New Normal atau Normal Baru konyolnya banyak
ditafsirkan sebagai
" segala sesuatunya telah normal kembali "
cuma harus pakai masker dll sesuai protokoler !
maka tidak heran ketika didata ,
ternyata dalam era Normal Baru ini justru terjadi
kenaikan angka dari mereka yang terpapar .
ini sudah jelas , karena kata " normal " diartikan
bisa kembali Kumpul Kumpul , Reunian ,
Mantenan bahkan Sunatan dengan ratusan tamu
yang menikmati ndangdutan ... !
Opo tumon ? ..
Pasar pasar dilanda wabah sehingga terjadi
buka tutup pasar , juga bank bank serta tempat tempat
wisata bernasib sama . Miris .
masyarakat yang salah menafsirkan kata " normal "
menganggap bahwa New Normal adalah
sebuah Kenormalan Baru yang tidak lagi perlu
dikhawatirkan kecuali hanya perlu ber masker dll
bahkan banyak yang tidak ber masker disana sini
seolah sudah normal seperti sediakala !
saya sesali mereka yang menciptakan istilah
New Normal ini sebab Indonesia masyarakatnya secara
umum masih belum siap dengan
" Normal Yang Belum dan Tidak Normal " ini
terutama di tempat2 yang jauh dari pusat2 informasi .
bahkan saya pribadi mendapat beberapa kritikan
ketika saya masih menunda nunda untuk kembali
menghadiri pengajian2 rutin yang biasanya
saya ikuti saat sebelum pandemi .
kritikan itu begini
" walah mbak , jangan kelewat khawatir dah ,
kita kan ada Allah yang menjaga dan menakdirkan usia ,
kalau saatnya mati ya mati lah
meski bukan karena covid ... " .. saya tercenung .
sebagian kalimatnya mungkin ada benarnya ,
tetapi benarkah kalau saya sepenuhnya bersandar
takdir tanpa upaya maka saya akan baik baik saja
alias tidak terpapar ?
saya pikir saya harus berada di tengahnya , yaitu
berupaya untuk tetap aman dan sehat plus berdoa
agar terlindung dari musibah .
menghadiri sesuatu aktivitas dengan banyak orang
yang bisa saja diantaranya terdapat yang terpapar
tetapi tanpa gejala alias OTG adalah juga beresiko
meskipun saat diukur suhu dibawah 37 !
kecuali mungkin lewat minimal RapidTest yang
inipun tidak mungkin ada dalam kegiatan2
pengajian rutin .
seorang teman di Melbourne berkabar bahwa
di negara bagiannya ternyata New Normal membawa
bencana alias membumbungnya kembali mereka yang
terpapar . saya pun membathin
" kalau di Melbourne saja masyarakatnya masih
banyak yang " ndableg " karena menganggap
New Normal sama dengan Sudah Kembali Normal ,
maka tidak heran kalau di Malang sendiri
terjadi hal yang sama bahkan lebih parah .. !" .
sesungguhnya , penetrapan New Normal berangkat
dari pertimbangan ekonomi diatas pertimbangan
kesehatan mengingat makin banyaknya
masyarakat yang terpuruk secara ekonomis .
tetapi dibukanya kembali kran kran perekonomian ini
sayangnya tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa
" Bukalah Kembali Aktivitas atau
Usahamu Dengan Syarat Syarat Tertentu " !
kerumunan2 di stasiun2 KA , tempat2 wisata ,
pasar pasar , lapangan2 olahraga dll seolah covid19
sudah lewat dan tidak ada lagi yang
harus dikhawatirkan .
bertumbangannya tenaga2 paramedis dan padatnya
RS RS oleh penderita covid19 ,
tidak membuat masyarakat takut , padahal ketika
kita mau sedikit berfikir
" apalah jadinya kalau aku terpapar padahal
tidak ada lagi RS yang bisa menampung dan
tenaga medisnya juga terpapar ? " ..
kemarin saya mendapat WA mengejutkan dari seorang
teman di Bekasi begini :
" doakan ya , aku dan isteri serta anak anak ku
sedang diisolasi di RS Bekasi .
anakku dokter syaraf juga terkena ... " ..
saya hanya bisa mendoakan sambil membayangkan
betapa seriusnya si corona yang ganas ini dan
betapa teledor dan sembrononya sebagian masyarakat
kita yang menganggap corona tak lebih
seperti flu biasa ...
sungguh saya berharap ada pergantian nama untuk
Normal Baru ini dengan menghilangkan
kata " normal " nya dan menggantinya
dengan yang lebih " menyeramkan " agar
mereka2 yang sembrono menjadi
sedikit tergerak hatinya ..
apa nama yang lebih pas ? saya tidak tahu ,
tetapi kita memiliki ratus bahkan mungkin ribuan
ahli bahasa yang bisa menemukan istilah yang
lebih pas tanpa menyertakan kata " normal " .
yang terlintas dibenak saya misalnya
" Beraktivitas Bersama Covid19 "
atau " Hidup Berpatner Covid19 " atau
" Pilih Hidup atau Mati Ditangan Covid19 " atau
" Menang atau Menyerah Pada Covid19 " .. atau
.. atau .. atau .. saya tidak tahu lagi
bagaimana cara menyadarkan mereka2 yang
masih menganggap corona ini pilek batuk biasa .
Normal Baru Yang Tidak Normal adalah
sebuah ujian kedisiplinan , antara ingin survive
atau konyol dilahap covid19 hanya karena
arogansi tidak sudi ber masker , cuci tangan dll ..
sungguh hidup memang pilihan ,
maka silahkan saja memilih ..
( Titiek Hariati , Malang 08 .07 . 20 )
gambar2 dari google .
ditafsirkan sebagai
" segala sesuatunya telah normal kembali "
cuma harus pakai masker dll sesuai protokoler !
maka tidak heran ketika didata ,
ternyata dalam era Normal Baru ini justru terjadi
kenaikan angka dari mereka yang terpapar .
ini sudah jelas , karena kata " normal " diartikan
bisa kembali Kumpul Kumpul , Reunian ,
Mantenan bahkan Sunatan dengan ratusan tamu
yang menikmati ndangdutan ... !
Opo tumon ? ..
Pasar pasar dilanda wabah sehingga terjadi
buka tutup pasar , juga bank bank serta tempat tempat
wisata bernasib sama . Miris .
masyarakat yang salah menafsirkan kata " normal "
menganggap bahwa New Normal adalah
sebuah Kenormalan Baru yang tidak lagi perlu
dikhawatirkan kecuali hanya perlu ber masker dll
bahkan banyak yang tidak ber masker disana sini
seolah sudah normal seperti sediakala !
saya sesali mereka yang menciptakan istilah
New Normal ini sebab Indonesia masyarakatnya secara
umum masih belum siap dengan
" Normal Yang Belum dan Tidak Normal " ini
terutama di tempat2 yang jauh dari pusat2 informasi .
bahkan saya pribadi mendapat beberapa kritikan
ketika saya masih menunda nunda untuk kembali
menghadiri pengajian2 rutin yang biasanya
saya ikuti saat sebelum pandemi .
kritikan itu begini
" walah mbak , jangan kelewat khawatir dah ,
kita kan ada Allah yang menjaga dan menakdirkan usia ,
kalau saatnya mati ya mati lah
meski bukan karena covid ... " .. saya tercenung .
sebagian kalimatnya mungkin ada benarnya ,
tetapi benarkah kalau saya sepenuhnya bersandar
takdir tanpa upaya maka saya akan baik baik saja
alias tidak terpapar ?
saya pikir saya harus berada di tengahnya , yaitu
berupaya untuk tetap aman dan sehat plus berdoa
agar terlindung dari musibah .
menghadiri sesuatu aktivitas dengan banyak orang
yang bisa saja diantaranya terdapat yang terpapar
tetapi tanpa gejala alias OTG adalah juga beresiko
meskipun saat diukur suhu dibawah 37 !
kecuali mungkin lewat minimal RapidTest yang
inipun tidak mungkin ada dalam kegiatan2
pengajian rutin .
di negara bagiannya ternyata New Normal membawa
bencana alias membumbungnya kembali mereka yang
terpapar . saya pun membathin
" kalau di Melbourne saja masyarakatnya masih
banyak yang " ndableg " karena menganggap
New Normal sama dengan Sudah Kembali Normal ,
maka tidak heran kalau di Malang sendiri
terjadi hal yang sama bahkan lebih parah .. !" .
sesungguhnya , penetrapan New Normal berangkat
dari pertimbangan ekonomi diatas pertimbangan
kesehatan mengingat makin banyaknya
masyarakat yang terpuruk secara ekonomis .
tetapi dibukanya kembali kran kran perekonomian ini
sayangnya tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa
" Bukalah Kembali Aktivitas atau
Usahamu Dengan Syarat Syarat Tertentu " !
kerumunan2 di stasiun2 KA , tempat2 wisata ,
pasar pasar , lapangan2 olahraga dll seolah covid19
sudah lewat dan tidak ada lagi yang
harus dikhawatirkan .
bertumbangannya tenaga2 paramedis dan padatnya
RS RS oleh penderita covid19 ,
tidak membuat masyarakat takut , padahal ketika
kita mau sedikit berfikir
" apalah jadinya kalau aku terpapar padahal
tidak ada lagi RS yang bisa menampung dan
tenaga medisnya juga terpapar ? " ..
kemarin saya mendapat WA mengejutkan dari seorang
teman di Bekasi begini :
" doakan ya , aku dan isteri serta anak anak ku
sedang diisolasi di RS Bekasi .
anakku dokter syaraf juga terkena ... " ..
saya hanya bisa mendoakan sambil membayangkan
betapa seriusnya si corona yang ganas ini dan
betapa teledor dan sembrononya sebagian masyarakat
kita yang menganggap corona tak lebih
seperti flu biasa ...
sungguh saya berharap ada pergantian nama untuk
Normal Baru ini dengan menghilangkan
kata " normal " nya dan menggantinya
dengan yang lebih " menyeramkan " agar
mereka2 yang sembrono menjadi
sedikit tergerak hatinya ..
apa nama yang lebih pas ? saya tidak tahu ,
tetapi kita memiliki ratus bahkan mungkin ribuan
ahli bahasa yang bisa menemukan istilah yang
lebih pas tanpa menyertakan kata " normal " .
yang terlintas dibenak saya misalnya
" Beraktivitas Bersama Covid19 "
atau " Hidup Berpatner Covid19 " atau
" Pilih Hidup atau Mati Ditangan Covid19 " atau
" Menang atau Menyerah Pada Covid19 " .. atau
.. atau .. atau .. saya tidak tahu lagi
bagaimana cara menyadarkan mereka2 yang
masih menganggap corona ini pilek batuk biasa .
Normal Baru Yang Tidak Normal adalah
sebuah ujian kedisiplinan , antara ingin survive
atau konyol dilahap covid19 hanya karena
arogansi tidak sudi ber masker , cuci tangan dll ..
sungguh hidup memang pilihan ,
maka silahkan saja memilih ..
( Titiek Hariati , Malang 08 .07 . 20 )
gambar2 dari google .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar