ketika saya menjejak kaki pertama kali disitu ,
De Bamboo Restaurant di nDau , Batu , sekian hari yang lalu ,
saya merasa " nelongso " ( kurang lebih artinya antara kecewa dan sedih ) .
lho .. apa pasal , kok rencana mau makan siang berubah jadi
nelangsa atau nelongso atau apa ya bahasa Indonesianya yang tepat ?
alasan pertama adalah karena De Bamboo ini saya temukan secara
tidak sengaja ketika mata saya menangkap nun dikejauhan antara
Malang - Batu , sebuah siluet cantik tapi " ingip ingip " antara
kelihatan dan tidak .
kedua , ketika saya nekad masuk halaman parkirnya yang luas dimana
siang itu kendaraan saya adalah satu satunya di halaman padahal
saat itu adalah jam jam makan siang dan Sabtu pula
alias weekend yang mestinya banyak orang sedang bersantai .
ketiga , saat saya melangkah lebih kedalam ,
ternyata yang terlihat dari jauh " ingip ingip " tadi adalah sebuah
kecantikan tersembunyi yang luar biasa !
sesuai namanya maka dominasi bambu disitu sangat terasa terutama
sekali peran bambu sebagai " pembungkus " pilar pilar nya yang
tinggi tinggi itu tampak sangat artistik !
atap dan furniture juga di area lesehannya , semuanya menyajikan
bambu sebagai primadona yang sangat pas dengan alam sekitarnya .
ini masih ditunjang dengan view cantik yang terbentang di
depannya yang seolah memanjakan mata kita .
udara segar mengalir tanpa halangan karena ketinggian atap resto plus
konsep ruangannya yang serba terbuka dan lapang ,
membuat orang betah berlama lama . disebelah depan ada semacam kolam
dan sebuah jembatan mungil yang manis disitu bisa membawa
kita " keseberang " kolam untuk mendekat ke sawah yang ada disitu .
secara sengaja mereka meletakkan dua buah sofa biru dan
beberapa kursi cantik berwarna putih didekat persawahan .
( sebuah kontras yang setelah foto jadi beberapa hari kemudian banyak
mengundang pertanyaan
" lho .. kok ada sofa ditengah sawah ?" ..
( sebuah tipuan optis yang unik bagi pecinta fotografi )
jadi apa yang membuat saya " nelongso " ditengah segala kelebihan fisik
resto ini ? jawabannya antara lain :
01 ) tidak adanya penunjuk baik berupa papan nama , baliho dll
ditepi jalan raya yang dapat membuat publik tahu bahwa disitu ada
" sesuatu " yang spektakuler !
02 ) selling - point resto ini antara lain adalah
kecantikan alam yang disuguhkan didepan nya .
tetapi karena disebelah depan
( atau belakang ? ) resto adalah sebuah bangunan toko ,
maka berlian ini sungguh tidak layak untuk disembunyikan !!
3 ) kalau secara kebetulan " chef " nya adalah dari Jawa Barat dan
konsep restonya adalah masakan tradisionil ( Sunda ? ) ,
maka sangatlah disayangkan bila dalam daftar menunya kurang
menonjolkan unsur " Sunda " ini sebagai ciri khas dan kekuatan resto .
Malang Raya beberapa tahun terakhir ini sudah dibanjiri
aroma kuliner nusantara , mulai Aceh hingga NTT .
jadi ciri khas daerah menjadi andalannya .
maka ketika saya datang hingga pulang , resto ini nyaris tidak ada
pengunjung nya , saya sungguh " sedih " !
saya " mbathin " begini :
" apakah marketingnya yang kurang handal atau memang
nggak marketing2an karena DB sangat PD dengan kecantikannya ?"
tapi bisa saja mungkin saja saya salah ,
sebab siapa tahu sepulang saya dari sini justru tamu tamunya
datang dan membludhak ?
bermacam pertanyaan " sliweran " dibenak saya sampai akhirnya
" maaf , apakah pesanannya sudah dapat kami catat ? " ...
maka saya balik bertanya
" yang khas disini apa ya kok bingung saya mbaca
daftar menunya yang macam2 ini ?"
dijawab " gurami kare" .. ya sudah kalau begitu saya pesan itu !
jadi pesannya gurami kare , cah kangkung dan penyet2an .
dideretan minuman , konon tidak ada yang khas ,
jadi ya pesannya sesuai selera saja . tidak ada yang salah dengan rasa
masakannya , yang " salah " hanya satu yaitu " kurang pedas " ... lho ?
pedas memang masalah selera , tapi ketika
pedasnya " dibawah standar " maka masakan terasa agak hambar sebab
lidah seperti kurang ada yang menggigit !
kalau De Bamboo khawatir dengan tamunya yang kurang suka /
suka pedas maka sebaiknya disediakan
sambal extra dimeja kastamer untuk mengakomodir
semua selera yang ada dimeja pemesan !
" kekurangan kecil " ini semoga cukup diperhatikan DB .
saat pulang beberapa kali saya masih " tolah toleh " kearah belakang
dan melihat DB yang seolah " kecepit " itu . sedih .
maka diam diam saya berharap bahwa kelak DB akan bisa " membeli "
toko yang menutupinya ditepi jalan raya itu supaya
kecantikan DB tidak mubazir !.
soal harga , memang relatif sebab di DB ini atmosfer dan
view alamnya tidak bisa dirupiahkan dan sayapun menjadi " paham " .
bak anak perawan rupawan tetapi terpingit dan
kecantikannya akhirnya " mubazir " karena berakhir
sebagai perawan tua ... tapi semoga DB tidak !
( Titiek Hariati )
( writing & photos by : Titiek Hariati , Sept . 2017 )
01 . dominasi bambu
02 . jembatan menuju sawah
03 . pilar dan atap bambu
04 . sebagian sawah
05 . atmosfer ( 01 )
06 . atmosfer ( 02 )
07 . atmosfer ( 03 )
08 . gurami kare
09 . lesehan
10 . daftar minuman
11 . daftar makanan
12 . lesehan ( 02 )
13 . es kelapa muda @ lemon tea
De Bamboo Restaurant di nDau , Batu , sekian hari yang lalu ,
saya merasa " nelongso " ( kurang lebih artinya antara kecewa dan sedih ) .
lho .. apa pasal , kok rencana mau makan siang berubah jadi
nelangsa atau nelongso atau apa ya bahasa Indonesianya yang tepat ?
alasan pertama adalah karena De Bamboo ini saya temukan secara
tidak sengaja ketika mata saya menangkap nun dikejauhan antara
Malang - Batu , sebuah siluet cantik tapi " ingip ingip " antara
kelihatan dan tidak .
kedua , ketika saya nekad masuk halaman parkirnya yang luas dimana
siang itu kendaraan saya adalah satu satunya di halaman padahal
saat itu adalah jam jam makan siang dan Sabtu pula
alias weekend yang mestinya banyak orang sedang bersantai .
ketiga , saat saya melangkah lebih kedalam ,
ternyata yang terlihat dari jauh " ingip ingip " tadi adalah sebuah
kecantikan tersembunyi yang luar biasa !
sesuai namanya maka dominasi bambu disitu sangat terasa terutama
sekali peran bambu sebagai " pembungkus " pilar pilar nya yang
tinggi tinggi itu tampak sangat artistik !
atap dan furniture juga di area lesehannya , semuanya menyajikan
bambu sebagai primadona yang sangat pas dengan alam sekitarnya .
ini masih ditunjang dengan view cantik yang terbentang di
depannya yang seolah memanjakan mata kita .
udara segar mengalir tanpa halangan karena ketinggian atap resto plus
konsep ruangannya yang serba terbuka dan lapang ,
membuat orang betah berlama lama . disebelah depan ada semacam kolam
dan sebuah jembatan mungil yang manis disitu bisa membawa
kita " keseberang " kolam untuk mendekat ke sawah yang ada disitu .
secara sengaja mereka meletakkan dua buah sofa biru dan
beberapa kursi cantik berwarna putih didekat persawahan .
( sebuah kontras yang setelah foto jadi beberapa hari kemudian banyak
mengundang pertanyaan
" lho .. kok ada sofa ditengah sawah ?" ..
( sebuah tipuan optis yang unik bagi pecinta fotografi )
jadi apa yang membuat saya " nelongso " ditengah segala kelebihan fisik
resto ini ? jawabannya antara lain :
ditepi jalan raya yang dapat membuat publik tahu bahwa disitu ada
" sesuatu " yang spektakuler !
02 ) selling - point resto ini antara lain adalah
kecantikan alam yang disuguhkan didepan nya .
tetapi karena disebelah depan
( atau belakang ? ) resto adalah sebuah bangunan toko ,
maka berlian ini sungguh tidak layak untuk disembunyikan !!
3 ) kalau secara kebetulan " chef " nya adalah dari Jawa Barat dan
konsep restonya adalah masakan tradisionil ( Sunda ? ) ,
maka sangatlah disayangkan bila dalam daftar menunya kurang
menonjolkan unsur " Sunda " ini sebagai ciri khas dan kekuatan resto .
Malang Raya beberapa tahun terakhir ini sudah dibanjiri
aroma kuliner nusantara , mulai Aceh hingga NTT .
jadi ciri khas daerah menjadi andalannya .
maka ketika saya datang hingga pulang , resto ini nyaris tidak ada
pengunjung nya , saya sungguh " sedih " !
saya " mbathin " begini :
" apakah marketingnya yang kurang handal atau memang
nggak marketing2an karena DB sangat PD dengan kecantikannya ?"
tapi bisa saja mungkin saja saya salah ,
sebab siapa tahu sepulang saya dari sini justru tamu tamunya
datang dan membludhak ?
bermacam pertanyaan " sliweran " dibenak saya sampai akhirnya
" maaf , apakah pesanannya sudah dapat kami catat ? " ...
maka saya balik bertanya
" yang khas disini apa ya kok bingung saya mbaca
daftar menunya yang macam2 ini ?"
dijawab " gurami kare" .. ya sudah kalau begitu saya pesan itu !
jadi pesannya gurami kare , cah kangkung dan penyet2an .
dideretan minuman , konon tidak ada yang khas ,
jadi ya pesannya sesuai selera saja . tidak ada yang salah dengan rasa
masakannya , yang " salah " hanya satu yaitu " kurang pedas " ... lho ?
pedas memang masalah selera , tapi ketika
pedasnya " dibawah standar " maka masakan terasa agak hambar sebab
lidah seperti kurang ada yang menggigit !
kalau De Bamboo khawatir dengan tamunya yang kurang suka /
suka pedas maka sebaiknya disediakan
sambal extra dimeja kastamer untuk mengakomodir
semua selera yang ada dimeja pemesan !
" kekurangan kecil " ini semoga cukup diperhatikan DB .
saat pulang beberapa kali saya masih " tolah toleh " kearah belakang
dan melihat DB yang seolah " kecepit " itu . sedih .
maka diam diam saya berharap bahwa kelak DB akan bisa " membeli "
toko yang menutupinya ditepi jalan raya itu supaya
kecantikan DB tidak mubazir !.
soal harga , memang relatif sebab di DB ini atmosfer dan
view alamnya tidak bisa dirupiahkan dan sayapun menjadi " paham " .
bak anak perawan rupawan tetapi terpingit dan
kecantikannya akhirnya " mubazir " karena berakhir
sebagai perawan tua ... tapi semoga DB tidak !
( Titiek Hariati )
( writing & photos by : Titiek Hariati , Sept . 2017 )
01 . dominasi bambu
02 . jembatan menuju sawah
03 . pilar dan atap bambu
04 . sebagian sawah
05 . atmosfer ( 01 )
06 . atmosfer ( 02 )
07 . atmosfer ( 03 )
08 . gurami kare
09 . lesehan
10 . daftar minuman
11 . daftar makanan
12 . lesehan ( 02 )
13 . es kelapa muda @ lemon tea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar