foto jepretan wedding photographer Delia D . Blackburn diatas memang menyentuh .
pada perkawinan anak perempuannya , sang ayah kandung , Todd Bachman yang sudah bercerai dengan ibu sang anak , menghentikan prosesi pernikahan karena melihat suami baru dari eks istrinya " mojok " menyaksikan Todd mengawal putri kandungnya .
spontan Todd Bachman mendatangi " rival " nya dan menggandengnya untuk ikut serta dalam prosesi anak " mereka " ! seperti kata Todd bahwa
" tidak ada beda antara kami , ia adalah anak kami " ,
sebuah ketulusan yang mengesankan .
maka bagaimana dengan pembaca yang mungkin kebetulan pernah mengalami perceraian ?
ada beberapa pilihan sikap , antara lain :
01 . mengambil jarak dengan mantan dan pasangan barunya .
ada beberapa pilihan sikap , antara lain :
01 . mengambil jarak dengan mantan dan pasangan barunya .
02 . sama sekali memutus komunikasi dengan salah 1 atau keduanya .
03 . sesekali , demi kepentingan anak , masih bertemu meskipun tak terlalu sering ataupun secara rutin sesuai kesepakatan .
04 . berteman baik dengan keduanya terutama pasangan baru dari mantan suami / isteri .
yang manapun pilihannya , pastilah mempunyai alasan tersendiri yang ingin dibenarkan terutama bila perceraian itu disebabkan oleh hadirnya pasangan baru dari suami / isteri kita .
tetapi benarkah permusuhan merupakan pilihan terbaik terutama bila terlanjur memiliki anak anak hasil perkawinan terdahulu ?
barangkali contoh peristiwa dalam foto diatas dapat
menginspirasi bahwa
" Perceraian Ortu Hendaknya Tidak Membebani Anak Anak Secara Psikis Disepanjang Hidupnya dan Seharusnya Berupaya Membantu Anak Anak Menyembuhkan Luka / Trauma nya
dengan cara
menjalin pertemanan yang baik dengan mantan dan pasangannya
betapapun terasa sulit / berat diawalnya " .
tidaklah fair bahwa perceraian ortu diakhiri dengan permusuhan bahkan dendam karena akan memperparah trauma sang anak akan hakekat sebuah rumah tangga .
bila hubungan dengan mantan dan pasangan barunya masih terjaga dengan baik demi anak anak maka seiring dengan waktu anak anakpun akan belajar untuk memiliki
Jiwa Besar dan Pemaaf sebagai ganti
dari
Sikap Pendendam dan Bermusuhan .
barangkali contoh peristiwa dalam foto diatas dapat
menginspirasi bahwa
" Perceraian Ortu Hendaknya Tidak Membebani Anak Anak Secara Psikis Disepanjang Hidupnya dan Seharusnya Berupaya Membantu Anak Anak Menyembuhkan Luka / Trauma nya
dengan cara
menjalin pertemanan yang baik dengan mantan dan pasangannya
betapapun terasa sulit / berat diawalnya " .
tidaklah fair bahwa perceraian ortu diakhiri dengan permusuhan bahkan dendam karena akan memperparah trauma sang anak akan hakekat sebuah rumah tangga .
bila hubungan dengan mantan dan pasangan barunya masih terjaga dengan baik demi anak anak maka seiring dengan waktu anak anakpun akan belajar untuk memiliki
Jiwa Besar dan Pemaaf sebagai ganti
dari
Sikap Pendendam dan Bermusuhan .
perceraian sungguh bukan pilihan , namun bila harus dan terpaksa itu terjadi , ternyata kita masih diberikan pilihan untuk Meringankan Beban Psikis Anak Anak ,
yaitu Berdamai Dengan Mantan dan Pasangan Barunya !
sulit ?
mungkin diawalnya dan itu manusiawi .
namun dengan jiwa besar , yakinlah bahwa uluran tangan persaudaraan akan mampu meruntuhkan dendam dan bahkan
menumbuhkan rasa kebersamaan dalam membesarkan anak anak keduanya lepas dari siapa yang lebih berhak mengasuhnya pasca perceraian .
bukankah kita tumbuh untuk menjadi lebih dewasa setiap saat ,
atau memilih tetap menjadi balita ?
( th )
( photos by : Delia D . Blackburn )
sumber , tribun