Rabu, 26 Agustus 2009

Barisan " Sayang Anak " Para Manula.





Arus mudik, arus balik. Rutinitas lebaran. Tetapi tahun ini, saya terkena imbasnya, meskipun yang mudik dan balik bukan saya. Tiket pesawat anehnya sudah habis sampai akhir September 2009, mulai penerbangan yang sistim angkot sampai yang "elite" ck ck ck.... 

Maka sebelum pilihan jatuh ke bus malam, jelas kereta api menjadi buruan. Sesuai kebutuhan yakni 1/satu tiket untuk ke Jakarta tanggal 26 September, jadwal yang tertempel di stasiun KA Kotabaru Malang adalah untuk tanggal tersebut baru dibuka mulia tanggal   27 Agustus . Informasi yang sampai, bahwa biasanya subuh antrean sudah panjang dan tidak sampai 15 menit tiket sudah akan habis.

Mengantisipasi ini, sahur dan sholat subuh terpaksa dimajukan . Jalanan masih senyap karena banyak yang terlelap setelah sahur. Ternyata sesampai didepan pintu stasiun tempat antrean, sudah ada sekitar 20 bapak ibu yang rata2 sudah berkepala 5 dan 6. 

Wah, masih kalah pagi rupanya dengan mereka yang bahkan datang dari luar Malang. Formulir isian pemesanan tiket ternyata juga sudah mulai tersusun sesuai jam kedatangan si pengantri, yakni dicobloskan kesebuah kawat panjang . Saya berhitung bahwa giliran saya nantinya dikisaran tiket yang ke 57 lembar." Nasib " kami sama, yaitu mencarikan tiket pulang untuk putra/i atau cucunya ....


Semakin menjelang fajar antrean semakin ramai yang  lucunya 80% adalah manula. Maka sambil menunggu loket dibuka jam 07.00  para pengantre ini saling melempar canda . Seorang bapak yang gemuk berkata : " Yo ngene iki jenenge sayang anak... Sing enom enom  nglencer nang Malang, sing manula antri karcis... hehe....", semua grrrrrrr... sebab merasa " senasib sepenanggungan" sebab rata rata mengantri untuk anak anak nya yang bekerja atau kuliah di Jakarta.


Sebuah mobil mewah memasuki area parkir, dan suami isteri nampak turun dari mobil. Tidak banyak bertanya, mereka ikut mengantri sampai sekitar 30 menit. Ternyata mereka belum mengisi formulir dan mencobloskannya dikawat, padahal yang datang sesudahnya telah mengantrekan formulirnya dikawat. Mungkin di saat saat seperti ini memang tidak perlu malu bertanya supaya tidak sesat diantrean hehe ...

Akhirnya tepat jam 07.00 pintu dibuka dan brolllll..... semua berebut masuk yang sebetulnya sia sia saja karena antrean sudah disesuaikan dengan tumpukan formulir yang dicoblos dikawat. Satu persatu nama dipanggil dan alamakkk..... belum sampai 15 nama, diumumkan " Gajayana habis! ".... lho? 

Seorang bapak bapak yang berusia sekitar 60 an mengamuk dan ( maaf ) me maki maki karena antre sejak subuh kok ngga kebagian. Petugas mencoba menjelaskan " Ini sistim online pak, jadi yang membagi itu langsung dari Bandung, dan bukan hanya Malang yang kejatahan...". si bapak tetap marah marah dan malahan tambah marah " Onlen... onlen... apa itu, faktanya baru sebentar kok sudah habis, permainan ya?"...... 

Aduhhh, saya yang juga kecewa masih mencoba menahan diri supaya tidak batal puasa hehe dan sedikit terhibur dengan pengumuman petugas bahwa yang tidak kebagian Gajayana apa bersedia dialihkan ke KA Anggrek Malam? Anggrek Malam berangkat dari Pasar Turi, bukan dari Malang, terpaksa diiyakan....


Menunggu sejam bersama puluhan orang lainnya akhirnya tiket pun ditangan. Tiba2: " Maaf, Anggrek Malam habis, tinggal Anggrek Pagi, apakah bapak ibu yang lainnya bersedia dialihkan ke Anggrek Pagi?". Seorang bapak lain yang rupanya sudah sampai di ubun ubun jengkelnya, berkomentar dengan suara keras : " Mau pagi , mau sore, mau anggrek tembelek, yang penting jangan dimainkan kami2 yang sudah antre sejak subuh ini...."

Hihihi...banyak para pengantre yang senyum senyum penuh maklum dengan komentar bapak yang sepuh ini. Sayang saya tidak membawa kamera karena sebetulnya ekspresi mereka mereka termasuk petugasnya ini unik unik, ada yang marah, jengkel, senyum senyum, cuek dan malah ada yang tertidur pulas...lho?


Menengok kalender, memang tanggal 26 September menjadi favorit arus balik sebab paling stategis. Seninnya sudah harus kembali bertugas, maka sabtu tgl 26 September adalah ideal, masih ada hari Minggu untuk istirahat tanpa harus terlambat atau mbolos pada hari Seninnya.


Anak sulung saya sudah jelas tidak bisa mudik lebaran karena tugas. Tiket tadi adalah untuk si bungsu yang konon ingin merasakan mudik lebaran yg I kali. Sungguh tidak ada yang istimewa dari tulisan ini, kecuali barisan manula yang "sayang anak" dimana dari pertukaran informasi sambil mengantre tadi, terbayang rombongan arus mudik anak muda putra/i para manula ini. 

Saya senang mendengarkan cerita cerita unik mereka, begini misalnya: " Anak saya di Telkomsel, ini mudiknya yang ke II..", " O.. kalau putri saya kuliah di UI, tapi tgl. 28 September dia memang sudah harus ada di Jakarta "..... " Anak anak saya ini dua yang mudik, kakaknya balik Jakarta tgl. 25 sudah saya belikan kemarin tiketnya, ini untuk adiknya....".....dst dst. Lakon lakon kehidupan ..


Hilang kejenuhan saya membayangkan perjuangan setiap orangtua untuk memberikan yang terbaik bagi anak anaknya walaupun harus berdiri ber jam jam, jengkel, marah dsb yang bahkan bisa membuat batal puasa hehe...

Ketatnya razia calo tidak memungkinkan para ortu seperti kami ini untuk memperoleh kemudahan membeli dari calo meski harus membayar sedikit mahal, apalagi adanya sistim pengisian nama dan alamat di tiket.

Mungkin kami para ortu yang mengantre ini nanti tgl 26 September kita akan bertemu lagi di Pasar Turi Surabaya disaat mengantar anak anak pulang, dan "reuni kecil" dengan mereka pasti akan menyisakan catatan lain...Oalaaa, sayang anak sayang anak .....


( Photos by : th,  " Stasiun Kotabaru, Malang , September 2009" )










Tidak ada komentar: