lho, apakah karena makanan, cuaca, atau tradisinya yang berbeda sehingga Indonesia itu dapat dibilang " paling nyaman " untuk berpuasa selama Ramadhan ?
tentu berbicara soal makanan ini sulit, sebab yang enak buat lidah kita mungkin aneh buat bangsa lain. juga soal tradisi berjualan ta'jil disepanjang jalan2 protokol, kampung2 dll mungkin di negara lain juga ada meski tak seramai disini karena kita disini mayoritas Islam.
bagaimana dengan cuaca?
kita yang hanya memiliki dua musim, hujan dan panas, memang relatif " tidak ribet " dibanding negara yang bermusim 4 karena kita tak mengenal
musim dingin , semi dan gugur.
naaa ... lalu dimana letak " surga " nya?
jarak antara matahari terbit dan tenggelam ditanah air rata rata adalah sekitar 13/ tiga belas jam, sehingga masa berbuka hingga sahur disini rata rata adalah sekitar 11 jam.
sebuah rentang waktu yang sangat ideal karena hampir separuh hari kita dapat menikmati
saat berbuka sampai saat Imsak.
pengaruh terhadap sistim pencernaan juga bagus karena saat berbuka yang rata rata terjadi pukul 18.00 itu berjarak sangat ideal dengan saat Sahur
yaitu sekitar pukul 03.00 pagi.
bandingkanlah dengan negara negara yang bermusim 4 yang memiliki rentang waktu sangat pendek antara Sunrise dan Sunset nya terutama pada musim panas.
pada musim panas di negara negara Eropa misalnya, matahari tenggelam antara
pukul 21 - 22 malam hari dan terbit pada sekitar pukul 3 pagi.
bahkan pada negara tertentu yang mendekati kutub , terbit dan tenggelamnya matahari hanya berjarak sekitar 2- 3 jam saja.
dapatlah dibayangkan bahwa waktu yang sedemikian sempit itu harus dibagi untuk sholat Maghrib, berbuka puasa, sholat Isya' dan tarawih serta makan sahur !
mungkin ada yang bertanya, tidak bisakah kita orang Indonesia yang kebetulan disana
memakai jadwal berbuka dan sahur yang ada ditanah air?
bukan wewenang saya untuk menjawabnya tetapi saya hanya ingin membagi sebuah ayat
Al Qur'an yang ada dalam surat Al Baqarah yang berkaitan dengan ini yaitu :
" Uhilla lakum lailatas siyamir rafasu ila nisa'ikum,
hunna libasul lakum wa antum libasul lahunn(a),
'alimallahu annakum kuntum takhtannuna anfusakum fataba'alaikum wa'afa'ankum,
fal'ana basyiruhunna wabtagu ma kataballahu lakum,
wa kulu wasyarabu hatta yatabayyana lakumul khaitul abyadu minal khaitil aswadi minal fajr(i), summa atimmus siyama ilal lail(i),
wa la tubasyiruhunna wa antum'akifuna,
fil masajid(i), tilka hududullahi falataqrabuha,
kazalika yubaiyyinullahu ayatihi lin nasi la'allahum yattaqun(a) " ,
yang artinya :
" Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri isteri kamu:
mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, ( tetapi ) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf ) dalam masjid.
Itulah larangan Allah dan , maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat ayatNYA kepada manusia,
supaya mereka bertaqwa " .
demikian yang bisa saya bagi, dan bagi saya kalimat " benang putih dari benang hitam " adalah sebuah penegasan betapa masalah Terbit dan Tenggelam nya
matahari ini menyangkut
apa yang terlihat secara kasat mata oleh manusia dan bukan yang tidak terlihat alias
yang Terbit dan Tenggelam dibagian benua lain, semoga saya tidak salah.
maka, dari pengalaman pribadi menjalani masa puasa yang sangat panjang dan masa berbuka hingga sahur yang sangat pendek, tidaklah dapat dikatakan bahwa
di berpuasa di Indonesia itu " lebih ringan " dibanding di benua lain,
karena hakekat berpuasa tak lah hanya menahan haus dan lapar secara fisik.
tetapi bahwa perbandingan rentang waktu berbuka hingga sahur yang berimbang disini , memang Indonesia lah yang ideal, dan pastinya kita tidak memiliki kata lain selain
Berucap Syukur bahwa secara geografis kita terletak pada garis yang seimbang antara
saat Sunrise dan Sunset.
namun sungguh Allah menciptakan segala sesuatunya dengan sepenuh keadilan,
dan kita tidak pernah tahu bagaimana Allah menghitung bilangan pahala bagi mereka yang berpuasa hampir 24 jam seharinya dibelahan dunia yang lain.
Allah Maha Besar, Allahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar