Senin, 22 Oktober 2012

Akhir Masa Lajang ( catatan kecil buat Dewi )

Dewi yang ayu,

saat Dewi dan kedua saudaramu masih balita,  sebagai tantemu, saya merasa kehilangan masa kecil kalian tersebab puluhan ribu kilometer jarak pemisah kita. Dan ketika jarak itu menyempit tersisa hanya sekitar seribu kilometer saja, itupun masih terampas oleh kesibukan saya sebagai 
( istilah yang sok keren ) " wanita karir " dengan agenda yang menuntut saya memiliki 48 jam sehari dan kaki yang tak pernah menginjak bumi dari satu tempat ketempat lain yang berjarak ratus kilometer. 

Maka tumbuhlah ke 3 gadis kecil yang cantik dan menggemaskan ini menjadi tiga bidadari yang begitu ayu dan anggun ... Sungguh saya menyesal tidak terlampau banyak waktu yang saya dapat gunakan untuk mengamati bagaimana kalian bertiga tumbuh menjadi wanita wanita masa kini yang mandiri namun tidak kehilangan akar budayanya !

Ketika si sulung mengirim undangan pernikahan tahun lalu, saya seperti diingatkan oleh lonceng kehidupan betapa waktu lewat sedemikian tidak terhentikan. Kakakmu menikah. Apakah saya sudah sedemikian tuanya sampai terlewat begitu saja hampir tiga dekade? Dan hari ini , setahun sesudahnya, kembali saya menerima undangan kedua, berwarna coklat tua dan muda, tertulis disana : Akad Nikah dan  Resepsi 28 Oktober 2012 . Namamu tertulis begini:


 
Dewi Mustikasari, S.H, M.Kn
dengan
Dicky Octaviano, S.H, MM

Saya terharu, ini adalah Dewi yang dulu gendut, putih, lucu dan cantik , dan kini tumbuh menjadi seorang calon notaris. Saya punya alasan untuk bangga. Dan di sisa masa lajangmu yang tinggal beberapa hari ini, biarkan saya berbagi sedikit serpihan pengalaman hidup buat Dewi yang saya kasihi. 

Menikah? Itu impian setiap wanita normal. Bersuami kemudian memiliki anak anak yang sehat dan cerdas. Karir? Dapat Dewi rangkap bahkan saat ini wanita dapat menjadi apa saja yang dia suka. Bingung memilih antara anak atau karir? Keduanya dapat engkau miliki terlebih dengan profesi notarismu, Dewi dapat melakukan keduanya dirumah. Indah bukan? Mengapa ? Karena saya sempat tidak memiliki keindahan itu ketika saat saat balita kedua sepupumu, saya justru sibuk ditelan pekerjaan yang tanpa ujung. 

Ibulah pengganti peran saya dan rasa bersalah itu terbawa hingga hari ini, saya tidak dapat mengulanginya lagi. Dewi akan menjadi tempat berlindung dan mata air kasih sayang tanpa pernah kering dari anak anak kalian, tolong hangati hari hari mereka dengan canda dan keceriaan agar masa kecil pendek mereka penuh pelangi.

Mengurus suami? Tentu saja prioritas, sesibuk dan sepenting apapun jabatanmu. Dalam karir engkau adalah pemegang kendali, dan dirumah engkau adalah sahabat, kekasih, teman terpercaya sekaligus tempat suami bersandar disaat galau. Lepaskan semua simbol kebesaran ditempat kerja, mendekatlah sebagai tempat terhangat bagi suamimu.

 Ah Dewi, apa lagi yang bisa dibagi?  Rumah? Bukan dari ukuran dan kemewahan meubel, tetapi kemewahan hati kalian menatap masa depan yang penuh cinta dan harapan. Saya bahkan masih sangat ingat, betapa tempat tinggal kami dulu nyaris kosong diawal pernikahan, yang ada hanyalah sepotong tempat tidur dan pemanas ruangan, karena saat itu menjelang winter yang seringkali belasan derajat dibawah nol, itu saja. Tidak ada sesuatu yang jatuh begitu saja dari langit, melainkan kita harus meraihnya dengan bersama sama, you are not alone ..

Kekurangan dan kelemahan pasangan? Dewi, tidak ada yang sempurna tak terkecuali kita. Bahkan dimata pasangan kita, mungkin kita jauh dari sempurna namun dia dapat menerimanya. Mengapa kita tidak? Semasa pacaran dulu dia menyenangkan karena selalu tampil rapih, parfum machonya tidak terlupakan aromanya, dan penuh sanjung dan pujian. Sekarang, sering nampak lebih casual bahkan terkesan kucel, tidak rapih apalagi kalau dirumah seenaknya menaruh sepatu, kemeja, celana dan kaos kaki terserak di mana2 dan pujian juga sangat pelit? Huh .. menyebalkan. 

Dimana pria yang dulu kita kenal dan kagumi itu? Mengapa berubah? Dewi, banyak pasangan yang kecewa dengan perubahan seperti ini, terkadang bahkan ekstrem karena perubahannya drastis. Apakah kita juga demikian? Apakah Dewi nanti masih akan terus seperti Dewi sebelum menikah dan disaat pacaran, yang selalu tampil mempesona dihadapannya?

Perubahan masihlah dianggap " wajar " ketika orang merasakan bahwa pernikahannya itu membuatnya sangat nyaman dan ingin lepas dari " aturan membelenggu " seperti saat pacaran. Lho membelenggu? Iya, sebab pacaran itu menuntut kita tampil rapih, tepat waktu, bersikap manis, dll yang " penuh aturan " . Maka ketika " dia sudah menjadi milik kita " alias menikah, orang cenderung ingin LEPAS dari semuanya tadi dan menikmati kebebasan ber ekspresi, misal dengan melempar kaos kaki disana sini, menaruh kaki diatas meja dll yang seolah berkata :
" inilah aku yang sesungguhnya dan terimalah aku apa adanya " .... Siapkah Dewi? 
Mungkin Dewi juga inginkan hal yang sama dengan memakai daster dirumah, atau sedikit berbau minyak jelantah disaat masak dan wajah berminyak, apakah hal ini menyenangkan untuk suami?

Berdandan cantiklah selalu buat suami, dan sejukkan hari hari nya yang berat dengan senyuman dan sentuhan penuh kasih. Tapi kalau suami tidak memberikan hal yang sama disaat Dewi galau, perlukah Dewi marah? Maka bicarakanlah kekecewaan2 ini agar kalian lebih dapat memahami, dan jangan biarkan kekecewaan menumpuk tidak terabaikan karena akan menjadi bom waktu yang berpotensi meledak tanpa kendali ..

Musik? Jadikan itu ritual harian, karena musik itu terapi jiwa dan penyembuh banyak luka. Berbeda selera? Mengapa dipertentangkan? Luangkan sejenak mendengar musik kesukaannya yang brang breng brong meski Dewi kurang dapat menikmati, dan disaat lain ajaklah dia mendengar musik pilihan Dewi yang begitu romantis, semisal El Divo atau Amstrong itu .. Atau siapa tahu akhirnya kalian menemukan pilihan musik yang dapat mempersatukan selera karena Queen memiliki dua sisi " brang breng brong " dan romantis, dengar misalnya Love of My Life, atau Bohemian Rhapsody .. ?

Menikah itu sebuah penjara? Who say that? Kalian akan masih bisa bergaul dengan teman2 masa sekolah atau kuliah atau kolega di tempat kerja, bahkan sesekali pergi tanpa suami/isteri karena tuntutan pekerjaan atau sekedar menikmati saat saat menyenangkan dengan teman teman, kenapa tidak? Berikan dia ruang agar sisi kanak kanaknya terpenuhi dan dia akan pulang kerumah dengan suka cita karena " ibundanya " menunggu kisah petualangannya diluar rumah dengan menyambutnya penuh antusias " ceritakan padaku " .....

Dewi yang ayuuuu .. cukup panjang surat ini , tentu akan aku akhiri dengan sebaris doa buat Dewi, bahwa pernikahan juga sebuah sajadah panjang hingga akhir hayat, dan doa doa terbaik kalian akan mencerahkan hari hari kalian dengan siraman rahmat dan anugerahNYA yang paling indah, amien ..

Bangunkan penuh kasih kalau suamimu masih mendengkur disaat subuh.
Bocah ayuuu, nikmati hari hari akhirmu sebagai seorang lajang, disini kita tidak mengenal sebutan Pesta Lajang tetapi pesta itu ada dalam hatimu, berupa rasa syukur tak terhingga karena seorang Dicky telah dianugerahkan kepadamu untuk melindungi  mu dari berbagai ujian kehidupan .. Berbahagialah !

Cium penuh sayang,
tante titiek.

( Saya jepret tiga bidadari cantik ini di pernikahan anak kedua/bungsu saya, Oktober 2011,
  di Jakarta ) 

 







































Tidak ada komentar: