seorang teman ngomel
" opo bedane lockdown ambek enggak ,
saiki yo wes podo mbek lockdown , dodol gak oleh ,
metu gak oleh , kerjo gak iso ..
wes opo iki jenenge ?
lek di lockdown mungkin wedi rakyat gak iso mangan
terus demo .. dilematis ancene "
( saya terjemahkan secara bebas :
" apa bedanya lockdown sama tidak ,
saat ini ya sudah sama dengan lockdown ,
jualan tidak boleh , keluar nggak boleh ,
bekerja nggak bisa .. apa ini namanya ?
kalau di lockdown mungkin khawatir rakyat tidak
bisa makan dan lalu demo ..
memang dilematis " ) ..
berhari hari berpikir sama bahwa pilihan lockdown
secara nasional berpotensi macam macam .
jadi dengan adanya Jarak Sosial dan pembatasan wilayah ,
ini adalah " bahasa halus " dari lockdown
karena secara finansiil lockdown membawa konsekwensi
super mega untuk pemerintah .
apalagi Indonesia terdiri dari ribuan pulau besar kecil
dan banyak yang terpencil ,
tidak mudah mengatur lockdown dibanding
negara2 Eropa Barat yang " sak glutek 2 " itu
dengan jumlah penduduk mereka rata2 6-8 juta saja !
tetapi secara lambat bisa diamati bahwa jumlah
penderita covid19 makin bertambah dan
makin menyebar ke semua wilayah ditanah air .
" wes mbak , gak usah melok mikir .
babah cik dipikir sing gede2 . awake dewe
nglockdown dewe2 ndik omah ae ,
sing penting masio gak akeh sik iso onok
beras ambek endog " ..
( terjemahan bebasnya
" sudahlah tidak perlu ikutan mikir ,
biar dipikirkan para pemimpin saja .
kita lockdown sendiri2 dirumah saja , yang penting
sekalipun tidak banyak masih ada beras dan telur " )
saya juga tidak komen ,
sebab teman yang satu ini saya anggap juga sudah
mewakili pemikiran saya . egoiskah saya yang
tidak mau ikut berpikir
tentang saudara2 kita yang berpenghasilan
tidak tetap dan harus berjuang
tiap hari untuk sesuap nasi ?
tentu saya juga terpikir kesana ,
tetapi apa daya sebuah saya ?
maka hari hari ini saya sangat bersyukur bahwa
banyak bermunculannya
banyak bermunculannya
berbagai gerakan2 kemanusiaan dari
berbagai elemen masyarakat untuk mengumpulkan
dana maupun sembako bagi saudara saudara kita yang
" terpapar samaran lockdown " .
ustaz / ustazah , perkumpulan pengajian ,
komunitas ini itu dll .
maka pintu telah terbuka lebar untuk
saudara saudara kita yang lebih membutuhkan
bantuan lewat gerakan gerakan kemanusiaan ini ,
meskipun hanya berupa sembako
ataupun bahan bahan makanan kering seperti
Mie , Telur , Susu Kaleng dll .
andaipun bantuan tidak sampai menjangkau area
yang luas atau jauh , setidaknya disekitar lingkungan kita
akan selalu ditemukan saudara2 kita yang
membutuhkan uluran tangan .
sesungguhnya covid19 membawa
musibah sekaligus hikmah .
perasaan senasib sepenanggungan menjadi lebih tebal ,
tidak ada Aku dan Kau tetapi Kita ,
semua untuk satu ,
dan satu untuk semua ..
mungkin memang ini yang IA inginkan dari kita ,
disaat manusia telah semakin memikirkan dirinya sendiri bahkan melalaikan fungsinya sebagai mahluk sosial
karena Aku nya yang lebih besar
daripada Kita nya ..
( Writing by Titiek Hariati , Malang , 29 .03 .30 )
foto2 dari google :
01 . BRI menyumbang sembako untuk masyarakat ekonomi lemah
yang terdampak " lokal lockdown "
02 . penjual sembako
03 . kebutuhan pokok
04 . jangan sampai sumbangan sembako disaat
corona mengganas
ini berdesakan seperti ini .. !
( ini foto dari pembagian kupon
sumbangan sembako pada sebuah bencana banjir )
foto2 dari google :
01 . BRI menyumbang sembako untuk masyarakat ekonomi lemah
yang terdampak " lokal lockdown "
02 . penjual sembako
03 . kebutuhan pokok
04 . jangan sampai sumbangan sembako disaat
corona mengganas
ini berdesakan seperti ini .. !
( ini foto dari pembagian kupon
sumbangan sembako pada sebuah bencana banjir )