Saya tulis ini pada jam 21.00 wib. Dan tadi pada 18.45 wib, Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaiknya, Gus Dur, mantan presiden RI yang ke 4. Terlepas dari kekurangan kekurangan beliau, Gus Dur membekaskan catatan tersendiri untuk republik ini. Sebagai salah satu reformis di negeri ini, pemikiran2 nya sering dianggap " nyleneh" atau "aneh" karena menerobos logika pemikiran awam yang rata rata.
Untuk masyarakat Tionghwa di tanah air misalnya, sosok Gus Dur adalah pembaharu yang membawa mereka kepada sebuah " penerimaan " yang dirindukan puluhan tahun. IMLEK dinyatakan sebagai hari libur nasional. Maka kebangkitan tradisi dan budaya Tionghwa seolah tak terbendung lagi sesudahnya, dan kita tidak lagi tabu menyaksikan kegiatan kegiatan budaya maupun tradisi dan kepercayaan masyarakat Tionghwa yang selama ini seolah " tertutupi".
Pandangan pandangan politik luar negerinya juga terkadang mencengangkan. Bahkan mengundang kecaman didalam negerinya sendiri. Misal dalam hubungan dengan Israel.
Belum lagi kebiasaan kebiasaan personal life nya yang keluar pakem dalam tradisi kepresidenan di Istana. Unik dan menarik. Tetapi itulah Gus Dur yang ceplas ceplos dan seolah tanpa dipikir
mengalir natural dalam mengemukakan pandangan maupun kritikan2nya.
Sayangnya beberapa kendala fisik pada tahun2 terakhir memang banyak membatasi aktivitasnya meskipun senantiasa dibantu oleh orang2 terdekatnya untuk tetap eksis menyumbangkan pemikiran2nya bagi bangsa ini. Gus Dur telah pergi, kita kehilangan sosoknya yang lugas dan berani meskipun terkadang sinis terutama kepada lawan2 politiknya.
Terima kasih Gus atas keteladananmu, selamat jalan, semoga dilapangkan jalanmu menghadapNYA, amien.. ( TH )
( Foto dari : wiwitfatur.wordpress.com )
2 komentar:
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Selamat jalan Sang Guru Bangsa, semoga diberikan kelapangan. Amin
Matur nuwun cak Win, doa segenap bangsa Indonesia juga.
Posting Komentar