siapakah yang pernah mengira bahwa kita akan
berbulan bulan terjebak virus mematikan
bahkan hingga lebaran ? saya yakin tidak ada .
ketika Januari 2020 yang lalu membaca tentang Wuhan ,
saya bahkan santai2 sambil membayangkan
" Wuhan Indonesia jaraknya jauh " ,
tak mungkin sampai di Indonesia !
Amerika mengeluh . itupun saya masih santai
dan berpikir
" paling sebelum masuk Indonesia itu virus
sudah mampus " !
Maret saya mulai berubah pikiran
" lho , kok masuk juga virus ini ke Indonesia " ?
bahkan saat Jakarta mulai merangkak ke zona merah ,
saya pun ternyata masih sempat2nya berpikir
" kalau Jakarta di tutup maka Malang bisalah aman " .
April ternyata Malang mulai naik grafiknya ..
Masya Allah ..
sayapun mulai ikut cemas karena Malang ini
merupakan kota " transit " dari berbagai tujuan wisata
dan kota pendidikan dengan sekian puluh ribu
pendatang dan juga anak anak kos
dari berbagai provinsi .
Malang . satu karyawan terpapar ,
bisa2 seluruh
bisa2 seluruh
pabrik terkena ! memasuki Mei , betul betul Malang
menjadi zona merah yang serius !
saya menjadi " paranoid " karena tidak pernah tahu
siapa sehat siapa terpapar meski terlihat sehat .
masker , sarung tangan , lengan panjang , kaos kaki ,
hand sanitizer , jilbab yang berfungsi sekaligus
sebagai perangkap masker sehingga saya
lebih mirip ninja ,
dan tissue basah dan kering selalu ada didekat saya
terutama saat berkendaraan .
ada pilihan sebab penjual sayur langganan saya tidak
selalu bisa membawakan item tertentu .
jangan tanya bagaimana cara saya berbelanja sayur
tiap pagi di mlijo langganan saya . malam hari saya
pesan lewat WA apa2 yang saya butuhkan ,
kemudian pagi hari tukang sayur meletakkan pesanan
saya dalam pagar rumah dan saya membayarnya
dengan uang yang saya bungkus plastik .
( seharusnya transfer online lebih aman )
biasanya saya minta diganti dengan item tertentu
misal tomat , kecambah dll . saya membawa pesanan
saya dengan memakai sarung tangan dan
mencucinya bersih2 sebelum masuk kulkas .
setelahnya sayapun mencuci tangan
dengan sabun cair dan handsanitizer .
selama Ramadhan saya memasak pada sore hari .
rumah selama terjebak virus ini telah saya bersihkan
75% , sisa 25% itu bagian luar rumah .
dan di cat ulang , gudang2 telah di bongkar
dan mengurangi serta membuang barang2 yang
sudah tidak terpakai atau memberikannya
kepada yang lebih membutuhkan .
kelambu dll sudah terpilin pilin di mesin cuci
sehingga udara dalam rumah terasa lebih segar .
jangan tanya tentang mandi .
terkadang saya bisa 3 kali sehari meski tidak pergi .
kalau terpaksa pergi maka bisa 4 kali sehari .
meski hanya berjarak 500 meter ke
Superindo terdekat dari rumah ,
saya anggap sudah " terkontaminasi " ..!
bagaimana tidak kalau disaat saya belanja dengan
cara supercepat ini kadang menemukan pembeli
yang batuk2 atau bersin atau maskernya dipakai
tetapi tidak ditutupkan wajah atau
dalam antrian berdiri terlalu dekat sampai sayalah
yang harus mengalah menjauh dll .
paranoid ? mungkin .
lagi muda , saya harus bisa membentengi diri saya
fisik mental agar saya tidak terpapar .
saya bukan lagi remaja yang masih bisa
" cengengesan " menganggap covid19 ini
barang mainan , tetapi cara saya melindungi diri
adalah benteng terakhir saya dari paparan
covid19 apapun yang orang lain ingin katakan .. !
saya tidak ingin merepotkan siapapun ketika
saya rapuh apalagi sakit dan untuk mencegah itu saya
harus membangun benteng !
nutrisi saya jaga , vitamin saya lalap langsung dari
buah atau sayur , istirahat cukup dan berfikir positif .
derasnya kiriman2 WA yang hoax kadang sempat
memancing emosi , tetapi beruntung bahwa
kearah positif tersebab kepala yang memiliki pendapat
warna warni . untuk ini saya memilih " ditengah "
alias netral supaya tidak terjebak
" kiri atau kanan " yang merenggangkan pertemanan .
sungguh hidup ditengah virus mematikan telah
mengajarkan begitu banyak hal yang
semula tidak terpikirkan .
saat ini dunia memiliki kesamaan , kebersamaan
serta berbagi dalam masalah yang sama .
ras , budaya , bangsa , bahasa serta tradisi dan
ideologi yang kadang diperdebatkan bahkan
dipertaruhkan lewat perang seolah lenyap dalam
satu bendera yang sama yaitu :
" mari perangi covid19 dengan
saling bahu membahu " !
indahnya ... !
sebelum menjadi indah ? agaknya manusia
lebih mirip bocah balita yang merengek marah karena
keinginan pada mainan tertentu
tidak diluluskan . dan ketika orangtuanya
berupaya membelikannya mengalami kecelakaan
ditengah perjalanan ke toko mainan dan tewas ,
barulah si anak tersadar dengan
penuh perasaan bersalah .....
covid19 juga mendorong kita untuk menguras
kreatifitas guna bertahan hidup sebagai survivor ,
covid19 juga mendorong kita untuk
lebih sering dan mampu berbagi dengan mereka yang
membutuhkan uluran tangan ,
membutuhkan uluran tangan ,
sekaligus covid19 juga menyadarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepadaNYA sebagai
Sang Pengangkat Musibah ...
lebih lama hidup damai berdampingan dengan
covid19 ini tersebab belum ditemukannya penangkal
yang tepat serta semakin membandelnya
masyarakat untuk tidak patuh pada PSBB dan
menyerahnya tenaga medis garda depan yang semakin
kewalahan dengan
membludaknya pasien covid19,
kewalahan dengan
membludaknya pasien covid19,
marilah kita tidak mencari kambing hitam
yang sesungguhnya adalah kita kita sendiri yang
tidak patuh pada ketentuan PSBB dan mencari
berbagai cara melanggarnya serta alasan ,
kita harus bersedia menerima konsekwensinya ..
bantuan2 sosial yang konon belum merata diterima ,
juga menjadi salah satu alasan pelanggaran PSBB
akibat " mbulet dan ruwetnya birokrasi "
sementara rakyat tidak dapat menunggu terlalu lama
dengan perut yang sudah berisi angin ..
memperparah penurunan dan penekanan serta
pengusiran covid19 dari bumi Indonesia tercinta ..
era baru agaknya telah datang ,
dengan kebiasaan2 baru yang kelak akan menjadi
budaya bangsa antara lain Kebersihan Diri ,
Rumah dan Lingkungan ,
serta Efisiensi Dalam Rumah Tangga ,
Pekerjaan dan Pemerintahan dll
sehingga kita akan menjadi manusia2 yang
lebih baik , efisien , pandai bersyukur dan
bertaqwa .... aamiin ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar