan karena Jokowi atau
karena putra presiden ,
jadilah diri sendiri dan mungkin
ilmu sebagai pengusaha catering dapat
diberlakukan yaitu :
Melayani dan Bukan Dilayani " .
Selamat Berjalan ke Panggung .. !
( Titiek Hariati , Malang , 25 .07 .20 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar