Senin, 25 Agustus 2014

  





Mau ruwet mbulet ? 
Datang saja ke Food Festival Sengkaling ! 


 mungkin maunya manajemen Food Festival Sengkaling Malang di
Jalan Raya Sengkaling Malang itu sistimatis dan praktis. itu dari sisi mereka. 
tapi lupa bahwa pengunjung Food Festival Sengkaling Malang itu bukan mau membuka rekening baru di bank atau  mau opname di RS, tapi sederhana saja : 
mau makan sambil menikmati suasana.  
ee ... lha koq ini malah dibuat ruwet bin mbulet dengan sistim yang terlihat " canggih " namun membuat orang " neg " karena mau makan saja harus muter sana sini, weleh weleh ... 
ini prosedurnya  ( yang bahkan lebih rumit daripada bank )


  pertama, 
kita harus daftar di Card Centre nya untuk mendapat kartu semacam atm yang bermanfaat untuk " meng akses " pemesanan mamin dijagat kuliner disitu. 
kedua, 
di CC itu kita sudah harus tahu atau memperkirakan dana yang akan kita habiskan di lokasi itu selama makan/ minum, misalnya untuk dua orang kira kira 50 ribu, maka kita setorkan 50 ribu ke petugas CC yang segera akan mendatanya sesuai nomor kartu kita.


 ketiga,
 setelahnya kita harus mendatangi kedai/ warung/ cafe tempat kita memesan mamin untuk mendapatkan semacam nota,
 contoh : nota soto dan rawon berikut dua es jeruk misalnya.
keeempat, 
dengan nota2 tersebut kita mendatangi kasir2 tertentu ( tak bisa sembarang kasir ! ) untuk menyetorkan data2 mamin kita dan petugas kasir akan segera akan menggesek kartu kita tadi sesuai data.
kelima,
 kita kembali ke meja yang kita pilih untuk menunggu pesanan datang.
 lha tapi, 
bagaimana kalau dalam perjalanan ke meja kita ternyata kita melihat lumpia atau ice cream dan sudah pasti " setoran " 50 ribu tadi tidak cukup untuk dua cup ice cream yang 
harganya masing2 12 ribu misalnya ?
 atau ternyata nasi rawon dan nasi soto plus dua es  jeruk tadi hanya 45 ribu yang berarti masih 
ada susuk/ kembalian 5 ribu?
untuk masalah kembalian uang ataupun kekurangan uang akibat masih ingin menambah pesanan lain diatas setoran kita 50 ribu, kita harus balik lagi ke CC dan menambah setoran atau menerima pengembaliannya diakhir kunjungan.
 bila malas mengambil kembalian karena harus riwariwi, bolehlah pada kunjungan berikut dimintanya. dan ini catatan khusus :
bagi yang I kali datang, ada minimal-spending yaitu 50 ribu dan yang berikutnya sudah bebas!
 sepintas sepertinya sistim ini canggih sebab mungkin pihak pengelola FF ini mencontoh sesuatu tempat/ lembaga/ entah apa untuk meminimalisir penyimpangan dll.


tapi oalaaaa,
  mengapa Orang Mau Menikmati Kenyamanan Justru Disuguh Ketidak Nyamanan?
 dijaman yang sudah serba cepat dan mudah dimana persaingan kemudahan dan kecepatan menjadi andalan utama, rasanya sistim ini harus ditinjau ulang sebab
 saya membayangkan bagaimana andai ada orang2 awam yang sederhana saja berpikirnya yaitu : masuk, duduk, pesan, makan, bayar e.... ternyata harus muter2 dan pusing untuk 
sekedar sepiring nasi soto atau segelas es teh ? 
saya tiba tiba kehilangan selera makan walaupun di " bujuk " pengelola salah satu stand disitu bahwa "  tiap malam ada live akustik lho ", saya lebih memilih ke warung Pak Min Klaten
 yang simpel tidak ruwet2, lha wong mau makan koq di mbulet2kan ?
 mungkin saya sangat ketinggalan jaman dalam soal soal layanan canggih ala FF Sengkaling ini, tapi saya yakin bahwa saya tidak sendirian mengeluh sebab ada teman dari 
stand lain berkomentar 
" iyo mbak, embuh koq ngene yo sistim e, nggarahi wong wegah mrene ... " 
( hahaha saya kembalikan saja keluhan ini pada manajemen FF Sengkaling Malang ..... )
duluuuuu, saya adalah pelanggan setia Sengkaling ini saat mereka masih punya kolam ukuran Olympiade karena saya memang paling tidak tahan  kalau melihat air tidak nyemplung! 
 sejak kolam itu hilang, saya malas.


  dan perwajahan Sengkaling  dibawah manajemen baru rupanya lebih menekankan pada
wisata kuliner, itu menurut saya sih ok ok saja.
 bicara soal atmosfer FF ini memang nyaman karena 80% area yang semula adalah area parkir dengan tingkat polusi tinggi, saat ini sedikit berkurang karena berganti wajah dengan kedai/ warung/ cafe dll, apalagi malam hari pasti asyik. 
 ada berpuluh pilihan mamin disitu, mulai masakan khas Jawa, juga khas propinsi2 yang ada diseluruh penjuru tanah air plus pusat oleh olehnya.

tetapi dengan sistim " canggih bin mbulet ruwet " tadi , rasanya saya sudah malas sebelum masuk untuk lain kali. " mungkin belum terbiasa mbak, lama lama kan terbiasa dan nyaman aja " itu komentar seorang teman yang suka nongkrong disitu.


   memang ini masalah selera, tetapi kebetulan selera saya adalah :
" hal hal yang tidak ruwet mbulet  melainkan sederhana dan membuat nyaman "
penasaran mau mencoba membuka rekening e ... deposito ee ... menikmati Food Festival Sengkaling ? siapkan deposito awal yang  cukup kalau tak ingin riwa riwi bolak balik 
ke Card Center nya hehehe .... 
oalaaaa, jaman memang sudah berubah untuk orang2 kuno seperti saya !
( th )


( photos by : th, Food Festival Sengkaling, Agustus 2014 ) 

01. area FFS yang nyaman untuk jalan jalan dengan keluarga
02. bebek goreng
03. atmosfer FFS
04. tempat pemain musik malam hari
05. kartu FFS
06. " SoP " yang njlimet ruwet
07. salah 1 deretan kedai
08. pojok Rujak Ice Cream .... !
09. pagar luar FF
10. cincau ...
11. salah satu cafe
12. " sejoli "pramusaji  di kedai Rujak Ice Cream 


























6 komentar:

Unknown mengatakan...

SFF kan baru soft opening. Maklum kan. Tentu manajemennya selalu evaluasi. Yg belum biasa pakai kartu pastilah kesannya ribet, yg biasa ya ok ok aja. Kalau aku mau nggak ribet ya... cari warung, restoran, atau depot aja. Maap ya... sekedar berbagi aja... salam.

krepektempe mengatakan...

terima kasih ya, sesuatu hal bisa dilihat dari dua sisi,dan berbeda pandangan itu sebuah rahmat untuk memperkaya wawasan. sebuah masukan dpt dipandang positip bila kita berbesar hati menerima kritikan sbg sebuah perhatian utk perbaikan/ peningkatan layanan. sekali lagi terima kasih ya..

Blog khusus UMKM nya Saksono mengatakan...

Kalau kami boleh menjelaskan, memang sistem yang dipakai untuk membayar dengan cara kartu. Cara ini bukan hanya di SFF, tapi juga ada di taman safari Bali, BNS, food court di jakarta ( lupa namanya ) dan banyak tempat lainnya. Dan sistem kerjasama dengan stand2 / tenantnya adalah sistem bagi hasil ( bukan sewa ), sehingga dengan sistem kartu hasil transaksi bisa dipantau oleh SFF dan pemilik tenant.
Memang selama ini jumlah mesin Raptor / geseknya masih belum banyak. Sehingga Anda merasakan kurang nyaman. Tapi perlahan lahan mesin raptop diperbanyak, dan nantinya tiap tenant akan memiliki mesin gesek sendiri, sehingga Anda tidak perlu wira wiri.

Dari sisi baiknya, kami pemilik tenant diuntungkan juga dengan sistem ini, karena : tidak diribetkan dengan uang receh / kembalian, terhindar dari uang palsu, karyawan tidak bisa bermain curang dengan ownernya.

Ya mungkin belum terbiasa saja.

krepektempe mengatakan...

Matur nuwun mas Saksono, memang secanggih apapun sebuah sistim dan meski dipakai ditempat2 yg juga canggih bahkan mendunia, yang namanya customer itu sederhana saja kok harapannya yaitu : layanan mudah,ramah, cepat dan ( kalau bisa ) murah hehe. Semoga penambahan mesin yang anda maksud nantinya dapat mengurangi ketidak nyamanan pengunjung.Salam.

Unknown mengatakan...

lek mbulet yo wes gak usah mangan nang kono lek... mangan nang mbok nah ae.. sego pecel mang ewu.. wareg..!! hahahah

krepektempe mengatakan...

rekan Lazaroni, setujuuu ... !