sebetule negri ini punya siapa ya ? "
melihat dan membaca aksi Anda pada hari Sabtu 15 Agustus kemarin di Condong Catur Yogyakarta dimana dengan gagah berani Anda mencegat konvoi moge yang melanggar lampu merah tapi dikawal bapak bapak polisi yang seolah " merestui " pelanggaran itu ,
sayapun ikut gregeten dan sangat mendukung aksi Anda lahir batin !
kenapa ?
sebab saya sendiri beberapa kali punya pengalaman tidak nyaman dengan para pe moge yang kebetulan berpapasan maupun searah dengan konvoi mereka .
lha wong kawalan bapak bapak polisi itu seolah membuat konvoi moge ini BERHAK atas pelanggaran2 lalu lintas, sehingga rakyat kecil seperti saya ini hanya bisa minggir sampai batas trotoar jalan supaya tak kesrempet !
belum lagi suara ngiang ngiung sirenenya yang seolah semua orang harus Tunduk Patuh dan Memberi Jalan Selebar lebarnya kepada para pemilik motor yang harga motornya ratusan juta ini . naaa , pasti ada yang buru buru memberi stempel " kecemburuan sosial " kalau ada yang
nggrundhel seperti ini , saya juga tidak salahkan sebab
secara kasat mata memang
secara kasat mata memang
konvoi moge lebih mirip ajang pamer materi sama halnya dengan konvoi
mobil2 mewah sekelas Ferrari misalnya .
lha soal minggir meminggirkan ini masih " lumayan " kalau hanya minggir , tapi ulah salah satu anggotanya yang menghardik dan menggerakkan kakinya dengan sikap seperti menendang pengguna jalan lain yang terlambat untuk minggir , sangatlah melukai hati .
lalu sore tadi di Metro TV ada wawancara khusus dengan ketua HD di Indonesia dan juga dengan mas Elanto yang gagah berani itu .
sudah pasti keduanya sama sama mempertahankan argumennya karena yang dipersoalkan mas Elanto adalah " asas kepatutan " dari kawalan polisi terhadap konvoi2 moge yang
dinilai Arogan dan Melanggar Lalin serta Hak Pengguna Lalin yang Lain .
ketua HD dalam wawancara itu mencoba menjelaskan adanya urgensi dari kawalan polisi saat itu dikarenakan waktu yang mepet menjelang pelaksanaan upacara bendera dalam rangka
ultah RI serta kegiatan bakti sosial bersama Bikers Yogyakarta sebagai pihak pengundang .
tidak ada yang salah dalam undangan ini ,
tetapi yang disesalkan warga adalah " tumpulnya " penegakan disiplin bapak bapak polisi baik yang mengawal maupun yang sedang bertugas dijalan jalan yang dilalui konvoi karena Moge
memang bukan konvoi sepeda onthel ataupun dokar atau becak yang
pesertanya patuh pada petugas petugas polisi yang mengaturnya disepanjang konvoinya .
pesertanya patuh pada petugas petugas polisi yang mengaturnya disepanjang konvoinya .
apalagi kalau didalam konvoi moge itu ternyata juga terdapat beberapa bapak bapak polisi yang memiliki yang juga bermoge , maka apalah arti petugas polisi yang
ada di jalan jalan yang mereka lalui ?
berbungkus upacara " kenegaraan " dalam rangka 17 Agustus dan bhakti sosial memang dapat menjadi sebuah excuse , tetapi masyarakat kita rasanya juga sudah makin
cerdas dan berani dalam menilai segala sesuatu yang
Patut , Setengah Patut , Tidak Patut ataupun Sangat Tidak Patut .
bukankah akan lebih mengundang simpati bila para " mogers " ini memilih jalur jalur yang tidak padat lalin serta jam jam yang lebih lengang dan lebih menghormati pengguna jalan yang
lain sekaligus patuh pada rambu rambu yang ada ?
sikap keteladanan dan kepatuhan yang sebenarnya bisa dipertontonkan para The Have ini rasanya akan lebih mengena dihati masyarakat dibanding sikap arogan yang selama ini
sudah terlanjur menempel .
maka marilah sebagai sesama warganegara Indonesia yang ( mencoba untuk selalu ) patuh pada aturan , untuk saling menghormati guna menggapai harmoni dengan warga dimanapun yang
Anda sedang lewati , tanpa ada sekat sekat .
sekat antara onthel dan moge , antara yang mendapat kawalan polisi dan yang tidak ataupun antara yang " berupacara kenegaraan " dan yang " berupacara ke kampung an " ...
sikap berani mas Elanto hanyalah percik kecil dari bara yang sudah lama menyala dalam banyak dada dan hanya diperlukan sebuah sikap arif dari semua pihak untuk
meredam bahkan mematikan bara yang ada serta menggantinya dengan air sejuk yang menenteramkan.
dalam sejarah perjuangan bangsa kita , para pemimpin besar negeri ini sedemikian bersahaja dalam kesehariannya hingga sepeda onthelpun jadi asalkan perjuangan mereka dapat berlanjut .
dibalik onthel onthel sederhana mereka , tersimpan pemikiran pemikiran besar untuk bangsanya yang melesat kedepan melampui jamannya ,
dan ketulusan perjuangan mereka itu tidak terbungkus dalam seremonial yang mengedepankan nama nama mereka , tetapi mereka melakukan sebuah
Gawe Nyata , Kerja Nyata dalam
membebaskan dan membangun negrinya , Indonesia .
marilah kita miliki Rasa Malu dan Jengah apabila kita lebih bangga dengan seremonial yang Tidak Disertai Kerja Nyata sebab sebuah kerja nyata memang tidak memerlukan publikasi ,
ia berjalan secara lebih iklas dan diam diam tetapi memercikkan gelombang gelombang dahsyat dipermukaan karena ia akan disambut dengan gempita oleh sang penguasa negeri :
yaitu rakyat !
maka, dimanakah Anda dan saya saat ini ?
( th )
( gambar dari google )
dalam sejarah perjuangan bangsa kita , para pemimpin besar negeri ini sedemikian bersahaja dalam kesehariannya hingga sepeda onthelpun jadi asalkan perjuangan mereka dapat berlanjut .
dibalik onthel onthel sederhana mereka , tersimpan pemikiran pemikiran besar untuk bangsanya yang melesat kedepan melampui jamannya ,
dan ketulusan perjuangan mereka itu tidak terbungkus dalam seremonial yang mengedepankan nama nama mereka , tetapi mereka melakukan sebuah
Gawe Nyata , Kerja Nyata dalam
membebaskan dan membangun negrinya , Indonesia .
marilah kita miliki Rasa Malu dan Jengah apabila kita lebih bangga dengan seremonial yang Tidak Disertai Kerja Nyata sebab sebuah kerja nyata memang tidak memerlukan publikasi ,
ia berjalan secara lebih iklas dan diam diam tetapi memercikkan gelombang gelombang dahsyat dipermukaan karena ia akan disambut dengan gempita oleh sang penguasa negeri :
yaitu rakyat !
maka, dimanakah Anda dan saya saat ini ?
( th )
( gambar dari google )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar