.. " Pintu Surga Terbuka Dimana Mana " ..
( catatan kecil Ramadhan )
sering kita mendengar orang bergumam
" waa kalau surga mudah diraih, cepet penuh dong .. " .
ini tidak salah, meski juga tidak sepenuhnya benar. tergantung bagaimana kita memandang
" sulit/ mudah " nya.
menjadi sulit ketika kita melihatnya sebagai sebuah Beban, dan menjadi Mudah ketika kita melihatnya sebagai sebuah Peluang.
mudah diucapkan, memang tak semudah itu dilaksanakan, mengapa?
karena diantara kemudahan itu, terdapat ujian ujian, yang seringkali mencoba untuk menghalangi kita meraih surga.
contoh kecil :
bertemu seorang duafa, disaat uang disaku sedang kritis. ada pilihan bahkan konflik, antara berbagi dan tidak. bahkan ada bisikan " kalau engkau berikan sebagian, akan membuatmu lebih krisis, tahan saja dulu " .... dan sebuah kebaikan menjadi tertunda.
menahan atau menunda bahkan membatalkan sebuah niat baik apalagi tidak mempedulikan adalah pilihan2 yang tersedia. tetapi saat kita meyakini bahwa
memberi disaat krisis tidak membuat kita jatuh miskin,
adalah pilihan yang terbaik karena kita meyakini bahwa
Allah Maha Mengetahui dan Maha Kaya serta Maha Mengasihi.
seringkali dalam keterbatasan bahkan dalam " kesumpeg-an " tiba tiba saja ada pintu pintu tak terduga yang mengucurkan rizki ! demikian itu nilai sebuah keyakinan ketika
kita sadar bahwa segala yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dan
sebagian daripadanya adalah Hak Orang Lain.
maka ketakutan dalam keterbatasan adalah sebuah ujian hati,
ikhlaskah kita berbagi meski kita sendiri sedang dalam kesulitan?
dan disaat lain dimana kita dilimpahi karunia terutama materi, sanggupkah kita tidur nyenyak ketika kita tahu sebagian dari kita sedang tidur dengan perut lapar?
maka ujian lebih besar adalah disaat kita mendapat limpahan kenikmatan karena seringkali orang lupa untuk mensyukurinya dan membaginya
kepada yang membutuhkan pertolongan.
sebuah berita dari Nganjuk tentang keluarga super-miskin yang terpaksa hidup dan makan bangkai, adalah sesuatu yang sangat mengusik nurani.
ibu tua 80 tahun hidup dengan 3 anaknya dimana dua diantaranya mengalami keterbelakangan mental dan 1 yang sehat juga mulai terganggu kejiwaannya
akibat beban yang tak tertanggung.
mereka hidup disebuah gubug yang tak layak dan mengais bangkai2 di sungai.
wahai,
dimana kita sekalian berada saat ada tetangga kita yang menderita semacam itu?
saya yakin itu tidak hanya ada di Nganjuk tetapi banyak disekitar kita yang seperti itu hanya
kita belum dipertemukanNYA.
andai ada pembaca yang suka berjalan malam hari melihat kehidupan lain disekitar kita, di Malang misalnya didaerah Pecinan di emper2 toko itu, mungkin potret itu bisa dilihat.
ada seorang ibu tua yang sudah harus " ngesot " karena renta dan hanya mengandalkan makanan dari kanan kiri, tanpa anak tanpa keluarga.
tidak harus berupa uang bila memang sedang tidak memungkinkan, tetapi bungkuskan beberapa kotak nasi dari rumah dengan lauk menyehatkan meski sederhana,
dan berikan dengan ketulusan adalah jauh lebih bernilai dibanding uang tetapi diberikan
dengan ketidak ikhlasan dan cemberut.
doa doa kaum duafa ini adalah salah 1 doa yang paling cepat didengarNYA, dan jangan pernah ber hitung2 tentang balasanNYA karena IA memiliki caraNYA sendiri untuk " mengganti " harta yang kita sedekahkan atau zakat kan.
pintu pintu Surga itu sesungguhnya tertebar dimana mana, menunggu kita sekalian memasukinya. yatim piatu, kaum duafa, manula yang terlantar, dll dll adalah pintu pintu dimana kita bisa mengetuknya tiap saat dan termulia disaat Ramadhan ini.
maka masih beranikah kita mengatakan bahwa pintu pintu Surga itu tertutup rapat?
mari saudaraku, kita mencoba dari saat kesaat untuk mengetuknya dengan sepenuh keikhlasan dan berbagi betapapun terbatasnya apa yang kita miliki.
andaipun hanya tinggal sepiring nasi dan saat menemu yang kelaparan Insya Allah kitapun masih akan mampu berbagi.
sesungguhnya berbagi itu indah dan menenteramkan jiwa.
( th )
( gambar dari google )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar