siang tadi, 19 Oktober 2014, 4/ empat meja termasuk meja saya di ruang pendopo terdepan dari warung " Gajah Lumping " yang baru seminggu dibuka, mengeluhkan hal yang sama :
KESERETEN !
baiklah bagi pembaca yang bukan bersuku Jawa,
saya coba terjemahkan Kesereten ini sebagai kerongkongan yang terasa mencekik
karena kekurangan cairan untuk mendorong makanan yang sudah tertelan
karena kekurangan cairan untuk mendorong makanan yang sudah tertelan
bagaimana tidak ?
kami semuanya sudah selesai menyantap makanan yang dipilih, dan hampir 30 menit yang bernama minuman ternyata belum muncul juga ... !
sudah tentu menimbulkan protes dan dua bapak menanyakannya ke ruang prasmanan yang mendapat jawaban " Mohon maklum untuk menunggu karena
tamu tamu tidak terduga jumlahnya.... "
lha, apakah 30 menit belum cukup untuk sekedar mendapat cairan pembasah kerongkongan yang seusai menyantap makanan dibutuhkan sebagai pendorongnya?
siang tadi memang Gajah Lumping didaerah mBeji Batu ini tampak padat dengan kendaraan dihalaman parkirnya. maklum masih baru dan mengundang banyak rasa ingin tahu.
GL ini merupakan wajah baru dijagad kuliner Malang dan merupakan hasil " mlungsungi " dari Warung mBeji yang pernah saya ulas di blog yang sama.
rupanya warung tersebut kurang sukses, dan Gajah Lumping/ GL ini adalah wajah barunya
( semoga info ini benar, bila tidak harap dikoreksi )
GL merupakan satu group dengan Monopoli dan Ria Jenaka, maka melihat tatanan dan menu menu yang ada, sayapun meraba bahwa rasa tak akan jauh jauh dari keduanya.
dan dengan konsep prasmanan , GL memilih menu menu tradisionil sebagai andalannya.
tetapi entah karena sudah " kadung " kecewa dengan layanan yang sangat
" menyiksa kerongkongan " tadi maka para tamu termasuk saya, sepakat secara kompak bahwa :
01. layanan GL sangat mengecewakan meski membludaknya tamu tidak dapat dijadikan alasan sebab segala cuaca harus sudah diantisipasi dalam pelatihan karyawan sebelum opening.
02. disegi pilihan menu dan rasa, terutama yang berbentuk " sate2an " dimana ada sate sosis goreng, sate usus, sate rempelo, sate kepala ayam, sate nuget dll tidak memenuhi harapan.
pada skala 1 - 10, menurut kami ada pada 6 ( max )
03. dalam pengertian prasmanan, biasanya semua item dibebaskan untuk mengambil sesuai kebutuhan tamu, dimana kasir yang akan menafsir kwantitasnya.
di GL ini kuah2 diletakkan dalam mangkuk2 plastik kecil sehingga untuk bayam misalnya, rasanya hanya dengan sekali teguk saja sudah akan kosong mangkuknya.
seorang bapak didepan meja saya berkomentar
" wong prasmanan koq kuahnya dibatasi di mangkuk2, juga nasinya dibungkus kecil kecil, ditempat lain kan enak bisa bebas, tokh yang penting bagaimana nanti menaksir tarif dari
semua item yang kita ambil ? " semuanya mengangguk setuju.
04. meja lain diseberang saya adalah sebuah keluarga dengan dua putra/i remaja mengeluh begini : " kami jauh2 dari Kediri ini tertarik dengan promonya, e .. ngga taunya begini,
lha sebelum makan kan justru perlu minum sebab diperjalanan tadi panas.
terus anak saya ini sudah lama nunggu eee .. ngga taunya katanya ngga ada, mbok ya bilang dari tadi to kalau ngga ada kan kasihan mereka sudah nunggu2 ! " katanya dengan kesal.
rasa penasaran tamu tamu yang baru I kali ke GL semoga tidak untuk yang
" pertama dan terakhir "
sebab Mouth to Mouth Marketing itu lebih dahsyat dampaknya.
saya hanya khawatir bahwa Kesan Pertama akan membuat efek jera pada sebagian customer. terlebih saat saya akan memulai memilih menu, harus menunggucukup lumayan hingga tempat nasi , sate satean , lauk dll terisi lagi.
mungkin bagi sebagian yang lain sama sekali mendapat kesan berbeda dengan kami empat meja ini, tetapi apa boleh buat GL memang tidak sehebat promosinya.
( akhirnya dari GL saya melanjut ke sebelahnya untuk " menebus " kekecewaan , dan ' tetangga ' GL ini sudah saya tulis sekian bulan yl di blog yang sama )
sungguh sayang bahwa kenyamanan atmosfer yang diciptakan tidak seimbang dengan
Layanan, Pilihan Menu dan Rasa.
semoga GL bisa bertahan dan tidak kemudian ' lenyap ' seperti Warung mBeji yang sebelumnya mengambil lokasi yang sama.
mudah mudahan.
( th )
( photos by : th, Gajah Lumping, mBeji, Batu, Malang, Oktober 2014 )
01. atmosfer diruang prasmanan
02. spanduk
03. bermacam kuah di mangkuk mini
04. gajah daun
05. pilihan menu
06. serba kering
07. gajah lumping
08. sebuah sudut
09. sate satean
10. Gajah Lumping dalam anacaraka
CATATAN DESEMBER 2018 :
warung tsb diatas sudah sangat lama tidak ada ,
dan ditempati oleh yang baru .
penulis tidak mengetahui alasan ditutupnya ,
ini sekedar buat pembaca yang mungkin tidak dapat
menemukannya .
demikian agaknya sebuah bisnis ,
sukses dan gagal adalah sesuatu yang wajar .
semoga kegagalan dapat memicu semangat untuk
bangkit lebih baik !
( Titiek Hariati , Desember 2018 )
( photos by : th, Gajah Lumping, mBeji, Batu, Malang, Oktober 2014 )
01. atmosfer diruang prasmanan
02. spanduk
03. bermacam kuah di mangkuk mini
04. gajah daun
05. pilihan menu
06. serba kering
07. gajah lumping
08. sebuah sudut
09. sate satean
10. Gajah Lumping dalam anacaraka
CATATAN DESEMBER 2018 :
warung tsb diatas sudah sangat lama tidak ada ,
dan ditempati oleh yang baru .
penulis tidak mengetahui alasan ditutupnya ,
ini sekedar buat pembaca yang mungkin tidak dapat
menemukannya .
demikian agaknya sebuah bisnis ,
sukses dan gagal adalah sesuatu yang wajar .
semoga kegagalan dapat memicu semangat untuk
bangkit lebih baik !
( Titiek Hariati , Desember 2018 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar