.. " Hari Kopi , atau Ngopi ? " ..
hari ini , 1 Oktober 2017 , bertepatan dengan
Hari Kesaktian Panca Sila ,
di Malang juga ada perayaan Hari Kopi .
berbagai kegiatan para penggiat dibidang perkopian bisa dikunjungi
bahkan dicicipi kopinya . misal yang di Basuki Rahmat atau
lebih populer dengan nama jadulnya Kajoetangan yang
konon membagi gratis 10 ribu cangkir kopi sak kopinya .
sayang saya tidak sempat kesana karena pas berbarengan
dengan undangan reuni siang tadi .
dengan undangan reuni siang tadi .
di beberapa negara seperti
Malaysia , Kanada , Swedia , AS dll merayakan Hari Kopi ini
dalam tanggal yang beda beda dan umumnya disekitar
tanggal 29 September . di Indonesia saya tidak jelas ,
dan kalaupun hari ini ditetapkan sebagai Hari Kopi ,
1 Oktober , ya sudah sah sah saja .
mengapa tiba tiba Kopi menjadi primadona padahal sejak saya
kuecilll sampai anak anak selesai kuliah , kopi belum
sepopuler sekarang . duluuu , ngopi itu identik bahkan dengan
bapak2 tukang becak yang punya kebiasaan mengaso dan ngopi di
warung warung kecil . atau dirumah masing masing kalau
sore para ibu2 sibuk membuatkan kopi bapak bapak
sambil ditemani pisang goreng dll .
bahkan ketika saya berkesempatan berbelas tahun di rantauan
dengan 4 musim ,saya pun tidak sempat ketularan
budaya ngopi mereka .
saya lebih tertarik melihat etalase2 toko2 kopi yang berjuluk
" espresso " itu karena mereka selalu menawarkan barang2
berkwalitas bagus dengan harga murah secara
bergantian dan jumlahnya sangat terbatas .
jadi di etalasenya itu selain dihias dengan bermacam produk kopi
dari berbagai negara , mereka juga setiap minggunya mengganti
barang2 yang ditawarkan dalam jumlah minim .
misal : pisau buatan Swiss , atau kadang payung buatan Inggris ,
atau dompet kulit asli buatan Spanyol dll secara bergantian
yang tidak ada hubungannya dengan biji kopi .
( saat itu barang2 buatan China belum mendunia )
ini yang lebih menarik buat saya .
hanya sesekali saya memang duduk duduk juga disalah satu
cafe di Kartnerstrasse yang bebas kendaraan itu sambil
menikmati kue Saha yang khas atau Apfel Strudel yang meleleh itu !
tetapi ketika saya kembali ketanah air ,
berbelas tahun setekahnya saya tidak melihat budaya ngopi itu
menulari kita2 disini . dan tiba tiba saja dalam 6 tahun terakhir ini
di Malang Raya khususnya , saya melihat menjamurnya
cafe cafe ala Kartnerstrasse yang menawarkan
bermacam ragam kopi dan pastrynya yang sangat western oriented !
mau yang ala Itali , Inggris , Brazil , dll semuanya sudah
ada disini! yang lokalpun ramai ramai mengangkat daerah atau
desa desa terpencil penghasil kopi ditanah air yang dulunya tidak
dikenal oleh daerah atau provinsi lain ,
sebut saja kopi Dampit , Lumajang , Aceh , Bali , Toraja dll .
anak anak muda sudah tidak lagi nongkrong di
warung warung kecil seperti pada jaman saya kuliah di Yogya dulu ,
tetapi mereka sudah sangat Coffee Minded dan atau Cafe Minded
bahkan sekelas Starbucks !
diam diam saya jadi bersyukur bahwa anak anak saya sudah
tidak lagi membutuhkan saya secara finansiil untuk kehidupannya ,
sebab kalau saja mereka masih kuliah kira kira berapa
uang saku bulanan yang harus disediakan guna menunjang
" gaya hidup cafe " nya yang dikalangan kaum muda
sudah merupakan kebutuhan saat ini ?
tidak ada cafe terkenal yang sepi dari kaum muda seusia
mahasiwa terutama , dan saya jamin mereka adalah sebagian besar
masih bergantung dari kiriman bulanan ortunya !
naaa ... setiap perubahan , terutama gaya hidup , pastilah
membawa konsekwensinya , positif negatif ! budaya ngopi sudah bukan
barang baru lagi , bahkan telah menjadi bagian dari
kebutuhan baik pribadi maupun bisnis dimana banyak masalah2
bisnis dan transaksi2 diselesaikan dimeja meja kopi dibanding
di meja meja meeting kantor yang formil .
duluuuuu , ditraktir pacar diwarung bakso yang kecil saja rasanya
sudah senang . saat ini kaum muda harus buka2 internet dulu
untuk menentukan tempat kencan yang lumayan mahal guna
menanamkan imej bahwa
ia adalah pacar yang " credible " !
apa boleh buat , jaman telah bergeser ,
kita telah memberi applaus untuk budaya ngopi yang tidak selalu
murah dan menjadi status simbol yang prestisius .
tidak ada lagi kisah Wak Dul dengan warung kopinya yang orang bisa
duduk cangkruk dengan hanya pakai sarung .
siapakah yang mau mengundang klien di warung Wak Dul ?
Java Dancer , Kopitiam , Library dan lain lain sekelasnya
telah menggantikan Wak Dul Wak Dul sebagai tempat
bersosialisasi ataupun ber transaksi .
selamat datang budaya ngopi ,
selamat tinggal Wak Dul Wak Dul , meski harum kopi tubrukmu
tidak hilang oleh jaman tetapi para barista telah
mengemasmu dalam balutan peralatan yang
mewah dan mahal ....
mari kita sruput ... srutttttt .....
( Titiek Hariati )
( writing & photos by : Titiek Hariati , Sep. 2017 )
dari atas kebawah :
foto 1 ) dan 03 ) diambil dari google .
foto ke 02 ) , 04 ) , 05 ) , 06 ) dan 07 ) oleh : TH .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar