Rasanya saya ingin mencabik diri sendiri ketika melihat " guru besar kehidupan " itu terbaring ditempat tidurnya. Mbak Ratna, mbak Ratna, aduh...kalau saja waktu bisa diputar kembali. Siang terik pada hari Minggu tanggal 13 Desember 2009 itu saya mencari mbak Ratna yang hingga kepulangannya dari Rumah Sakit saya belum menengoknya. Alasan apapun sungguh tidak dapat dimaafkan, maka saya ciumi wajahnya dengan penuh rasa bersalah...
Nama besar novelist dan cerpenist ini sudah dikenal hingga mancanegara.Lha kok " kebacut " saya yang sekota dengan beliau malah baru sekarang menjenguknya? Saya biarkan ingatannya mengelana mengingat ingat siapa saya, kalaupun tidak tersisa ingatan itu, sungguh saya iklaskan karena itu sudah menyimbolkan betapa saya cukup lama menelantarkan pertemanan ini..
Lahir 24 April 1949, mbak Ratna diusianya yang ke 60 ini merupakan asset kota Malang dan Indonesia yang membanggakan. Berbagai penghargaan nasional dan internasional telah diraihnya. Bukan saja karena karya karyanya yang melegenda, tetapi kiprahnya dibidang sosial juga sangat membuat rasa malu mereka mereka yang " utuh " dan tidak cacat , karena kiprah mbak Ratna yang telah jauh melampui keterbatasan fisiknya. Beberapa kali mewakili Indonesia sebagai duta bangsa di ranah internasional ikut mewarnai perjalanan hidup seorang Ratna.
Sebagai ketua Yayasan Bhakti Nurani Malang, mbak Ratna sangatlah komit dengan perjuangannya menyetarakan hak hak kaum cacat didunia industri. Pernah dalam satu pertemuan dimana yayasannya mengundang para pengusaha Malang untuk berdiskusi, wajahnya tersapu mendung kekecewaan dan curhatnya mengalir kepada saya yang kebetulan ada disampingnya: " Mereka ( pengusaha pengusaha ) itu kalau diundang atau ada kunjungan dari yayasan semacam kami, pada umumnya mengira kami kami ini mau meminta sumbangan.
Padahal kami ingin dalam pertemuan pertemuan semacam ini ada understanding yang baik
untuk menghindari kesalah mengertian...", saya hanya bisa tercenung sebab nyatanya banyak deretan kursi undangan yang kosong ketika itu. N-1 pun saat itu hanya mengirim wakilnya.
Sederet karya karyanya yang fenomenal antara lain Pecinan Kota Malang, Hari Hari Yang Tercecer, Batu Sandung ( kumpulan 3 novel ), Lipstik Dalam Tas Doni ( kumpulan cerpen ), Bajunya Sini dan seabreg lainnya. Menurut saya, tema yang diangkat mbak Ratna sebetulnya termasuk biasa biasa alias banyak ditemukan dalam keseharian plus bahasa yang dipakainya juga tidak muluk muluk alias mudah dicerna. Tetapi ajaibnya, tema yang biasa biasa tadi mendadak terasa luar biasa karena pilihan kata kata dan ekspresinya yang amat cerdas !!
Mbak Ratna tidak berusaha menjadi yang " aneh " atau bahkan bak ilmuwan dalam kalimat kalimatnya, tetapi ketika dibaca dan dicerna, memang ada yang terasa aneh yaitu kesederhanaannya yang brilian. Sering saya bahkan dengan suka cita meng ulang2 kalimat kalimat dalam karyanya hanya sekedar meyakinkan diri saya bahwa memang kalimat itu " ada dan hidup ".
Stroke telah menyergap hari harinya. Apakah mbak Ratna masih bisa berkarya lagi meskipun sejak dulu kalapun dia tidak pernah mengetiknya sendiri dan asistennya yang sangat setia membantunya?
Saya membayangkan pasti keinginan itu masih sangat menggelegak dalam hatinya, mungkin justru inilah obat termanjurnya. Tetapi akankah diijinkan oleh dokter dan kerabatnya?
Salah satu benang merah antara kami adalah Topeng Malang Mbah Karimun. Sayang sekali
kami belum sempat merealisasikannya karena berbagai hal, tetapi obrolan seputar mbah Karimun dan pewaris pewaris budaya Malangannya senantiasa menggetarkan hati.
Mbak Ratna, kami semua berdoa untuk Anda, kami semua ada didekat Anda, kami semua siap
berbagi cerita dan angan angan yang belum pernah mbak Ratna kisahkan. Ayo mbak, sehatlah kembali dan tertawalah seperti hari hari kemarin, dan penuhi hari hari kami kembali dengan
cermin cermin kehidupan lewat karya karya dan obrolan obrolan mbak Ratna !!
Semoga ALLAH SWT mengabulkan kerinduan ini, amien.
( Buat mas Nasir cs, matur nuwun !! )
( Photos by : TH dan Nasir )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar