" Gratis " ? " ..
mengunjungi tempat wisata yang satu ini butuh
persiapan khusus . pertama harus booking dulu
untuk tempat lewat Instagram mereka .
kedua , kalaupun sudah booking harap diperhatikan
syarat dan ketentuan yang berlaku disitu .
dan bertutur kata yang sopan ! intinya adalah :
" Menjadi Tamu Yang Sopan dan Paham Tata Krama "
" semisal tuan rumah , kewajiban kami
adalah menjamu tamu , dan sebaliknya tamu juga
berkewajiban mematuhi tata cara tuan rumah " ,
begitu jelas mas Soleh , salah satu staf disitu.
mahasiswa Tehnik Mesin ini selanjutnya membeberkan
pada saya bagaimana " seharusnya "
tempat wisata ini berlangsung karena disini
Tidak Dipungut Bayaran untuk apapun
alias Gratis Tis mulai dari menikmati suasana ,
mencicipi suguhan suguhannya dan
mengunjungi petilasan dari jaman sebelum Ken Arok
yang berada disebelah belakang dari tempat istirahat ini .
padahal saya ya ingin mencicipi masakan maupun jajanan khas desa disitu yang tampak sangat alami dan sehat itu .
bayangin saja , ada nasi jagung , bothok simbuk an ,
tahu, tempe , bakwan , lodeh dll .
pada masa kecil seperti jemblem , gethuk , nogosari,
ketan bubuk dll ..hmmmm...
mosok saya makan minum gratisan ?
maka mas Soleh memberi " solusi " nya :
" tidak diwajibkan , tapi kalau mau mengisi
kotak sumbangan sukarela ya silahkan saja ... "
... oooooo gitu ...
maka demi sebuah hasrat mencicipi mamin yang serba
alami dan sehat itu sayapun menuju kotak sumbangan
lebih dulu sebelum kesana sini mencicipi ini itu,
tapi saya ditegur
" nggak perlu sekarang bu , nanti saja kalau
sudah selesai " , oalaaa .. nggapapa mas,
lagian sudah kadung nyemplung duitnya hehehe ...
inilah perbedaan " mental " kami ,
bahwa dalam lingkungan perkotaan semuanya serba
melibatkan duit , sementara di desa seperti
di Tomboan ini rasanya rikuh kalau saya harus menikmati sesuatu secara gratis ..
selanjutnya saya nikmati atmosfernya yang ayem adem dan sayapun menyempatkan diri menyusuri sungai kecil
menuju patilasan yang berupa kolam dan arca arca
yang sudah banyak rusaknya ..
nasi jagung dll saya nikmati dengan sepenuh hati ,
karena di kota mamin seperti ini sulit ditemukan .
mas Saleh juga menyilahkan saya menjajal
wedhang wedhang yang diramunya ,
ada wedhang uwuh dll ..
apapun alasan dibalik konsep ini , saya salut bahwa
upaya menjaga tradisi dan budaya Jawa yang
makin luntur rupanya masih dimiliki oleh segelintir
penggagas termasuk mas Soleh yang
generasi milenial ini
semoga Tomboan Ngawonggo bertahan ditengah
derasnya arus modernisasi dan komersialisasi
wisata yang serba dberteknologi ini !
penasaran ?
( Writing & Photos : Titiek Hariati, 08. 03 . 21 )
keterangan foto :
01 . bergowes ria juga asek kalau kuat mancal
02 . kentongan , alarm ..
03 . kompor alami
04 . tatatertib
05 . hanacaraka
06 . mas Soleh sibuk didapur
07 . menyiapkan wedhang rempah2
08 . jajan pasar yang ngangeni !
09 . wedhang uwuh
10 . tamu dibatasi max. 20 orang
11 . saya bagian jeprat jepret saja
12 . pagar dari kulit kelapa
13 . lumpang
14 . sejenak dan sesekali dijepret
15 . gerbang masuk
16 . woro woro di IG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar