Penasaran tentang apa yang diperbuat para wanita di hari Kartini 21 April, sengaja saya muter muter mencari tahu. Beberapa bank dan lembaga pemerintah maupun swasta menampilkan para karyawatinya dalam balutan sarung kebaya. Itu biasa. Saya masih penasaran dan mencari yang luar biasa. Sebab menurut saya, tampilan secara fisik ala jaman Kartini, belumlah cukup. Bahkan mungkin sudah terlalu rutin dan " kuno ", lho ? Kegiatan kegiatan yang lebih mengarah pada esensi spirit seorang Kartini barangkali akan jauh lebih mengena.
Disaat masih menyelesaikan suapan terakhir makan pagi saya sebelum kesana sini untuk jeprat jepret, disalah satu TV malah menampilkan perwajahan Kartini masa kini yaitu seorang ibu tangguh penjual kue yang beranak 25 ....... tolong dicatat : dua puluh lima !! Suapan terakhir saya tunda, leher serasa tercekat membayangkan betapa selama 25 tahun terakhir wanita ini setiap tahunnya melahirkan .... !!
Saya yang " hanya " beranak dua dan kebetulan keduanya relatif sudah mandiri secara finansiil, itupun masih membuat saya stres memikirkan bagaimana nantinya kalau mantu dsb dsb. Lha kok ini yang anaknya 25 terlihat begitu santai dan " enjoy " , maka saya tiba tiba merasa malu.... Malu, karena ternyata saya tidak setegar yang saya pikirkan he he ... Mungkin kalau saya yang beranak 25, sudah botak kepala saya memikirkan kebutuhan keseharian menyuapi mulut 25 anak.
Nah, Kartini yang satu ini mungkin tidak pernah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi saya yakin " hak hak nya sebagai wanita " kurang disadarinya, sehingga seluruh hidupnya " terampas " hanya untuk melahirkan dan mencarikan makan anak anaknya seharian dijalanan sebagai penjaja kue... Ck ck ck ... saya tiba tiba mengoreksi sendiri pemikiran ini, masak iya wanita ini terdzolimi hak haknya ?
Padahal diwajahnya tidak terpancar aura " penindasan " dan yang ada hanya pancaran kebahagiaan memandangi anak anaknya yang " kemriyek " ....... Saya yang sok HAM ini menjadi bingung, sebenarnya wanita seperti ini sesuai dengan spirit Kartini atau tidak?
Nah, Kartini yang satu ini mungkin tidak pernah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi saya yakin " hak hak nya sebagai wanita " kurang disadarinya, sehingga seluruh hidupnya " terampas " hanya untuk melahirkan dan mencarikan makan anak anaknya seharian dijalanan sebagai penjaja kue... Ck ck ck ... saya tiba tiba mengoreksi sendiri pemikiran ini, masak iya wanita ini terdzolimi hak haknya ?
Padahal diwajahnya tidak terpancar aura " penindasan " dan yang ada hanya pancaran kebahagiaan memandangi anak anaknya yang " kemriyek " ....... Saya yang sok HAM ini menjadi bingung, sebenarnya wanita seperti ini sesuai dengan spirit Kartini atau tidak?
Akhirnya, jam 12.30 tanggal 21 April, saya sudah berada disebuah mall untuk mencari kan pesanan ibu saya. E .. ternyata dilantai teratas ada ramai ramai " Kartinian " kata orang. Penasaran saya juga naik. Betul, puluhan remaja cowo cewe terbalut bermacam baju daerah, mulai Jawa, Bali, NTT, Kalimantan, Sumatra dll sedang antri untuk tampil diatas stage dalam kontes pasangan ter serasi.
Akhirnya saya putuskan untuk makan siang ditempat yang sama sambil mengamati tontonan gratis ini. Prat pret juga tidak saya lewatkan, hitung hitung mumpung ada model model gratis.
" Nanti akan saya masukkan di blog saya mbak ", begitu jawaban saya ketika mereka bertanya foto foto mereka untuk apa? Kekhawatiran mereka itu melegakan saya sebab setidaknya saya tahu bahwa mereka mulai waspada dengan kasus kasus pelecehan foto lewat internet.
" Nanti akan saya masukkan di blog saya mbak ", begitu jawaban saya ketika mereka bertanya foto foto mereka untuk apa? Kekhawatiran mereka itu melegakan saya sebab setidaknya saya tahu bahwa mereka mulai waspada dengan kasus kasus pelecehan foto lewat internet.
Ngobrol bersama para peserta kontes ini cukup asyik sebab memancing pendapat mereka tentang Kartini yang ternyata lumayan " menyedihkan ", lho kok ? Iya, sebab sebagai generasi muda, yang lebih mereka pahami adalah rutinitas kegiatan Kartini-an semacam kontes kontes ini dan konon belum pernah ada kegiatan yang berupaya untuk menggali nilai nilai yang diwariskan seorang Kartini. Persamaan hak untuk kaum wanita? " Iya ... ", jawabnya singkat.
Maka menterjemahkan spirit Kartini dalam tataran global saat ini, tentulah akan sangat menarik terutama bagi wanita wanita Indonesia yang masih terbelakang dan belum menyadari akan hak haknya. Sementara wanita wanita Indonesia yang lain sudah sedemikian majunya dalam berpikir dan beraktivitas serta berkarir. Bagaimanakah menjembatani kesenjangan ini? Ini adalah sebuah tantangan agar kita tidak terjebak dalam peringatan Kartini-an yang dangkal meskipun dibalut dengan slogan pelestarian budaya melalui kontes kontes busana daerah.
Mari saudara saudaraku para Kartini Kartini yang tangguh namun masih tertinggal disegi pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih baik, kita bangkit bersama dan keluar dari kegelapan agar dimasa datang anak anak kita besar dan tumbuh berkembang menjadi manusia manusia Indonesia yang mampu berkompetisi secara global namun tidak kehilangan akar budayanya sebagai bangsa Indonesia dan wanita Indonesia yang berkepribadian seperti Kartini!
( Photo by : TH )
Catatan : Terima kasih kepada segenap peserta kontes yang telah mengijinkan saya memotret semoga anda anda semua sukses !!
( Khusus foto Kartini diambil dari Depot.Property.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar