Sabtu, 22 Agustus 2009

UJIAN dihari I







Memasuki gerbang Ramadhan, "biasanya" kita berhadapan dengan berbagai uji emosi. Lolos atau tidaknya, bergantung sepenuhnya bagaimana kita meyakini Ramadhan sebagai sebuah "ujian kenaikan tingkat", bisa tidak naik, bisa naik. Hari I kemarin berlalu sangat teduh dan sejuk dihati. "Kecuali" pada menjelang tengah hari, karib yang rajin ber curhat mendadak menelpon dan "biasanya" ada apa apa. Tetapi hati telah dipersiapkan untuk mendengarkan, dan terjadi dialog yang setelah terpotong basa basi maka sisanya kira2 begini:

" Aku ngga ngrasani lo mbak, tapi boleh ya sedikit sharing lagi2 soal dikantor?"
( Hehe.. sungguh saya sudah menduganya, jadi tidak terlalu kaget , saya jawab ):
" Iyo, silahkan saja..."
" Gini mbak, teman dikantor yang sering saya ceritakan itu lo, malah puasa2 gini mancing2 emosi. Saya sih berusaha tidak terpancing. Hari ini kami kan sama2 dapat giliran jaga pagi. Kebetulan memang teman itu kan tidak puasa karena berbeda keyakinan. Eh..gitu dah, penyakit usilnya kumat dan mancing2. Wah, bisa batal nih kalau saya nuruti emosi.... " ( nada suaranya membuat saya tersenyum karena saya membayangkan pasti dia agak cemberut ) .
" Menurut mbak, gimana?"
" ( Saya hati2 menjawab ) Mudah saja, katakan kamu sedang berpuasa"
" Lho ya dia sudah tahu to mbak tanpa saya bilangi.."
" Ya ngga papa, bilang saja begitu.."
" Terus apa maksudnya mbak?"
" Ya sudah begitu saja. ..."
" Aduh, saya ini seharian berdekatan lho dikantor dengan teman itu dan kalau harus menahan nahan terus, dia semakin nggladrah dan saya juga makin sebel wong orangnya merasa seperti superman.... Bisa2 sebulan ini puasa saya nilainya merah.."
" ( Gawat, saya juga tidak boleh mulai terpancing oleh curhatnya hihihi ) Begini, kemenangan itu sungguh bukan ketika kita bisa menaklukkan musuh dengan pedang tajam. Tetapi dengan kita diam, kita akan terhindar dari petaka yang lebih besar. Yang mereka tunggu adalah kemarahan kita. Yang mereka nantikan adalah ledakan emosi kita. Yang mereka rindukan adalah citra buruk kita yang muncul akibat kegusaran2 kita. Maka mudah saja : maaf dan ampuni saja, karena mereka sungguh dibutakan hatinya dari kebenaran2... Kamu menang dengan diam dan memaafkan".

 " Aduh, iya sihh... tapi sulit mbak" ( suaranya memelas )
" Iya sulit, namanya saja ujian kenaikan tingkat, harus melewati tahapan2 yang sulit, karena memang sorga itu hanya berpenghuni mereka2 yang resik qolbu nya tanpa setitik debu pun dan itu sungguh sulit. Baju boleh bersih dan bagus, wajah boleh di poles cantik dan keren, ilmu boleh setinggi langit, jabatan boleh menyentuh batas lazuardi, tetapi QOLBU yang bersih, hanyalah milik mereka2 yang sadar bahwa semua hiasan duniawi tadi menjadi sia2 disisiNYA ketika tidak dihias dengan Qolbu yang indah. ..."

" Yaaa... akan saya coba sihhh.. cuma tiap melihat orangnya hati saya langsung srengggg... mangkel..."
" Wajar. Mudah kok, dhuhur nanti segera sholat dan doakan dia kira2 begini: " Ya Allah, ampuni hambaMU ini dan ampuni juga orang2 yang mungkin tidak menyukaiku. Sungguh jadikan mereka orang2 yang tidak merugi disisiMu dan basuhlah hati mereka sebagaimana hati hamba dengan zam zam MU serta tunjukilah mereka jalanMU yang benar..... Untuk lebih sregnya, setelah sholat bukalah sejenak Al Qur'an juz 20, Al QASAS, ayat 69: Wa rabbuka ya'lamu ma tukinnu suduruhum wa ma yu'linun ( a ) , Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan ( dalam ) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan..." ( Saya bisa mengatakan itu karena kebetulan saya tadi baru saja mem buka buka ayat yang dimaksud ). Diseberang sana kok terdiam?

" ( Ada suara terisak )........"
" Lho, hallo, masih disitu?" , saya bertanya.
" Yo mbak, aduh, hampir saja mbak aku nuruti emosiku....."
Lima menit setelahnya telepon berakhir dan sayapun ikut lega. Saya tulis ini pada hari ke II puasa, semoga hari ini akan selamat saya lalui tanpa rintangan ber arti, amien.

( Photo by : Titiek Hariati, Bajul Mati Beach, South of Malang )

Tidak ada komentar: