Minggu, 17 April 2016







 .. " Datanglah Diam Diam , Berbagilah Tanpa Suara " ..

seringkali kita melihat , mendengar , membaca , bagaimana susah payahnya kerumunan kaum duafa untuk mendapatkan pembagian zakat atau amplopan terutama menjelang atau 
dihari hari besar keagamaan ditanah air .
 sampai sampai seringkali yang sudah manula harus ke " pletet2 " dan keinjak injak bahkan
 pingsan untuk mendapat amplop an 20 , 50 ribu an atau sembako . 
maka makna berbagi kepada mereka menjadi berkurang nilainya ketika korban berjatuhan dan
 penderitaan akibat antrian berjam jam dalam panas terik .
 mengapa harus terjadi seperti itu ?
mengapa tidak dicari jalan yang memudahkan kaum duafa ini ? 
mengapa harus pada terik matahari dan ditempat terbuka agar publik tahu bahwa 
si dermawan membagikan rizkinya untuk ribuan orang ?
 mengapa harus dipamerkan ?
mengapa bukan si dermawan yang mendatangi kampung kampung duafa pada malam hari dan
 membagikan rizkinya dengan ikhlas tanpa publikasi serta mengetuk pintu2 kaum duafa dengan tenang ?? 
bukankah ALLAH tidak pernah tidur dan mengetahui amalannya meski dilakukannya pada
 tengah malam sementara banyak manusia yang sudah berkalang selimut ? 
di Malang Raya sendiri , cukup banyak kaum duafa yang bahkan tidak memiliki pelindung saat tidur alias 
beratapkan langit . kalau penasaran ingin mengetahui dari dekat ,
berkelilinglah setelah jam 22 keatas ke daerah daerah seperti Pecinan Kecil atau
 jalan lebar arah Belakang Pasar .
 naa , disitu kita akan melihat " kepadatan " kaum duafa memenuhi " emper emper " toko yang tutup .
mulai yang masih muda dan kuat , 
sampai yang sudah manula , renta dan mirip " suster ngesot " semuanya ada disana ! 
tapi mengapa pada siang hari mereka tidak terlihat atau tidak ada ?
siang hari adalah saat mereka bertebaran ke " wilayah masing masing " dan malam hari adalah saat mereka
 istirahat serta mencari sepotong tempat untuk tidur meski mungkin hujan atau angin mendera .
 lucunya , mereka seolah sudah " memesan kavling masing masing " sehingga kapanpun kita tengok , 
masing masing akan tetap pada tempatnya " booking " dan memudahkan kita untuk menghafal dan mencari 
duafa tertentu terutama yang sudah renta . 
tidaklah perlu menunggu Ramadhan atau Idul Qurban , 
karena sesungguhnya setiap saat dan hari adalah peluang peluang untuk bercocok tanam diladang ladang amal .... ! 


tidaklah perlu membawa ribuan amplop atau nasi kotak atau apapun ,
 sebab yang kecil kecil yang ada pada keseharian dan berlebih , 
itu lebih berarti untuk dibagikan daripada mengumpulkannya menjadi ribuan tetapi akhirnya " menyengsarakan " yang diberi ,bukankah kita ingin membahagiakan orang lain ? 
maka datanglah dengan langkah perlahan dan tanpa suara , 
sementara hati dan tangan kita bekerja membagikan rizki karuniaNYA , 
" dan janganlah pernah takut manusia lain tidak melihatnya , karena langkah perlahan dan diam diammu
 tadi sungguh sangatlah dicintaiNYA ...."
masihkah kita berpikir ulang untuk berbagi dengan keikhlasan atau
 masihkah kita ingin orang banyak menilai ketidak jujuran hati kita yang beramal demi pujian ?
 dan sesungguhnya , itu adalah pilihan ..
( th ) 

 ( photos by : th , April 2016 , Letjen . S . Parman , Malang )
 01 . " langitku , rumahku " 
02 . kebaikan tidak memerlukan pujian

Tidak ada komentar: