Rabu, 14 Juli 2010

Jembatan Gantung Membelah Kota












Berbicara tentang jembatan gantung, terbayang bagaimana badan kita " terombang ambing " menitinya dan bahkan kalau dibawahnya menganga sungai deras atau jurang maka perut serasa mules... tapi begitulah si pengundang adrenalin ini justru digandrungi karena ke khas an nya.
" Wisata " kali ini memang sengaja menelusuri beberapa jembatan gantung yang ada di kota Malang karena lokasinya sering tersembunyi dari perhatian khalayak dan bagi sebagian orang bahkan sama sekali tidak menarik. 

Plus didorong keinginan untuk jeprat jepret , maka saya sengaja mencari salah satu jembatan gantung yang membelah kota Malang, tepatnya didesa Mbawang, Tunggulwulung, kelurahan Lowokwaru, Malang. Kalau diukur dari pusat kota Malang sekitar 7 km arah Blimbing. Yang memakai kendaraan roda empat bisa mengambil jalan Soekarno-Hatta, trus belok kiri arah RRI Malang dan lurus sampai desa Mbawang.

Disebuah warung yang bernuansa "ndheso" yakni " Warung Hujan " ( silahkan ke link kuliner untuk melihat warung yang satu ini ) , kendaraan bisa diparkir disamping warung dan kita cukup berjalan kaki kearah bawah warung sekitar 5/lima menit sudah akan sampai di jembatan gantung yang dimaksud.

Sebuah jalan bersemen dengan lebar sekitar 1 meter tampak membelah area persawahan yang " ijo royo royo " dan tidak jauh dari situ kita akan menuruni jalanan sedikit curam sebelum tiba di jembatannya. Sebuah pemandangan luar biasa akan ditemui dibawah jembatan gantung ini.
Sekitar 30 meter dibawah jembatan terhampar sungai yang cukup deras airnya dengan lembah lembahnya yang relatif masih asri. Sungguh beruntung bahwa ternyata ditengah kota Malang masih ada kehijauan yang semakin langka ditemui dan sungai ini relatif belum tercemari.

Diujung jembatan yang lain, saya menemukan sebuah lorong mirip goa yang sudah terkunci dan diberi pintu besi, dan konon merupakan persembunyian penduduk dijaman Belanda. Dan karena jembatan gantung ini merupakan penghubung antara wilayah Tlogo Mas dan Tunggulwulung maka tidak heran bila setiap harinya dipenuhi murid murid sekolah yang berjalan menyeberanginya. Padahal kalau mengambil jalan darat atau jalan raya, jarak keduanya ditempuh cukup jauh dan lama yakni sekitar 20 menit dengan kendaraan pribadi atau 40 menit dengan angkutan umum.

Sedih membayangkan bagaimana nasib area hijau ini 5-10 tahun kedepan? Apakah masih sama hijaunya atau disekitar sungai dan sawah yang asri ini sudah akan menjadi hutan ruko seperti halnya Malang saat ini? Semoga saja tidak sehingga anak anak sekolah masih akan menyeberangi jembatan ini dengan keceriaan yang sama karena mereka bisa bermain disepanjang persawahan dan jembatan serta sungai yang sudah makin menyempit ini ......

Lain kali ikut saya lagi ya menelusuri jembatan gantung yang lain .... yukkk ......

( Photos by : TH )

Keterangan foto dari atas kebawah :

01. Area persawahan disekitar jembatan gantung.
02. Tangga menuju jembatan gantung.
03. Arema cilik dijalan menuju jembatan.
04. Goa bekas persembunyian gerilyawan kita dijaman Belanda.
05. Lembah sungai dikaki jembatan gantung.
06. Sungai dibawah jembatan.
07. Anak anak sekolah bermain di jembatan.
08. Jembatan gantung.
09. Jalan sempit yg memisahkan area sawah.

Tidak ada komentar: