Selasa, 18 Agustus 2015






 .. " Paket Dari Perancis Buat Eka " ..

melihat nama anda dideretan pengunjung blog saya , saya sudah " niteni " bahwa ini pasti Ada Apa Apa nya dengan seorang Eka Kurniawan . 
lho bener to , saya langsung gantian buka2 blog Anda dan wow .. lagi2 saya anda minder kan dengan perkembangan baru terjemahan2 dalam berbagai bahasa dari novel2 anda itu serta 
resensi dari berbagai orang2 penting dirimba persilatan sastra dunia !
Inggris , Perancis, Jerman , Korea , Jepang , dan entah bahasa apa lagi yang akan membuat novel novel anda menjadi Tamu Penting di jagad Sastra Dunia .
yo wes, sudah pasti sebagai sesama orang Indonesia saya turut bangga , itu pasti . dan tulisan anda mengenai " menulis sebagai obat pikun diusia tua " plus perasaan sebagai " insiknifikan " itu memang juga saya alami , lha wong boro2 bikin novel yang ngga jadi jadi ( hihihi ) 
lha wong nulis seperti ini saja sudah " pating pecotot " saking ndak fokusnya pada satu titik 
( bukan titiek hehehe ) ..
maka , sungguh pertemanan bahkan persahabatan sesama penghuni jagad pena atawa laptop itu sulit dicerna orang orang " normal " karena " keabnormalan " kita dalam 
cara pandang dan pikir yang terbalik balik dengan mereka yang " normal " ,
 contoh tulisan tentang insignifikan anda tadi !
intinya " bagaimana menjadikan penting barang yang tak penting atau terlihatnya seperti ndak penting padahal masalahnya sebetulnya terletak pada yang 
melihat atau memandang dan bukan pada yang dilihat atau dipandang .
maka kecerdasan yang melihat atawa memandang itulah yang menentukan penting tidaknya sesuatu , inggih makaten mas Eka ? ini contoh goblok goblok an saya : 
" ada sepasang sandal jepit lusuh atau kotor yang terletak di teras sebuah masjid mewah dikawasan mentereng dan terlihat kurang pas  dengan lingkungannya " , wes itu saja. 
buat seorang Eka bisa saja itu menjadi sebuah novel , lha buat seorang saya bisa saja saya mikir : sandal yo sandal , mau diapakan lagi ? 
maka kegoblok an saya ini memang harus sedikit dipinterkan dengan membaca novel soal sandal tadi yang setelah selesai membacanya saya akan jadi lebih cerdas dengan berpikir begini 
" wa iyo yo, sebetulnya aku kan ya bisa to menelisik siapa pemilik sandal lusuh kotor yang tampak kurang pas dengan lingkungannya ini . coba kalau waktu itu aku yang menelisik pasti 
aku ya bisa bikin novel lebih hebat dari penulis novel sandal ini sebab 
akhirnya dialah yang menemukan bahwa 
si pemilik sandal jepit lusuh itu 
ternyata adalah seorang milioner yang menyamar menjadi musafir 
guna menemukan Tuhan nya ! " .... 
naa mas Eka Kurniawan ( yang saya yakin menjadi salah satu calon penerima Nobel Sastra) ,
dicoretan lain saya juga menemukan tulisan anda tentang dikritiknya anda karena 
berani2 nya membuat batasan pada level karya seseorang berdasarkan usia .
 ya ndak papa wong menurut saya itu ya ada benarnya sedikit , 
berkaitan dengan penyakit pikun itu . tapi soal pikun2an ini agaknya saat ini juga sudah melanda generasi2 dibawah saya, contoh ada seorang keponakan yang masih kisaran 30an ternyata 
sudah mulai sering menanyakan hal2 sepele yang sebetulnya dan harusnya masih bisa diingatnya dengan sangat baik, 
contoh : 
" lho waktu sarapan tadi apa aku sudah minum obatku ya ? " 
atau 
" kunci kamarku mana ya ? " ( kunci ada digenggamannya ) ... ! 
Beauty is A Wound , Man Tiger dll adalah sebuah mile - stones jagad sastra Indonesia , dan taklah perlu cemas bila belum ada yang ingin membawanya kelayar lebar karena seringkali 
film tidak mampu menangkap ruh sebuah novel dengan penuh dan hasilnya penonton pulang malah memaki " Kok bagusan novelnya ya ? " . 
maka biarlah dunia buku dan film itu tidak dipaksakan dikawinkan sebab saya membayangkan andai Manusia Harimau di film kan pasti tidak akan mampu segarang bukunya . mengapa ?
karena  lalu pasti ada  sosok laki laki yang di makeup ala harimau dan mengaum bak macan, 
padahal yang saya bayangkan dalam novel anda itu bukan seperti itu melainkan 
Harimau berwajah seperti Anda atau saya , 
karena harimau sebetulnya ada pada setiap kita ... 
mengapa harus risau dan tidak berani jujur ?
sekali lagi selamat atas terjemahan2 itu plus paket2 serta resensi2 " sak ketapruk " nya ,
kunjungan anda ke blog ini barangkali hanya untuk menitipkan pesan ada sesuatu perkembangan baru , dan itu saja sudah sebuah kehormatan bagi saya berdialog dengan seorang filsuf .
 matur nuwun,
th 


( photos : from eka's blog )







 

Tidak ada komentar: