kebetulan ada kepentingan untuk
berkunjung sejenak dikerabat yang sedang
memperingati 1000 hari wafatnya ibunda mereka
di Tumpang , sekitar 25 km arah Bromo ,
maka sekalian saya manfaatkan untuk menjajal jalanan
ke Tumpang disaat pendemi yang sudah
beberapa tahun ( ! )ini tidak saya jelajahi .
yang saya kira bakal ada cegatan atau
pemeriksaan . ternyata sama sekali tidak ada,
sebab selama nopol " N " memang masih
boleh riwariwi .
usai ke kerabat , saya jablaskan arah Poncokusumo .
tentu saja kalau tidak pandemi
sudah pasti sekalian ke Bromo ,
tapi sejak Bromo dll ditutup maka tidak ada lagi
tempat tempat wisata yang dikunjungi dan
pastinya matisuri .
belas kilometer tidak nampak sepotong
kendaraanpun atau manusia , sebuah
pemandangan yang membuat miris tapi juga
melegakan yang berarti banyak warga yang patuh
untuk " anteng " dirumah saja .
rasa sedih muncul menyaksikan betapa
kebun kebun apel yang dahulunya didaerah ini
merupakan primadona , nampak kering kerontang
dan tak terurus . ( kalau didaerah Batu
masih banyak yang berjualan apel , apakah
kebun2 apel di Batu tidak seperti di Poncokusumo ? )
melewati beberapa warung2 yang masih
buka , saya melihat kerumunan milenial
disana sini .
saya tidak masuk untuk
melihat apakah mereka juga patuh prokes
dengan pintu masuk yang menyediakan
kran dan sabun serta ukur suhu dan tentu
saja masker bagi yang datang ?
( meski saat ngopi akan dilepas tetapi kalau jarak
duduk berapat rapat apakah ini tidak
mengundang klaster baru ? ) .
sebuah bangunan khas Jawa , joglo , dan nama
yang dipasang disitu adalah :
" OMAH SEMAR " !
buru buru saya buka HP untuk mencari informasi
tentang OS ini . lho kok pake tiket masuk ?
bukan resto to ?
karena sepi , saya bertanya pada penjaga disitu
yang memberi info bahwa saat ini OS buka tanpa tiket
masuk tetapi minus segala atraksi yang
sebelumnya ada ( sebelum pandemi ) .
oo .. gitu , apa saja sih ?
karena disitu ada berbagai ragam kesenian
untuk tamu tamunya . mulai dari Teater Mini ,
Pelajaran Membatik , Melukis Topeng , Menari ,
Bermain dan juga area untuk berkuda bahkan camping .
juga bagi yang ingin punya hajatan ultah dll
bisa menyewanya plus cateringnya .
dapat disebut sebagai tempat transit
ke dan dari Bromo . saya merasa tertarik untuk
masuk karena dari luar pertokohan Semar
yang dalam pewayangan menyimbolkan
karakter Bijak dan Sabar ,
tampak mendominasi exterior dan interior nya .
terbagi atas beberapa bangunan , OS ini memang
sangat luas .dijalan masuk , lebih mirip tempat
pentas yang luas dan disebelah belakangnya
ada bangunan2 lain yang mungkin
sebelum pandemi dipakai untuk bermacam atraksi .
akhirnya memancing saya untuk menjajal
atmosfernya .. tapi sebelumnya saya sengaja
" mengendus " kearah dapur untuk melihat
kepatuhan prokes nya dimana saya lihat ada
dua remaja cewek cowok yang sedang
menggoreng sesuatu dengan bermasker !
disebelah depan , ada semacam pojok kopi
dengan seorang baristanya , saya tanya
" buka sampai jam berapa ? " ,
" selama pandemi dan PPKM ini hanya sampai
sore saja inipun sangat sepi . tapi kami tetep
prokes meski sepi sebab ada pengawasan " .
coklat panas dengan pangsit saja
dan bingung menentukan tempat duduk saking
luas dan sepinya .
( dengan catatan minuman dikemas dalam
gelas sekali pakai yang bertutup
dan pangsit memakai stik bambu/ kayu
sekali pakai )
saya pilih duduk dipintu masuk yang ada tempat
pentas tadi dan melakukan jepretan sana sini .
Omah Semar sebetulnya sebuah gagasan luar
biasa karena menampung ide ide dan
karya karya seniman lokal maupun manca
yang mampir .
seniman , dan sangat disayangkan jika
tempat ini berakhir tak terawat atau bangkrut ..
saat berkeliling tadi ternyata saya bukan
pengunjung pertama , karena di sebelah belakang
yang jauh dari tempat saya duduk , ada dua orang
yang nampak sudah selesai ngopi dan
bersiap akan pulang ..
maupun BAB kita harus membayar disitu , yang
dibedakan mulai 3 hingga 5 ribu rupiah .
lho bukannya itu fasilitas yang wajib ada
ditempat2 seperti ini ? saya tak punya jawabnya
tetapi anggap saja hal ini dapat sedikit membantu
kelangsungan hidup OS yang notabene
adalah Omah Seniman yang juga
butuh survive ..
adukan emosi bahwa pandemi memang mampu membolakbalikkan kehidupan dan demikian
agaknya kehendakNya agar kita sekalian
tetap " Eling / Ingat " disaat
nikmat maupun musibah kepadaNya karena
seringkali disaat nikmat kita lupa ..
dalam salah satu falsafah Jawa Semar mengatakan :
Papan Tetep Siji , Amargane Thukule
Kepercayaan lan Agomo Soko Kahanan ,
Jaman , Bongso lan Budoyo kang Bedo Bedo .
Kang Murbeng Dumadi Iso Maujud Opo Wae
Ananging Mewujudan Iku Dede
Gusti Kang Murbeng Dumadi " .
Sayangnya saya tidak " mempretelinya " disini
karena bisa habis halaman blog ini hehehe ..
Yang jelas ini memberikan kita peringatan
akan ke Esaan Tuhan dan kewajiban2
sebagai mahlukNya ..
yang bagus untuk anak anak dan kita ....
( Titiek Hariati , 12 . 08 .21 )
keterangan foto :
01 . entrance , mirip tempat pentas
02 . halaman belakang
03. patung Semar
04 . sebentar turun dijalan sepi
05 . sepi .. ( 01 )
06 . sepi ... ( 02 )
07 . bertemu ibu pengangkut kayu bakar
08 . enak buat leyeh leyeh ..
09 . gerbang masuk
10 . dekor tradisionil
11 . pojok kopi
12 . pangsit
13 . sepeda onthel
14 . Omah Semar
15 . Semar In Colour
16 . joglo
17 . dicelah celah plastik warung jalanan
yang tutup , ada view cantik
18 . salah satu sudut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar