Pekanbaru, akhirnya sempat juga saya menginjaknya. Dugaan saya tidak terlalu jauh meleset bahwa kota yang satu ini mirip mirip dengan kota kota besar luar Jawa yang pernah saya kunjungi pada umumnya.
Pertama, jalan rayanya yang ekstra lebar. Kedua, pembangunan fisik kotanya yang masih lebih terpusat di kotanya atau lebih tepat di pusat kotanya. Kemacetan lalin yang belum terlalu dirasakan, bahkan pada malam hari nyaris lengang. Tercatat ada 3 mal terbesar di kota ini, Ciputra Mal, Pekanbaru Mal dan SKA. Ini tahun 2010 lho ..
Yang lucu dan sangat berbeda adalah : SULIT nya mencari pak polisi di jalan jalan raya. Lho pada kemana ya? Padahal di Jawa itu hampir setiap 15 meter dapat kita temukan baik sendiri maupun berkelompok. Juga di tempat tempat yang tersembunyi polisi di Jawa paling senang mengintai dan menunggu " kesalahan/pelanggaran " para pengguna jalan.
Ketika saya tanyakan kok polisi di Pekanbaru tidak terlihat, sopir yang menjemput saya di bandara mengatakan : " Memang bu, jarang jarang ada. tapi keluar Pekanbaru mereka banyak mencegat truk truk besar untuk dipungli..", o iya tooo....rupanya soal pungli sudah merata hehe..
Makanan khas? Ikan sungai, Patin. Juga ada dodol durian atau segala macam bolu. Juga kue kue yang terbuat dari sagu. Tetapi wong dasarnya berasal dari kota bakso, akhirnya sayapun mampirnya ke warung bakso yang penjualnya berasal dari Jawa Tengah ( di warung ini saya mencicipi juga keramahan para karyawannya, dan sempat jeprat jepret koleksi sepeda onthel pemilik warung ) .
Tapi agar afdol, sayapun menyempatkan ber rendang ria disebuah warung yang kelihatannya cukup beken, Kota Buana, dimana rendang khas Pekanbaru ini memang berasa sangat beda dengan rendang2 di warung makan Padang di Malang.
Pastinya yang di Pekanbaru : jelas lebih mak nyusssss......!( Padahal sebenarnya saya bukan termasuk golongan penggemar rendang, tapi berhadapan dengan rendang Pekanbaru ternyata saya sempat klepek klepek.. ) .
Pastinya yang di Pekanbaru : jelas lebih mak nyusssss......!( Padahal sebenarnya saya bukan termasuk golongan penggemar rendang, tapi berhadapan dengan rendang Pekanbaru ternyata saya sempat klepek klepek.. ) .
Suasana Imlek di mal mal dan toko toko juga mulai terasa meskipun perayaannya masih sebulan lagi. Toko toko dan mal menampilkan dekorasi Imlek, baju baju dan kue kue dan banyak lagi yang khas Imlek. Paginya saya mulai eksplorasi luar Pekanbaru, Dumai dan Minas. Pastinya sambil jepret sana jepret sini.
Ternyata disaat makan malam saya sempat disambut hujan lebat yang ber petir petir. Seorang penduduk lokal mengatakan bahwa salah satu ciri khas Pekanbaru adalah hujan dimalam hari, ooo... begitu. Dalam hati saya sudah berdoa moga2 besok pagi cuaca sudah cerah kembali sebab saya masih harus meneruskan langkah lewat udara lagi.....
Pekanbaru kelembabannya cukup tinggi, mirip Surabaya. Nah.. moga moga gambar yang ada dihalaman ini sedikit mewakili profil Pekanbaru bagi yang belum sempat kesana. Di pusat oleh oleh khas Pekanbaru saya hanya membeli beberapa pak kecil karena ternyata banyak kemiripan dengan yang ada di pusat oleh oleh Malang meskipun merk dan alamatnya berbeda.
Saya lihat misalnya : kripik bayem dan segala kripik kripik yang sering kita temui di Malang kecuali kripik tempe, dodol duren, salak dan lain lain yang juga ada di Malang, kue bolu atau rolltart yang juga banyak di Malang dll. Ya sudah, kebetulan sebab saya juga ingin santai tidak terbebani tas berat.... Apalagi saya masih harus meneruskan langkah.
Nah.. cerita Pekanbaru nya sampai sini dulu ya !
( Photos by : TH )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar