Awal April 2010 bertempat di Malang Olympic Garden ( MOG ) , digelar sebuah pameran lukisan yang cukup fenomenal yang mengangkat tokoh nasional Gus Dur ( alm. ) dalam kanvas . Puluhan seniman dari Malang dan sekitarnya bahkan luar provinsi, menampilkan karya terbaiknya dalam
memotret sisi sisi unik seorang Gus Dur. Pameran yang mengambil tempat di lantai 4 dari mall terbaru di Malang ini ternyata cukup sukses mengundang pengunjung selama hampir seminggu.
Konon, seniman Addy Prana merupakan si empunya gawe dari pameran ini, sekaligus juga sebagai sponsor nya. Sudah tentu penyelenggaraannya tidak murah, tetapi sebagaimana dituturkannya kepada saya bahwa kepuasan untuk membagi kegembiraan dan peluang bagi kolega kolega seniman lainnya adalah lebih penting dibanding rupiah yang harus dikeluarkannya. Apalagi di Malang pameran selevel ini masih sangat jarang, maka kocek yang dirogoh pun agaknya tidak terlampau merisaukannya.
Hasilnya? Beragam. Dari puluhan seniman dengan berbagai aliran seni lukis, muncullah 1001 wajah Gus Dur dari mulai yang serius sampai yang kocak. Gus Dur telah sempat mengisi lembar sejarah bangsa ini dengan torehan tinta yang seringkali " keluar pakem " .Tetapi joke joke nya selalu dirindukan banyak orang, mulai yang buta sampai yang melek huruf.
Salah satu predikatnya yang populer adalah Bapak Pluralisme. Maka tidaklah heran bahwa GD muncul diberbagai kanvas dengan perwajahan yang mengayomi keragaman suku, agama dan budaya. Lalu predikat lain adalah GAKR alias " Gitu Aja Kok Repot " yang sangat populer itu. Sikapnya yang seolah cuek dan senantiasa memudahkan yang rumit itu tampil dalam berbagai pose dan gaya GAKR yang mengundang senyum.
Juga ada potret lain dari seorang GD yaitu kedekatan dan keakrabannya pada etnis Tionghoa yang seolah membuka kran tradisi etnis ini dibumi Indonesia untuk tumbuh dan berkembang subur, setelah beku dibawah pemerintahan pemerintahan yang sebelumnya.
Bagi masyarakat Tionghoa ditanah air, sosok GD adalah pahlawan yang hingga akhir hayatnya mendapat tempat istimewa dihati mereka. Nah, potret inilah yang tertangkap oleh sebagian besar seniman dalam pameran ini yang bahkan menampilkan GD sebagai sosok kaisar Cina dan juga sebagai orang Tionghoa. Mungkin dapatlah disebutkan bahwa GD adalah satu satunya tokoh di negeri ini yang memiliki tempat khusus direlung hati masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Ketika mengunjungi pameran ini ternyata saya juga sempat ber reuni dengan teman teman lama para pelukis, sebut salah satunya adalah RH, R dll. Mengobrol seputar berbagai kendala didunia seniman adalah senantiasa kekurangan waktu, karena mirip benang ruwet yang tidak berujung. "Seniman juga perlu dimanajeri oleh mereka yang ngerti manajemen meskipun tidak ngerti soal soal seni , sebab kalau tidak akan amburadul dan karya karyanya tidak termenej dengan baik " , begitu kira kira kesimpulan obrolan kami siang hari itu.
Dari sekitar 200 an lukisan tentang GD yang ada disitu, tampak hanya ada satu lukisan GD dalam ukuran besar, yakni sekitar 3 x 2,5 m. Pameran ini memang merupakan sebuah renungan perjalanan seorang bapak bangsa yang dihujat sekaligus dicintai oleh anak anak bangsa, dan potret komplit dari seorang GD dengan segala kekurangan , kelebihan dan keunikannya.
Disini memang tidak diperlukan analisis macam macam, lagipula :
" Gitu Aja Kok Repot.......? " ( th )
( All photos by : Titiek Hariati )
Catatan :
disertai permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada seluruh rekan rekan pelukis yang karya karyanya kami muat dan abadikan di blog dan fb kami, yakni dengan hilangnya catatan nama nama Anda sehingga tidak dapat dicantumkan disini, dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar