Sabtu, 29 Agustus 2009

Berteman Teklek Dalam Damai





Sebagai pecinta "teklek atau bakiak" ( sandal terbuat dari kayu ) , sayapun merasa lebih enjoy ber teklek ria terutama bila tarawih. Selain santai, juga sehat sebab saya memang agak alergi dengan segala jenis sandal plastik yang rata rata panas di kulit kaki. 

Tanpa disadari, irama teklek ini ternyata diam diam diamati oleh "pengamat pengamat rahasia" yang hafal dengan tek tok tek tok teklek saya. 

Lagipula dideretan sandal di tangga bawah masjid perumahan kami, teklek saya ternyata satu2nya yang tanpa merek disisi berbagai merek sandal lainnya. " Lha ini tekleknya, orangnya pasti sudah didalam....", begitu celetuk seorang tetangga yang mencari saya karena menjanjikan daftar bacaan Ruqiyyah.

Ada 18 jenis bacaan doa lebih yang diberikan kepada saya oleh ibu yang cantiknya bak fotomodel ini, sudah cantik berjilbab pula dan baik hatinya, jadi sudah sangat lengkap lahir batin kecantikannya. Mulai Al Fatiha, disusul Al Baqarah dan yang lain lain. 

Sungguh saya bersyukur bahwa Ramadhan kali ini banyak mendekatkan saya kepada tetangga2 yang semasa saya masih "berkarir" dulu tidak sempat terawat. Di dalam masjid sebelum tarawih, sempat seorang ibu yang lain membisiki: " Jeng, hadiah lari karungnya masih di saya lho dan tolong Sabtu depan rawuh lagi ya di pengajian. Juga tgl 8 Sept. pagi dirumah saya lo pertemuannya...".

Saya tercenung. Minggu2 yang lalu agenda saya bergulir dari satu reuni ke reuni lain untuk kemudian saat ini dari satu pengajian ke pengajian yang lain. Tuhan memang penuh misteri.

Sepulang tarawih, ternyata angin bertiup lebih kencang dari saat berangkat tadi. Mukenah berkibar kibar, dan tiba2 dibelakang saya seorang ibu tetangga yang lainnya lagi menjawil dari belakang : " Daging... ada daging..... ".

Saya menoleh bingung. Ibu tersebut malah tertawa: " Itu lo bu, yang bawah ber kibar2, jadi kaki ibu terlihat sexy....." . Lho? Ooo.... canda ini terasa sebagai pesanNYA yang amat santun bahwa saya harus lebih menjaga "bawah sampai atas"..... alhamdullilah, matur nuwun.

Rasa damai ini menyusup hingga ke sumsum. Terngiang ceramah pak Ustadz tentang hijrah. Hijrahnya mereka dari gelap menuju terang. Hijrahnya mereka dari kecintaan duniawi kepada akherati. Hijrahnya hati hati yang berdebu kepada qolbu yang bersih. Hijrahnya kedengkian dan kebencian kepada kecintaan. Sayangnya memang belum semuanya mampu ber hijrah, karena masih banyak juga yang bertahan dalam kelalaian. Maka saya inginnnn sekali segera " dihijrahkan dan menghijrahkan diri dari saat kesaat " tersebab sempitnya waktu di dunia fana ini dibanding keabadian dunia yang berikutnya nanti.

Disebutkan, sebagaimana dalam surat An Nahl, ayat 107 sampai 109 : ( tafsirnya sbb ) :
" Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan didunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Mereka itulah orang orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang orang yang merugi".

Tek tak tek tok saya berakhir di pintu rumah, saya berpisah dengan teklek tercinta saya disana. Sesuatu bayangan mengerikan melintas dibenak saya....qolbu2 yang belum berhijrah.....


Dan .. bagaimana dengan saya dan Anda? ( Semoga kita masih berkesempatan berhijrah, amienx3)

( Photo by : th, 
" Tangga Masjid Vienna, akhir musim dingin dimana dedaunan belum muncul, 1987 " )


Tidak ada komentar: