Dikanan kiri dari jalur khusus pejalan kaki yang cukup lebar ini, ditemui banyak sekali penginapan, toko toko souvenir, depot atau rumah rumah makan, makanan makanan khas penduduk lokal, rumah rumah para peramal nasib, penjual berbagai alat maupun perlengkapan ritual seperti dupa,bunga dll, juga masjid masjid yang cukup besar, kuil kuil persembahyangan, pendopo dari pendiri yayasan wisata ritual, dan last but not least : pengemis pengemis!
Pengemis pengemis ini bahkan sudah menjadi semacam " profesi " dan banyak diantara mereka yang memiliki kehidupan layak sehingga bagi orang awam terasa janggal. Bagi para pengunjung yang " sudah sukses ngalap berkah gunung Kawi " biasanya sangat royal terhadap para pengemis ini disamping ingin membayar nadarnya yang terkadang berupa pementasan wayang semalam suntuk di area ini.
EO ( Event Organizer ) dari perhelatan nadar ini bahkan sudah sedemikian " sophisticated " dan mempunyai kantornya sendiri disitu. Jadi tinggal dipesan saja bentuk nadar seperti apa yang diinginkan, mulai dari selamatan sampai pementasan wayang kulit dll semuanya siap untuk dilayani .
Seminggu sebelum saya mengunjungi gunung Kawi ini , terjadi kebakaran hebat disalah satu kuilnya yang terbesar, namanya kuil Dewi Kwan Im. Sisa sisa kebakarannya masih terlihat jelas dan saya seperti biasa tidak mensia-siakan untuk prat-pret dengan kamera saya. Konon kebakaran disebabkan oleh percikan api dari lilin yang ada di kuil.
Sekedar info saja bahwa ukuran lilin lilin yang dipakai bersembahyang di kuil kuil minimal tingginya adalah dua meter dengan diamater sekitar 40-50 cm. " Kobaran api sudah tidak teratasi lagi lha wong air tidak ada..... ", demikian kata salah seorang penjaga Ciamsi ( semacam tempat persembahyangan ) kepada saya ketika menceritakan detik detik terbakarnya kuil terbesar ini.
Oya saya rupanya cukup beruntung hari itu sempat bertemu dengan si Juru Kunci yang sedang dikawal oleh dua stafnya menuju kesuatu tempat dengan memakai kursi roda karena kesehatannya. Pria dan para pengawalnya yang berbusana Jawa ini tidak keberatan waktu saya minta ijin memotretnya.
" Nggih niku sesepuh wonten mriki ... ", ( " Ya itu yang di tuakan disini.. .." , kata seorang penduduk lokal kepada saya ) .
Masuk kearea makam yang ada disini, harus mematuhi beberapa aturan. Pakaian sopan, dilarang memotret, gaduh, membawa miras dll. Saya hanya bisa memotret dinding sebelah belakang makam yang ditumbuhi pohon2 tua menambah kesan " angker " area ini.
Beberapa penjaga makam tampak sibuk ber negosiasi dengan pengunjung2 yang rupanya datang dengan maksud " mencari keberuntungan " dan sedang tekun mendengarkan syarat syarat yang diutarakan para penjaga makam. Tiba tiba saya merasa ngeri membayangkan apa saja yang akan dapat terjadi dikemudian hari dengan mereka mereka ini. Bergegas saya tinggalkan area makam yang ber aura mistis ini dan berjalan kembali kearah bawah.
Dibeberapa kios saya berhenti untuk sekedar melihat lihat souvenir khas gunung Kawi seperti : buah labu yang dikeringkan, mata uang kertas dan logam jaman dulu, dan ini dia yang paling khas : Telo Gunung Kawi, atau ubi manis berwarna ungu. Sayapun tidak mensia siakan " sweet-potatoes " ini !
Oya sekedar info, bersiaplah dengan uang 5,- ribuan untuk parkir mobil, percuma protes, karena mereka sudah terbiasa dengan pengunjung2 royal yang datang kesini guna membayar nadarnya karena " sudah sukses meraih mimpinya setelah ngalap berkah " disini. Bahkan kadang saking senangnya, pengunjung rela membagi ratusan ribu dengan para jukir2 ini seperti halnya dengan para pengemis tadi.. Mungkin saya dikira juga membayar nadar ke area ini he he.......................... naudzubillamindhaliq !
Ada satu lagi lokasi di sini yang tidak sempat saya tengok yaitu Kraton, merupakan komplek makam lain yang justru menurut sebagian orang " lebih mak nyuss untuk ngalap berkah " . Terletak sekitar 3km dari makam yang I, kesebelah atas. Langit mendung tebal, jadi saya putuskan pulang saja dengan mengambil jalur Wagir yang ber hutan hutan.
Gunung Kawi memang penuh misteri, dan untuk sekedar melihat lihat serta menikmati atmosfirnya adalah sebuah tempat wisata yang cukup menarik. Demikian terkenalnya tempat ini sampai sampai grup grup wisatawan Hong Kong, Taiwan dan China menempatkannya sebagai salah satu agenda tujuan wisatanya. Tapi " wong " namanya saja wisata ritual, jadi jangan berharap akan melihat tempat tempat untuk bersantai seperti kolam renang, taman bermain dan semacamnya sebab yang menjadi " atraksi utama " nya adalah makam makam leluhur. Nah ... selamat mencoba mencari telo ungu gunung Kawi yang lezat !! ( TH )
( Photos by : Titiek Hariati )
Keterangan foto dari atas kebawah :
01. Lilin lilin raksasa yang banyak dijual diarea ini.
02. Pemain Jaran Kepang sedang mempersiapkan show nya.
03. Salah satu ukiran batu didinding makam.
04. Papan penunjuk area makam disebelah atas.
05. Seorang pengemis tua.
06. Deretan pengemis dijalan menuju makam.
07. Uang uang kuno dijual sebagai souvenir.
08. Ciamsi, tempat persembahyangan.
09. Papan larangan dipintu masuk makam.
10. Penjual jamu tradisionil.
11. Salah satu masjid di dalam area lokasi makam.
12. Pengunjung pengunjung yang banyak datang bahkan dari mancanegara,
Hongkong, Taiwan, China dll.
13. Pendopo bekas kediaman salah satu tokoh spiritual di gunung Kawi.
14. Pisang dan Ubi Manis yang khas.
15. Bekas kuil terbesar yang terbakar habis.
16. Sang juru kunci bersama pengawalnya.
17. Souvenir khas: buah labu kering.