Rabu, 06 Agustus 2014







.. " Dimana Separuhku ? " ..

kemarin disebuah media saya membaca seorang  lulusan S-2 dari sebuah PTN ternama di tanah air, mengajukan permohonan kepada MK untuk diijinkan melakukan bunuh diri secara legal dengan cara disuntik. alasannya : 
diusianya yang sudah 48, ia belum menemukan pekerjaan yang tetap dan juga masih single. maka perasaan Meaningless dan Hopeless membuatnya ingin mengakhiri hidup
 yang baginya tidak bermakna.

permohonan ini sudah tentu tidak serta merta dikabulkan, namun ( akan ) memerlukan
sebuah " perdebatan " serius karena di Indonesia memang tidak ( belum )
 membolehkan hak bunuh diri secara legal

lalu, saya jadi teringat pesan seseorang pada saya sekian waktu yl, yang ringkasnya begini 
" te, tolong donk kenalin cowok yang bersedia ngikut aku ke Singapura sebagai suami,
 soal kerjaan nanti gampang dah aku cariin sebab aku udah dapat ijin tinggal tetap, 
dan soal pendidikan yah beda2 dikit nggapapa asal dia juga masih punya keinginan untuk studi lanjut kalau pendidikannya ternyata dibawah aku "

( yang bicara ini adalah cewek manis , S2/IT dan seorang konsultan IT di sebuah company terkemuka di Singapura, meski dia masih WNI )
 dan saat saya ketik tulisan ini ybs juga masih tetap melajang.

marilah dua kasus diatas kita lihat dengan bijak, dimana salahnya? 
keduanya BERHAK untuk mengemukakan keinginan, harapan dan mimpinya, meskipun  bisa saja ada keinginan2 yang berlawanan dengan hukum ditanah air. 

tetapi saya tak hendak berbicara soal hukum yang bukan bidang saya dan saya awam karenanya. tetapi saya ingin lebih melihatnya dari sudut pandang psikologis bahwa betapa sebenarnya Kebutuhan Mendasar Manusia adalah Mencintai dan Dicintai,
 siapapun dan apapun statusnya.

tentu ada yang dengan tergesa gesa ingin menyampaikan pada saya " mbok keduanya segera dipertemukan supaya klop dan hepi ", itu sangat tidak salah.
 bahkan mungkin bisa menjadi " tumbu oleh tutup " kata pepatah Jawa yang artinya 
kurang lebih adalah " klop " !

saya pasti juga sangat ingin bersegera mempertemukannya. 
namun, yang terlihat mudah taklah selalu demikian pada kenyataannya. dan saat keduanya
( secara kebetulan ) adalah manusia manusia yang sudah berpeluang mengecap
 pendidikan tinggi, biasanya rasio lebih mengemuka dibanding rasa, dan saya tidak ingin menjadi " penjerumus hanya karena Rasa Iba " !

maka , bila kelak informasi sampai kepada masing masing dimana dijaman digital ini semuanya hanya berjarak detik, mungkin akan muncul inisiatif dari  salah satunya untuk bisa terhubung dan berkomunikasi, atau mungkin tidak sama sekali. 
hidup adalah serba mungkin.

dan bila ada yang belum puas dan " memprotes " :
" mengapa Tuhan tidak mempertemukan jiwa jiwa yang mengelana mencari belahannya dengan cara yang lebih mudah dan sangat  segera sebelum ybs putus asa ? "
maka, kita sebagai ciptaanNYA hanyalah bisa memaknai rahasiaNYA ini sebagai Takdir bahwa manusia memang harus Berupaya dan Berdoa untuk meraih impian2nya ! 

andai saja Tuhan sedemikian mudah memberikan segala permohonan manusia, alangkah membosankannya dunia sebab lalu kita tidak lagi memiliki Riwayat Perjuangan Hidup 
yang manis, kecuali bahwa : 
" aku meminta dan segera mendapatkannya tanpa susah2 berdoa dan berupaya" , 
selesai,  menjenuhkan dan menjauhkan kita dari NYA.
bak anak kecil yang tidak pernah merasakan merengek karena terus menerus dibanjiri hadiah2 yang berujung pada kejenuhan dan Mati Rasa.

menemukan belahan jiwa itu juga rahasiaNYA karena ia dapat saja tak berjarak atau berjarak benua dan samodra. tetapi menjadi putus asa saat tak segera ditemukan,
 ini adalah dosa,
 karena sesungguhnya masing2 kita telah ditetapkan berpasangan namun itu
 harus diupayakan 
karena tidak serta merta ia datang dan mengetuk pintu sembari berkata 
" Akulah Belahanmu " ! ( enak bangetttt .... )

pun teknologi saat ini sudah sangat jauh memudahkan manusia menelusuri garis takdirnya dalam menemukan jodoh. ia bisa saja muncul diantara teman FB,  nge twitt atau lainnya, 
semuanya dimudahkan teknologi sehingga perjumpaan darat bukan lagi sebuah kendala meski harus menyeberangi benua dan samodra. 

saya juga tak ingin menjadi " mak comblang " yang keliru, 
karena sesungguhnya  masalah hati adalah sesuatu yang tak bisa dicampuri siapa dan apapun. 

bagaimanapun, marilah kita membantu dengan doa bahwa
Jiwa Jiwa Mengelana Mencari Belahannya ini segera dipertemukanNYA,  
 sehingga tidak akan ada lagi permohonan Bunuh Diri Secara Legal kepada MK karena 
ia telah tenteram dan bahagia menemu separuhnya , amin.
( th )



( gambar2 dari google )

Tidak ada komentar: