memang agak terlambat saya menulis ini karena Nien Lesmana
wafat sudah sebulan yang lalu , tepatnya 28 Juni 2017 .
wafat sudah sebulan yang lalu , tepatnya 28 Juni 2017 .
ada beberapa alasan atas keterlambatan ini .
pertama karena saya harus membongkar koleksi foto foto lama
saat masih menjadi " kuli tinta "
pertama karena saya harus membongkar koleksi foto foto lama
saat masih menjadi " kuli tinta "
( bukan " kuli gadget " ) di Jakarta sekitar tahun 79 an ,
dan kedua mencoba menemukan majalah majalah yang memuat tulisan
tentang Nien Lesmana dan keluarganya .
nyatanya sia sia sebab yang ketemu hanya beberapa foto yang
" agak utuh " , selebihnya sudah termakan kelembaban .
mungkin saya memang bersalah tidak mampu menyelamatkan ribuan
foto foto lama yang sebenarnya bisa " bicara " tentang
bermacam hal ,
mungkin saya memang bersalah tidak mampu menyelamatkan ribuan
foto foto lama yang sebenarnya bisa " bicara " tentang
bermacam hal ,
tetapi perjalanan hidup terkadang menghalanginya dan
memaksa saya meninggalkan foto foto berharga tersebut ditanah
air selama belasan tahun !
entah siapa yang harus disalahkan .
memaksa saya meninggalkan foto foto berharga tersebut ditanah
air selama belasan tahun !
entah siapa yang harus disalahkan .
maka ketika 28 juni 2017 yang lalu saya dikejutkan oleh berita wafatnya
Nien Lesmana atau saya biasa menyebut beliau dengan " Tante Nien " ,
saya seolah terdorong untuk menuliskan sesuatu tentang
wanita " perkasa " dibelakang nama besar Jack Lesmana ini .
saya seolah terdorong untuk menuliskan sesuatu tentang
wanita " perkasa " dibelakang nama besar Jack Lesmana ini .
ini adalah catatan kecil saya tentang Tante Nien diseputar tahun 1979 :
saya sering " ngepos " disana untuk mencegat
grup grup jazz dunia
grup grup jazz dunia
yang kala itu datang di Indonesia dan berencana muncul
sepanggung dengan Om Jack bahkan juga
Indra Lesmana yang saat itu masih " ingusan " sekitar usia 10 tahun !
dalam agenda saya tercatat nama nama Galapagos dan Crossfire
dari Australia . dan sebagai tuan dan nyonya rumah yang hangat dan baik ,
Tante dan Om Jack selalu sibuk dengan menyiapkan
hidangan hidangan khas Indonesia seperti sate dll untuk tamunya.
Tante Nien juga meminta saya untuk mendampinginya menjemput tamu tamunya ini di airport ( kala itu masih di Halim Perdanakusumah )
bersama dengan istri Dubes Australia untuk Indonesia .
maka fungsi " kuli tinta " saya memang menjadi " gado gado " karena malamnyapun saya diminta ikut hadir pada jamuan makan malam
dikediaman dubes Australia .
teman " seprofesi " saya kala itu
adalah Gunther GA yang secara bergantian kami terkadang
harus saling memfoto ( maklum jaman itu belum dikenal
model selfie dan fotopun masih harus diproses di studio foto yang
tidak selalu bisa selesai sehari ) .
saya terkesan dengan keramahan dan kehangatan hati Tante Nien pada
tamu tamunya karena diakhir kunjungan mereka di Indonesia beliau
selalu memberikan souvenir ,
betul betul beliau mewakili imej bangsa khususnya wanita Indonesia
yang ramah , hangat dan tulus !
pada saat pulangpun , kami kembali mengantar grup grup ini
hingga airport dan sayapun " kinthil " beliau saja selama beberapa hari !
saya baru bisa menuliskan artikel tentang grup grup itu setelah
semuanya pulang , sebab sangat tidak memungkinkan menulisnya
disela sela " riwa riwi " tadi . saya membayangkan saat ini
tugas pewarta sangatlah jauh lebih mudah karena mereka bisa membuat
artikel bahkan video langsung dari HPnya dan mengirimkannya
hanya dengan sekali klik !
beda dengan jaman saya yang setelah
diketik saya masih harus mengantarkannya ke Kebon Kacang
tempat majalah remaja tersebut
( konon majalah tersebut masih eksis hingga hari ini
ditengah maraknya e-magazine , wow .. ) .
sekaligus ini juga mengingatkan pada " teman jalan " saya yang lain
yaitu mas Bens Leo yang saat itu menjadi " penguasa desk musik "
di majalah remaja Gadis .
oya .. kala itu Mira Lesmana masih sangat belia ,
dan pada malam malam persiapan show yang biasanya diisi dengan
diskusi kecil antara Om Jack dengan grup grup tamunya ,
Mira selalu ada disana bersama Leni .
sungguh saya bersyukur mendapat begitu banyak kesempatan
berwawancara secara leluasa dengan masing masing pemusik manca ini
sambil menikmati hidangan Tante Nien maupun hidangan dikediaman
keluarga Dubes Australia . saat itu belum dikenal yang namanya
Citizen Journalism , jadi kesempatan yang saya miliki sungguh
harus saya syukuri termasuk juga di TIM
( Taman Ismail Marzuki yang kala itu dikenal sebagai panggungnya
musik musik jazz lokal dan manca ) .
TIM juga menjadi salah 1 tempat
" mangkal " saya untuk menghimpun berita berita seputar
aksi panggung musisi musisi terkenal .
dari " blusukan " ke Tebet inilah saya akhirnya kepincut untuk
" berguru " pada Om Jack selama beberapa waktu bersama rekan saya Gunther GA . beberapa musisi yang sering saya lihat dan temui di
kediaman Tante Nien antara lain adalah Benny Likumahua dan Broery Marantika ( belum menjadi Pesolima ) disamping
Indra Lesmana sendiri yang sering terlihat giat berlatih .
sayang sekali bahwa diakhir 1979 , saya harus meninggalkan semuanya
selama berbelas tahun , sehingga kontak kontak saya dengan
Tante Nien dll menjadi terhambat (saat itu belum ada internet dan surat surat pun sangat terbatas kecuali pada event Lebaran yang itupun tidak
saya lakukan rutin karena berbagai kesibukan yang ada ).
konyolnya , ketika saya akhirnya kembali ketanah air sekitar awal 91
saya disibukkan lagi dengan pekerjaan yang menyita waktu.
bahkan berpuluh kali ke Jakarta pun saya tidak menyempatkan diri untuk bertemu Tante Nien, sesuatu yang sungguh sangat saya sesali ..
sepanggung dengan Om Jack bahkan juga
Indra Lesmana yang saat itu masih " ingusan " sekitar usia 10 tahun !
dalam agenda saya tercatat nama nama Galapagos dan Crossfire
dari Australia . dan sebagai tuan dan nyonya rumah yang hangat dan baik ,
Tante dan Om Jack selalu sibuk dengan menyiapkan
hidangan hidangan khas Indonesia seperti sate dll untuk tamunya.
Tante Nien juga meminta saya untuk mendampinginya menjemput tamu tamunya ini di airport ( kala itu masih di Halim Perdanakusumah )
bersama dengan istri Dubes Australia untuk Indonesia .
maka fungsi " kuli tinta " saya memang menjadi " gado gado " karena malamnyapun saya diminta ikut hadir pada jamuan makan malam
dikediaman dubes Australia .
teman " seprofesi " saya kala itu
adalah Gunther GA yang secara bergantian kami terkadang
harus saling memfoto ( maklum jaman itu belum dikenal
model selfie dan fotopun masih harus diproses di studio foto yang
tidak selalu bisa selesai sehari ) .
saya terkesan dengan keramahan dan kehangatan hati Tante Nien pada
tamu tamunya karena diakhir kunjungan mereka di Indonesia beliau
selalu memberikan souvenir ,
betul betul beliau mewakili imej bangsa khususnya wanita Indonesia
yang ramah , hangat dan tulus !
pada saat pulangpun , kami kembali mengantar grup grup ini
hingga airport dan sayapun " kinthil " beliau saja selama beberapa hari !
saya baru bisa menuliskan artikel tentang grup grup itu setelah
semuanya pulang , sebab sangat tidak memungkinkan menulisnya
disela sela " riwa riwi " tadi . saya membayangkan saat ini
tugas pewarta sangatlah jauh lebih mudah karena mereka bisa membuat
artikel bahkan video langsung dari HPnya dan mengirimkannya
hanya dengan sekali klik !
diketik saya masih harus mengantarkannya ke Kebon Kacang
tempat majalah remaja tersebut
( konon majalah tersebut masih eksis hingga hari ini
ditengah maraknya e-magazine , wow .. ) .
sekaligus ini juga mengingatkan pada " teman jalan " saya yang lain
yaitu mas Bens Leo yang saat itu menjadi " penguasa desk musik "
di majalah remaja Gadis .
oya .. kala itu Mira Lesmana masih sangat belia ,
dan pada malam malam persiapan show yang biasanya diisi dengan
diskusi kecil antara Om Jack dengan grup grup tamunya ,
Mira selalu ada disana bersama Leni .
sungguh saya bersyukur mendapat begitu banyak kesempatan
berwawancara secara leluasa dengan masing masing pemusik manca ini
sambil menikmati hidangan Tante Nien maupun hidangan dikediaman
keluarga Dubes Australia . saat itu belum dikenal yang namanya
Citizen Journalism , jadi kesempatan yang saya miliki sungguh
harus saya syukuri termasuk juga di TIM
( Taman Ismail Marzuki yang kala itu dikenal sebagai panggungnya
musik musik jazz lokal dan manca ) .
TIM juga menjadi salah 1 tempat
" mangkal " saya untuk menghimpun berita berita seputar
aksi panggung musisi musisi terkenal .
dari " blusukan " ke Tebet inilah saya akhirnya kepincut untuk
" berguru " pada Om Jack selama beberapa waktu bersama rekan saya Gunther GA . beberapa musisi yang sering saya lihat dan temui di
kediaman Tante Nien antara lain adalah Benny Likumahua dan Broery Marantika ( belum menjadi Pesolima ) disamping
Indra Lesmana sendiri yang sering terlihat giat berlatih .
sayang sekali bahwa diakhir 1979 , saya harus meninggalkan semuanya
selama berbelas tahun , sehingga kontak kontak saya dengan
Tante Nien dll menjadi terhambat (saat itu belum ada internet dan surat surat pun sangat terbatas kecuali pada event Lebaran yang itupun tidak
saya lakukan rutin karena berbagai kesibukan yang ada ).
konyolnya , ketika saya akhirnya kembali ketanah air sekitar awal 91
saya disibukkan lagi dengan pekerjaan yang menyita waktu.
bahkan berpuluh kali ke Jakarta pun saya tidak menyempatkan diri untuk bertemu Tante Nien, sesuatu yang sungguh sangat saya sesali ..
Tante Nien ,
Selamat jalan , semoga Tante dan Om sudah berkumpul kembali
dikeabadian dan memperoleh tempat terbaik disisiNya .
Kehangatan hati dan ketulusan Tante Nien adalah kenangan terindah saya
yang telah begitu banyak membantu meringankan tugas tugas saya
sehingga saya seringkali menjadi yang pertama memberitakannya ,
sungguh ini semua semata atas kebaikan hati Tante Nien .
Semoga segala kesalahan Tante mendapat ampunanNYA dan
segala kebaikan serta amalan Tante mendapatkan balasan pahalaNYA
yang berlipat ganda , Amin YRA .
( Titiek Hariati )
keterangan foto :
01 . cover cassette Nien Lesmana era 60 an ( google )
02 . Indra , Nien , Jack Lesmana ( google )
03 . istri dubes Australia , tante Nien , saya dan Indra di Halim airport
( photo by : Gunther )
04 . om Jack , Indra , Gunther dan Crossfire di Tebet
( photo by : TH )
05 . tante Nien , saya dan manager Crossfire di Tebet , menikmati sate .
( photo by : Gunther )
06 . diskusi kecil di Tebet , malam sebelum manggung
bersama Crossfire , ada Mira , Lani dan saya
( photo by : Gunther )
07 . Om Jack ( google )
dikeabadian dan memperoleh tempat terbaik disisiNya .
Kehangatan hati dan ketulusan Tante Nien adalah kenangan terindah saya
yang telah begitu banyak membantu meringankan tugas tugas saya
sehingga saya seringkali menjadi yang pertama memberitakannya ,
sungguh ini semua semata atas kebaikan hati Tante Nien .
Semoga segala kesalahan Tante mendapat ampunanNYA dan
segala kebaikan serta amalan Tante mendapatkan balasan pahalaNYA
yang berlipat ganda , Amin YRA .
( Titiek Hariati )
keterangan foto :
01 . cover cassette Nien Lesmana era 60 an ( google )
02 . Indra , Nien , Jack Lesmana ( google )
03 . istri dubes Australia , tante Nien , saya dan Indra di Halim airport
( photo by : Gunther )
04 . om Jack , Indra , Gunther dan Crossfire di Tebet
( photo by : TH )
05 . tante Nien , saya dan manager Crossfire di Tebet , menikmati sate .
( photo by : Gunther )
06 . diskusi kecil di Tebet , malam sebelum manggung
bersama Crossfire , ada Mira , Lani dan saya
( photo by : Gunther )
07 . Om Jack ( google )