Senin, 19 April 2010

WISATA BUDAYA, Candi Kidal & Jago




Kota Malang kaya dengan sejarah budayanya. Beberapa kerajaan dimasa lampau telah menghiasi sejarah Malang dengan ciri khas nya masing masing. Yang terkenal misalnya kerajaan Singasari, kemudian juga ada Kanjuruhan . Turun temurun mereka telah mengukir beberapa dinasti terkemuka dan salah satu kekayaan budaya yang masih bisa dinikmati hingga saat ini adalah C A N D I. Candi yang dimasa lampau merupakan simbol dari sebuah kekuasaan serta kehidupan kerokhanian kelompok masyarakatnya, disekitar Malang dapat kita temukan beberapa diantaranya.


Saya kali ini mengajak Anda kearah timur kota Malang, tepatnya TUMPANG. Dari sini kita masih berjalan lagi ke desa Kidal, arah Tajinan, sekitar 6 km, untuk menemukan candi Kidal. Konon candi ini berdiri sekitar abad 12, atau sekitar 1248-1260M. , dijaman Anusapati. Dari data yang amat terbatas, dapat diperkirakan candi ini didirikan untuk memperingati wafat raja Anusapati yang di dharmakan sebagai Siwa di candi ini. Dari jarak 40 meter, candi ini nampak ramping dan cantik serta terawat dengan taman indah yang mengelilinginya.

Melihat gambar ukiran didinding candi yang menggambarkan miniaturnya, nampak bahwa aslinya candi ini memiliki menara yang cukup tinggi dan meruncing. Sayang saat ini sudah tidak nampak sehingga bagian atas candi itu datar. Dibagian atas sebelah dalam, ada sumur yang dengan alasan keamanan ditutup. Patung Siwa nya juga sudah tidak ada dan konon ada di museum Belanda.

Ada lagi yang unik yakni disudut sudut luar candi, dua sudut bagian belakangnya, terdapat ukiran serta jenis batu kekuningan yang sepintas seperti " tambalan" karena tampak beda. Ternyata ini asli dan sudah dibuktikan secara ilmiah. Maknanya apa? Entahlah. Saat saya jeprat jepret disitu ternyata ada dua wisatawan Jerman yang juga sedang menikmati candi. Dari buku tamu tampak bahwa pengunjung asing cukup banyak disini , karena pagi tadi ada 12 wisman yang datang.

Perjalanan saya lanjutkan ke arah pasar Tumpang, karena candi Jago terletak dibelakangnya. Candi Jago ini konon didirikan oleh anak dari pendiri candi Kidal, dengan rentang waktu pendirian yang berbeda sekitar 50 tahun ! Tetapi sangat berbeda dengan candi Kidal, ternyata candi Jago ini terlihat lebih " gemuk " dan melebar. Ketinggiannya mencapai 9,97 meter.

Saya mencoba naik kepuncaknya, yang ternyata cukup memusingkan karena ditangga candi tidak ada dinding dindingnya seperti halnya Borobudur misalnya. Pemandangan dari atas ternyata sangat indah dan taman candi juga terlihat menawan. Sejarah dari candi dapat dibaca dipapan yang ada ditaman, disana terlihat tahap tahap penemuan candi, renovasinya hingga candi saat ini.
Sumur asli candi terletak didepan candi, dengan ketinggian sekitar dua meter. Dan di kanan kiri depan candi ada patung patung berwajah wanita memegang tangkai bunga teratai yang diapit raksasa raksasa pengawalnya.

Konon sudah banyak yang "hilang" dari candi ini meskipun sebenarnya candi ini dikelilingi oleh rumah penduduk yang cukup padat. Sesekali para remaja dan anak anak perlu diajak ketempat tempat bersejarah, dan tidak hanya mall-mall atau Disneyland. Lha kalau bukan para orangtua yang menanamkan rasa bangga pada warisan leluhur bangsa kita, siapa lagi?

Bagaimanapun, apresiasi harus kita berikan pada bangsa bangsa asing yang telah berupaya menggali dan mengembalikan wajah candi candi ditanah air hingga bisa dinikmati sebagaimana kita melihatnya saat ini. Tinggal sekarang bagaimana kita mampu melanjutkan pemeliharaan dan pelestariannya agar tidak punah dimakan jaman dan dimakan penjarah penjarah yang tidak bermoral. Nah, sudah siapkah kita?

( Photos by : Titiek Hariati )

Keterangan foto dari atas kebawah :
01. Salah satu sudut candi Kidal dengan " tambalan kuning" nya.
02. Ukiran Garuda di candi Kidal.
03. Candi Kidal yang puncaknya sudah hilang.
04. Taman candi Kidal.
05. Candi Jago, setinggi 9,97m.
06. Penunjuk arah.
07. Candi Jago yang " gemuk ".
08. Ukiran disalah satu dinding candi Jago.
09. Dari lantai atas candi Jago.



























Tidak ada komentar: