Baru menyebut nama tempat wisatanya saja orang sudah berkomentar : " Ndheso..." . Waa .. apakah Wendit memang demikian? Dan apakah yang
" ndheso " itu jelek? Mungkin sebaiknya sebelum melontarkan pendapat, ada baiknya kita tengok dulu perwajahan Wendit saat ini ..
Jujur memang terakhir saya kesana sudah sekitar 20/dua puluh tahun yang lalu!! Harapan saya mudah2an wajah Wendit yang terletak sekitar 12km dari rumah saya tidak banyak berubah. Setidaknya beberapa yang khas misalnya : monyet monyetnya, perahu nya dan penjual kacang godoknya.
Ternyata benar. Renovasi dibeberapa tempat di Wendit tidaklah terlalu mengubah bentuk aslinya. Memang terkesan lebih nyaman karena sudah banyak tempat tempat beristirahat yang lumayan bersih dan teduh
( duluuuuu orang harus membawa tikar untuk lesehan ).
Nah yang saya cari2pun ternyata masih lumayan banyak : monyet monyet ! Hebatnya : mereka tidak pernah mengganggu para penjual kacang walaupun mereka berada dalam jarak yang saling berdekatan. Tetapi yang diganggu adalah para pembeli kacangnya! Jangan coba2 membawa kacang secara terbuka kalau tidak ingin dikeroyok pasukan Hanoman ini..
Saya mencari perahu yang duluuuuuuuu bisa membawa penumpangnya ke kebun kebun kangkung di rawa sebelah belakang Wendit.
Naaa yang ini memang ternyata sudah tidak ada alias sudah dibatasi oleh tembok, sehingga perahu tidak lagi bisa ke kebun kangkung, sayang sekali!
Atraksi yang ada di Wendit ini memang betul betul merakyat. Mulai dari berfoto bersama ular phyton, menengok misteri kerajaan kera, komedi kera, boom boom car, dll.
Sambil bernostalgi ke masa kecil yang tidak pernah melewatkan Wendit disaat lebaran, tiba tiba lamunan saya dibubarkan oleh pertanyaan kerabat yang bersama saya ke Wendit:
" Mbak.."
" Opo?"..
" Aku ni lagi sebel..." ( Waduh, lagi asyik menikmati tingkah polah monyet2 ternyata kesebelan hati kerabat saya tidak terobati oleh lucunya monyet monyet disitu, jadi saya pilih menjadi pendengar yg baik saja ... )
" Kenapa, dirumah apa ditempat kerja?", saya asal tanya.
" Tempat kerja..... ( Tanpa saya tanya lagi langsung nyerocos ceritanya, rupanya sudah lama di simpan, jadi Wendit dianggap tempat yang tepat untuk mengurainya... )
" Gini lo mbak, di kantor itu kok ada saja ya orang2 yang merasa dirinya paling bener, pinter, lurus, dan kerjanya mengurusi orang lain, mengkritik dan mencari kelemahan orang lain. Padahal dirinya sendiri itu parahhhh, tapi tidak disadari dan tiap saat yang dipikirkan itu adalah bagaimana bisa menemukan kekurangan2 orang lain, heran aku...", dia makin cemberut.
Saya masih diamkan. E...dilanjutkan : " Mbak menghadapi orang2 seperti itu gimana ?"
" Diamkan saja...", kata saya.
" Opo mbak?"
" Diamkan saja..."
" Mosok diam aja se mbak?"
" Ya, diamkan saja.."
" Mbak iki gak serius, aku butuh saran nih.."
" Lo lha sudah tak kasi gitu lo, diamkan..."
" Kok gitu?"
" Iya. Percuma. Orang2 seperti itu tidak menyadari apa yg dilakukannya, itu propblemnya. It's a matter of character ... " waduh, saya Inggris2kan supaya terdengar mantap. Tau2 saya di protes: " Ya gak ngaruh mbak, maksudku org2 itu perlu diingatkan gitu ta supaya sadar?"
" Percuma. Orang2 seperti itu memang punya NEED untuk mengurusi orang lain. Punya NEED untuk mencari kelemahan orang lain. Punya NEED untuk bahkan kalau perlu mempermalukan orang lain. Dan mereka itu kasihan, sebetulnya mereka itu BUTUH PERTOLONGAN...!"
Kerabat saya mulai mantuk2. " O... iya ya, mungkin memang sakit ya? ", tidak saya jawab, saya persilahkan dia mengurainya sendiri.
Saya tahu dia tidak puas dengan jawaban saya. Tapi sungguh saya juga tidak tahu harus berbuat apa menghadapi karakter karakter yang dikeluhkannya, karena hampir selalu ada yang seperti itu dalam kehidupan dan keseharian kita.
Bisa dikalangan keluarga, tetangga, teman kerja, dll. Dugaan saya benar, tiba2: " Mbak, tips lain untuk saya apa ya supaya hati ini tidak kemrungsung dan emosi menghadapi orang2 seperti itu?".
Berhubung saya tidak ingin " terganggu " lebih lama dalam menikmati monyet monyet Wendit yang lucu lucu, maka saya coba bergaya "khotbah" untuk memuaskan hatinya:
" Dalam doa doamu yang wajib maupun sunnah, doakan mereka itu, mohonkan ampunanNYA karena sesungguhnya mereka tidak tahu atau bahkan tidak menyadari apa yang diperbuatnya, disamping ampunan untuk diri kita sendiri. Mari kita bantu mereka2 itu dengan keiklasan doa, hanya Tuhan yang mampu menggerakkan hati mereka bukan kita..ok? ", dia manggut2 dan tiba2 : " Hueeee mbak, awassssss... !", aduhhhh seekor monyet Wendit mendekat ke tas saya yang " pating slewer " tali kameranya menjulur dari luar tas..aduhhhh, dan demi keselamatan kamera saya terpaksa agak ter birit2 "menyelamatkan diri " ...dan "khotbah" pun berakhir..... O,Wendit, Wendit..... ( th )
Keterangan foto : ( taken by : TH )
01. Monyet monyet dipagar Wendit.
02. Area berperahu yang sayangnya tidak sampai dikebun kangkung.