" ma , aku mau ke Nepal .. " , singkat pendek jelas isi WA yang
saya terima dari sulung saya . saya tidak berpikir macam macam ,
sebab ini sudah " rutin " saya terima kalau
sewaktu waktu perusahaannya mengirimnya ke
Timteng , Eropa , Australia dll .
jadi saya justru mendoakan saja . tapi ternyata kali ini saya keliru .
" bukan kerjaan ma , ekspedisi ... " .. what ?!
saya kaget sebab saya menduga sulung saya sudah keluar dari
pekerjaannya dan bergabung dengan sebuah ekspedisi .
" lha kamu itu sudah nggak ngantor ta ? " tanya saya dengan cemas .
" sante ma , aku ambil cuti 3 minggu " .
ini makin membuat cemas sebab cuti 3 minggu tidak biasanya .
" terus ini ekspedisi apa dan kamu itu cuti kok lama banget ,
apa sebetulnya sudah resign ? " ...
maklum , dijaman yang sulit cari kerjaan ini pasti ibu yang
manapun sulit paham bahwa anaknya bisa
" seenaknya cuti panjang seperti perusahaan mbah-e dewe "
kata orang kuno !
maka saya mendapat " kuliah singkat " dari anak saya tentang
" pentingnya ekspedisi ini bagi dirinya " dan
ketidakperluan kecemasan saya tentang keikut sertaannya
dalam ekspedisi ini " dst dst .
" kok Nepal ?" ... makin jelas bagi saya bahwa tujuannya
adalah pegunungan Himalaya ! glegg .. !
saya sejak dulu selalu mendukungnya untuk meng eksplor puncak
Semeru dll , saya pikir dia perlu itu untuk menghilangkan
kejenuhan dari tekanan pekerjaannya .
tapi sekarang makin nyata bagi saya bahwa Himalaya itu bukan
sekedar untuk menghilangkan kejenuhan melainkan lebih
pada Tantangan Kemampuan Diri dan Keingintahuan
yang saya yakin bin pasti
bahwa ini akan semakin meningkat dari waktu ke waktu ...
jadi , apa yang harus saya jawab ?
saya berbicara panjang lebar kepadanya seperti menghibur
diri sendiri bahwa " kamu harus teliti kontraknya dst dst " yang
sebenarnya itu lebih untuk menutupi kecemasan saya hehehe ..
tidak ada jalan mundur hingga Hari H tiba pada minggu pertama
Maret yl dimana ia sudah berada dalam perjalanan menuju
Nepal dengan timnya secara penuh .
dua kameramen dan beberapa pakar pendaki Indonesia yang
sudah menaklukkan puncak2 terkenal dunia dan beberapa
anggota tim pemula termasuk anak saya .
" aku sudah boarding ma , doanya saja ya .. " , saya menelan ludah .
foto2 yang dikirimkan via WA menunjukkan peralatan yang
saya perkirakan lumayan berat , dan saya pernah tanyakan
bagaimana dengan persiapan aklimatisasinya yang konon harus
cukup lama padahal setahu saya dia
masih ngantor biasa sehari (!) sebelum ke Nepal .
pertanyaan berlalu percuma sebab
saya tahu pasti diapun hanya akan berbasa basi sekedar hanya
untuk menghibur saya . tetapi bagi saya Himalaya bukan Bromo
yang tidak memerlukan penyesuaian klima ,
tetapi apa boleh buat kalau jawabannya " mengambang " .. !
dari Nepal ia lanjut ke Kathmandu untuk selanjutnya
disambung ke lokasi terdekat dari titik awal kegiatan manjatnya .
beberapa hari setelahnya ketika di WAnya masih terlihat foto2
dari Khatmandu rasanya
masih ayem , malah sampai2 saya tidak sabar bertanya :
" kapan mulai manjatnya kok masih muter2 di beberapa kota dan
desa dan melihat macam2 ritual penduduk disana yang itu adalah
bukan proses aklimatisasi ? " . jawabannya hanya " sante ... " .
lalu setelah beberapa hari foto2nya masih menunjukkan
suasana pedesaan atau kegiatan ritual penduduk lokal ,
tiba tiba berganti dengan foto foto yang
" agak serius " yaitu
pesawat kecil dan gunung2 bersalju dikejauhan .
disitu rupanya sudah dimulai proses aklimatisasi dan
beberapa hari kedepan
dihabiskan dengan penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan
baru yang akan dijelajahi !
inipun membuat saya agak resah sebab konon biasanya
butuh minimal sebulan untuk penyesuaian ke puncak pincak ekstrem .
tapi saya hibur2 sendiri bahwa tim mereka bukan ke Everest ,
tapi ke puncak yang lebih pas untuk pemula yang tidak
se ekstrem Everest . sedikit dia juga berkisah tentang
tempat dan orang2 yang
ditemui diperjalanan yang intinya adalah kekaguman pada
" betapa kuatnya penduduk lokal ini ditengah cuaca yang
kadang kurang bersahabat " . dia sebut mereka sebagai
" superhuman " dengan latar belakang
foto para pengangkut barang yang punya beban ekstrem berat
dipunggungnya dengan medan sulit dan tidak mulus .
beberapa hari lewat selama proses aklimatisasi itu ,
dan saya membayangkan
saatnya akan tiba bahwa dia pasti sudah akan mulai memanjat .
ternyata tidak ada lagi WA dan saya maklum
mungkin sinyal mulai sulit ,
yo wes , " selamat memanjat dan ojo lali berdoa " ,
begitu pesan WA saya .
beberapa jam setelahnya ,
saya lihat pesan saya tersebut " mendhal "
alias gagal terkirim , bahkan hingga malam hari tidak berubah .....
sehari lewat , dua hari lewat , tiga hari lewat , empat hari lewat ,
lima hari lewat tanpa secuil kabar ...
sibungsu saya hubungi di Jakarta menanyakan kalau2
dia dapat WA , lho malah dengan sante dijawab
" tenang ma , medannya mungkin sulit untuk kirim2 kabar ,
dia kan bersama tim yang sudah berpengalaman ... " ,
( sayangnya itu sungguh gagal menghibur keresahan saya .. )
maka menantu saya ( istri si sulung ) saya kontak dan
bertanya apakah
ada yang bisa dimintai informasi di Jakarta tentang ini ?
dijawab " iya ma , menurut mereka memang kalau
sedang manjat ke puncak itu
tidak ada kontak kecuali keadaan darurat baru
memakai telepon satelit ,
kalau normal2 ya nggak dipakai .
memang sih saya juga kepikiran ,
tapi ya sudah kita tunggu saja ya ... " begitu jawabnya .
hmmm ... , mau apa kalau sudah begitu ?
hari ke 6 saya hanya menghabiskan waktu dengan buka2 WA
dan Insta untuk mencari secuil " harapan " hehehe ...
dan akhirnya itu tiba :
" ma , kami sudah otw menuruni puncak " ! plongggg ....
maka ketika beberapa hari kemudian ia masih tertunda
di LUKLA karena cuaca
jelek untuk ke Kathmandu dll , saya sudah tenang tenang saja
sebab sinyal sudah normal meskipun kabar
yang masuk hanya secuil secuil !
tentu saya tidak pernah menyangka bahwa hadiah ultah dari
bungsu saya pada
tahun 2012 yang berupa buku berjudul
" Pucuk Es Diujung Dunia " yang berkisah tentang petualangan
pendaki pendaki Indonesia di puncak2 ekstrem dunia
( Editor : Rudy Badil ) ternyata malah menginspirasi kakaknya
untuk mengawali petualangan yang serupa !
seorang kerabat berkomentar
" yo gak heran mbak , DNA ayahnya ! " , saya hanya
mesam mesem dengan membenarkannya dalam hati bahwa
Buah Memang Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya "
( semoga Hr . Dipl . Ing . AAP membaca ini meski harus
minta tolong mbah Google menterjemahkannya
kedalam bahasa Indonesia hehehe ... ) .
kalaupun saat ini si sulung sudah kembali ke ritme lamanya
yaitu ngantor rutin yang kontras dengan
alam yang dijelajahinya di Himalaya ,
saya tahu gemuruh dadanya ada di alam liar nun disana .
sementara itu seorang ibu tetaplah ibu meski diluarnya
beraksi tegar , tetapi ternyata 6 hari " putus kontak " cukup
meresahkannya dan ternyata saya tidaklah
setabah ibunda alamarhumah ..
saya malu untuk mengingat bahwa dijaman lampau ,
ketika teknologi internet belum ada ,
orang tua saya pun bahkan
berbulan bulan bisa tidak menerima kabar dari saya karena
saya sedang dalam perjalanan menyusuri pulau pulau di
Eropa Selatan dan satu satunya kartupos yang saya kirim yang
itupun datangnya sudah sangat terlambat pada bapak dan ibu ,
namun mereka tidak mempermasalahkan kecuali dibalas
dengan kartupos yang isinya :
" alhamdulillah ,
hati2 diperjalanan ya dan semoga kembali dengan lancar " .
dan saat ini , ketika teknologi menjembatani jarak dan waktu
serta mewakili perjumpaan fisik lewat Video Call dll ,
ternyata saya malah sangat bergantung pada teknologi
sehingga beberapa hari tanpa ada kabar lewat WA
sudah membuat kelimpungan ...
mungkin ini bukan kemajuan , tapi sebuah kemunduran mental
yang diakibatkan oleh teknologi ?
entahlah .
oya , maaf bahwa saya tidak dapat mengurutkan kronologis
dari petualangannya disini ,
karena tempat tempat persinggahannya tersebut cukup banyak ,
kecuali bahwa foto fotonya disini semoga bisa mewakili
kisahnya yang saya tidak pahami urutannya
dan tidak berusaha menanyakannya
karena sudah pasti kesibukan kantornya tidak mengijinkan .
tempat tempat persinggahan dalam petualangannya antara lain
Namche Bazar , Lukla , Thamel , Sagarmatha National Park ,
Tengboche Monastry , Phakding , Tribhuvan International Airport ,
Lobuche , Fleurderose dll adalah sebagian daripadanya .
satu hal kecil yang bisa saya tarik sebagai " pelajaran " dari
sini adalah bahwa :
" Biarkan Sayap Sayap Anak Kita Mengepak Jauh dan Tinggi ,
Agar Mereka Belajar Tentang Kehidupan Dibelahan Lain Yang
Akan Lebih Membuat Mereka Menyadari
Kebesaran dan KeMahakayaanNYA dan Untuk
Lebih Mensyukuri AnugerahNYA " .
kecemasan , kegelisahan ataupun ketakutan orangtua akan
keselamatan mereka sangatlah tidak berarti dibanding dengan
perlindunganNYA yang tanpa jeda ,
yang sering kita lupa bahwa segala hal terjadi hanya
dengan dan karena kehendakNYA ,
Kun Fayakun ...
( Titiek Hariati , March 2018 )
( Photos by : Allan & Expedition Team )
01 . salah satu puncak pegunungan Himalaya
02 . adrenalin terpompa
03 . rame2 makan siang bersama tim ekspedisi
04 . secuil panorama
05 . jembatan gantung yang menantang
06 . suasana kota yang lengang & tenang
07 . balita sehat diudara minus
08 . " super human " pengangkut barang ( 01 )
09 . " super human " pengangkut barang ( 02 )
10 . " superhuman atau superwoman " pengangkut barang ( 03 )
11. mandi salju diudara minus 20 ..
12 . pagar kawat bandara ,
menunggu cuaca bagus ke Kathmandu
13 . paspor , harta termahal
14 . di Tugu ....
15 . buku inspiratif yang luar biasa ,
dari bungsu saya , Oliver , pada ultah saya 2012
( terima kasih Oliver ! )
( foto buku oleh : TH )
saya terima dari sulung saya . saya tidak berpikir macam macam ,
sebab ini sudah " rutin " saya terima kalau
sewaktu waktu perusahaannya mengirimnya ke
Timteng , Eropa , Australia dll .
jadi saya justru mendoakan saja . tapi ternyata kali ini saya keliru .
" bukan kerjaan ma , ekspedisi ... " .. what ?!
saya kaget sebab saya menduga sulung saya sudah keluar dari
pekerjaannya dan bergabung dengan sebuah ekspedisi .
" lha kamu itu sudah nggak ngantor ta ? " tanya saya dengan cemas .
" sante ma , aku ambil cuti 3 minggu " .
ini makin membuat cemas sebab cuti 3 minggu tidak biasanya .
" terus ini ekspedisi apa dan kamu itu cuti kok lama banget ,
apa sebetulnya sudah resign ? " ...
manapun sulit paham bahwa anaknya bisa
" seenaknya cuti panjang seperti perusahaan mbah-e dewe "
kata orang kuno !
maka saya mendapat " kuliah singkat " dari anak saya tentang
" pentingnya ekspedisi ini bagi dirinya " dan
ketidakperluan kecemasan saya tentang keikut sertaannya
dalam ekspedisi ini " dst dst .
" kok Nepal ?" ... makin jelas bagi saya bahwa tujuannya
adalah pegunungan Himalaya ! glegg .. !
saya sejak dulu selalu mendukungnya untuk meng eksplor puncak
Semeru dll , saya pikir dia perlu itu untuk menghilangkan
kejenuhan dari tekanan pekerjaannya .
tapi sekarang makin nyata bagi saya bahwa Himalaya itu bukan
sekedar untuk menghilangkan kejenuhan melainkan lebih
pada Tantangan Kemampuan Diri dan Keingintahuan
yang saya yakin bin pasti
bahwa ini akan semakin meningkat dari waktu ke waktu ...
jadi , apa yang harus saya jawab ?
saya berbicara panjang lebar kepadanya seperti menghibur
diri sendiri bahwa " kamu harus teliti kontraknya dst dst " yang
sebenarnya itu lebih untuk menutupi kecemasan saya hehehe ..
tidak ada jalan mundur hingga Hari H tiba pada minggu pertama
Maret yl dimana ia sudah berada dalam perjalanan menuju
Nepal dengan timnya secara penuh .
dua kameramen dan beberapa pakar pendaki Indonesia yang
sudah menaklukkan puncak2 terkenal dunia dan beberapa
anggota tim pemula termasuk anak saya .
" aku sudah boarding ma , doanya saja ya .. " , saya menelan ludah .
foto2 yang dikirimkan via WA menunjukkan peralatan yang
saya perkirakan lumayan berat , dan saya pernah tanyakan
bagaimana dengan persiapan aklimatisasinya yang konon harus
cukup lama padahal setahu saya dia
masih ngantor biasa sehari (!) sebelum ke Nepal .
pertanyaan berlalu percuma sebab
saya tahu pasti diapun hanya akan berbasa basi sekedar hanya
untuk menghibur saya . tetapi bagi saya Himalaya bukan Bromo
yang tidak memerlukan penyesuaian klima ,
tetapi apa boleh buat kalau jawabannya " mengambang " .. !
dari Nepal ia lanjut ke Kathmandu untuk selanjutnya
disambung ke lokasi terdekat dari titik awal kegiatan manjatnya .
beberapa hari setelahnya ketika di WAnya masih terlihat foto2
dari Khatmandu rasanya
masih ayem , malah sampai2 saya tidak sabar bertanya :
" kapan mulai manjatnya kok masih muter2 di beberapa kota dan
desa dan melihat macam2 ritual penduduk disana yang itu adalah
bukan proses aklimatisasi ? " . jawabannya hanya " sante ... " .
lalu setelah beberapa hari foto2nya masih menunjukkan
suasana pedesaan atau kegiatan ritual penduduk lokal ,
tiba tiba berganti dengan foto foto yang
" agak serius " yaitu
pesawat kecil dan gunung2 bersalju dikejauhan .
disitu rupanya sudah dimulai proses aklimatisasi dan
beberapa hari kedepan
dihabiskan dengan penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan
baru yang akan dijelajahi !
inipun membuat saya agak resah sebab konon biasanya
butuh minimal sebulan untuk penyesuaian ke puncak pincak ekstrem .
tapi saya hibur2 sendiri bahwa tim mereka bukan ke Everest ,
tapi ke puncak yang lebih pas untuk pemula yang tidak
se ekstrem Everest . sedikit dia juga berkisah tentang
tempat dan orang2 yang
ditemui diperjalanan yang intinya adalah kekaguman pada
" betapa kuatnya penduduk lokal ini ditengah cuaca yang
kadang kurang bersahabat " . dia sebut mereka sebagai
" superhuman " dengan latar belakang
foto para pengangkut barang yang punya beban ekstrem berat
dipunggungnya dengan medan sulit dan tidak mulus .
beberapa hari lewat selama proses aklimatisasi itu ,
dan saya membayangkan
saatnya akan tiba bahwa dia pasti sudah akan mulai memanjat .
ternyata tidak ada lagi WA dan saya maklum
mungkin sinyal mulai sulit ,
yo wes , " selamat memanjat dan ojo lali berdoa " ,
begitu pesan WA saya .
beberapa jam setelahnya ,
saya lihat pesan saya tersebut " mendhal "
alias gagal terkirim , bahkan hingga malam hari tidak berubah .....
sehari lewat , dua hari lewat , tiga hari lewat , empat hari lewat ,
lima hari lewat tanpa secuil kabar ...
sibungsu saya hubungi di Jakarta menanyakan kalau2
dia dapat WA , lho malah dengan sante dijawab
" tenang ma , medannya mungkin sulit untuk kirim2 kabar ,
dia kan bersama tim yang sudah berpengalaman ... " ,
( sayangnya itu sungguh gagal menghibur keresahan saya .. )
maka menantu saya ( istri si sulung ) saya kontak dan
bertanya apakah
ada yang bisa dimintai informasi di Jakarta tentang ini ?
dijawab " iya ma , menurut mereka memang kalau
sedang manjat ke puncak itu
tidak ada kontak kecuali keadaan darurat baru
memakai telepon satelit ,
kalau normal2 ya nggak dipakai .
memang sih saya juga kepikiran ,
tapi ya sudah kita tunggu saja ya ... " begitu jawabnya .
hmmm ... , mau apa kalau sudah begitu ?
hari ke 6 saya hanya menghabiskan waktu dengan buka2 WA
dan Insta untuk mencari secuil " harapan " hehehe ...
" ma , kami sudah otw menuruni puncak " ! plongggg ....
maka ketika beberapa hari kemudian ia masih tertunda
di LUKLA karena cuaca
jelek untuk ke Kathmandu dll , saya sudah tenang tenang saja
sebab sinyal sudah normal meskipun kabar
yang masuk hanya secuil secuil !
tentu saya tidak pernah menyangka bahwa hadiah ultah dari
bungsu saya pada
tahun 2012 yang berupa buku berjudul
" Pucuk Es Diujung Dunia " yang berkisah tentang petualangan
pendaki pendaki Indonesia di puncak2 ekstrem dunia
( Editor : Rudy Badil ) ternyata malah menginspirasi kakaknya
untuk mengawali petualangan yang serupa !
seorang kerabat berkomentar
" yo gak heran mbak , DNA ayahnya ! " , saya hanya
mesam mesem dengan membenarkannya dalam hati bahwa
Buah Memang Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya "
( semoga Hr . Dipl . Ing . AAP membaca ini meski harus
minta tolong mbah Google menterjemahkannya
kedalam bahasa Indonesia hehehe ... ) .
kalaupun saat ini si sulung sudah kembali ke ritme lamanya
yaitu ngantor rutin yang kontras dengan
alam yang dijelajahinya di Himalaya ,
saya tahu gemuruh dadanya ada di alam liar nun disana .
sementara itu seorang ibu tetaplah ibu meski diluarnya
beraksi tegar , tetapi ternyata 6 hari " putus kontak " cukup
meresahkannya dan ternyata saya tidaklah
setabah ibunda alamarhumah ..
saya malu untuk mengingat bahwa dijaman lampau ,
ketika teknologi internet belum ada ,
orang tua saya pun bahkan
berbulan bulan bisa tidak menerima kabar dari saya karena
saya sedang dalam perjalanan menyusuri pulau pulau di
Eropa Selatan dan satu satunya kartupos yang saya kirim yang
itupun datangnya sudah sangat terlambat pada bapak dan ibu ,
namun mereka tidak mempermasalahkan kecuali dibalas
dengan kartupos yang isinya :
" alhamdulillah ,
hati2 diperjalanan ya dan semoga kembali dengan lancar " .
dan saat ini , ketika teknologi menjembatani jarak dan waktu
serta mewakili perjumpaan fisik lewat Video Call dll ,
ternyata saya malah sangat bergantung pada teknologi
sehingga beberapa hari tanpa ada kabar lewat WA
sudah membuat kelimpungan ...
mungkin ini bukan kemajuan , tapi sebuah kemunduran mental
yang diakibatkan oleh teknologi ?
entahlah .
oya , maaf bahwa saya tidak dapat mengurutkan kronologis
dari petualangannya disini ,
karena tempat tempat persinggahannya tersebut cukup banyak ,
kecuali bahwa foto fotonya disini semoga bisa mewakili
kisahnya yang saya tidak pahami urutannya
dan tidak berusaha menanyakannya
karena sudah pasti kesibukan kantornya tidak mengijinkan .
tempat tempat persinggahan dalam petualangannya antara lain
Namche Bazar , Lukla , Thamel , Sagarmatha National Park ,
Tengboche Monastry , Phakding , Tribhuvan International Airport ,
Lobuche , Fleurderose dll adalah sebagian daripadanya .
sini adalah bahwa :
" Biarkan Sayap Sayap Anak Kita Mengepak Jauh dan Tinggi ,
Agar Mereka Belajar Tentang Kehidupan Dibelahan Lain Yang
Akan Lebih Membuat Mereka Menyadari
Kebesaran dan KeMahakayaanNYA dan Untuk
Lebih Mensyukuri AnugerahNYA " .
kecemasan , kegelisahan ataupun ketakutan orangtua akan
keselamatan mereka sangatlah tidak berarti dibanding dengan
perlindunganNYA yang tanpa jeda ,
yang sering kita lupa bahwa segala hal terjadi hanya
dengan dan karena kehendakNYA ,
Kun Fayakun ...
( Titiek Hariati , March 2018 )
( Photos by : Allan & Expedition Team )
01 . salah satu puncak pegunungan Himalaya
02 . adrenalin terpompa
03 . rame2 makan siang bersama tim ekspedisi
04 . secuil panorama
05 . jembatan gantung yang menantang
06 . suasana kota yang lengang & tenang
07 . balita sehat diudara minus
08 . " super human " pengangkut barang ( 01 )
09 . " super human " pengangkut barang ( 02 )
10 . " superhuman atau superwoman " pengangkut barang ( 03 )
11. mandi salju diudara minus 20 ..
12 . pagar kawat bandara ,
menunggu cuaca bagus ke Kathmandu
13 . paspor , harta termahal
14 . di Tugu ....
15 . buku inspiratif yang luar biasa ,
dari bungsu saya , Oliver , pada ultah saya 2012
( terima kasih Oliver ! )
( foto buku oleh : TH )