pandemi yang berkepanjangan juga berdampak
pada tingginya angka perceraian dibanding sebelum
ada pandemi . menurut Dirjen Badilag MARI ,
Aco Nur ( dikutip dari Detik.news )
di Jawa angkanya cukup signifikan ,
Jabar , Semarang , Surabaya misalnya .
kalau April - Mei masih dibawah 20 ribu , maka angka
perceraian Juni - Juli melonjak keangka 57 ribu .
sebab lain angka ini mungkin timbul karena
adanya penutupan pangadilan sehingga pendaftar
tertumpuk ke Juni - Juli meski masih
tetap menunjukkan kenaikan .
faktor ekonomi agaknya dominan sebab banyaknya
PHK selama pendemi menjadi salah satu
pemincu konflik rumah tangga yang berujung perceraian .
beda lagi dengan keadaan di DIY khususnya
di Kaliprogo yang menurut Kepala BKKBN RI ,
Dr . Hasto , ( sebagaimana dikutip dari KR Yogya )
selama pandemi ada kenaikan
angka perceraian hingga 20% .
Uniknya , disamping faktor ekonomi ,
ternyata didaerah ini penyebab utama perceraian
adalah " minggatnya salah satu " dari pasangan
suami isteri itu ke manca untuk bekerja !
mungkin didorong rasa jenuh dalam kesulitan yang
seolah tidak berujung maka keputusan bekerja
diluar negeri menjadi sebuah " solusi " yang
meski harus dibayar mahal dengan perceraian !
bagaimana dengan perselingkuhan ?
apakah juga berperan ?
ternyata angka angka perselingkuhan tidak
menempati angka yang signifikan meskipun tetap ada .
ataukah ini sudah masuk kedalam angka
" percecokan alias tidak adanya kesesuaian lagi " ,
entahlah ..
seorang teman mengirim WA guyonan begini :
" yang punya WIL / PIL selama pandemi dan PSBB
sudah jelas ngga bebas keluar2 rumah
seperti biasanya dia lakukan pada jam2 bekerja .
apalagi kalau dia kena WFH/ work from home
terlebih PHK ,
pasti pasangannya akan curiga
kemana kok kluyuran ?
akhirnya timbul jengkel dan hal2 kecil sepele jadi
keributan besar akibat ... hehehe .. "
saya tidak membantah guyonannya , sebab terkena
" lockdown " dari pasangan yang dikhianatinya
mungkin membuatnya uring2an yang akhirnya
mendorong keputusan bercerai ..
oalaa ..
ditengah saya mengetik tulisan yang belum selesai ,
tiba tiba saya malah dikejutkan oleh berita
seorang teman yang sudah hampir
25 tahun menikah , akan bercerai .
lho apa pasal?
tentu saja saya tidak mengirim ucapan
" semoga perceraiannya berjalan lancar "
atau " semoga bahagia setelah kamu bercerai " dll ,
tetapi saya hanya mengirim WA pendek
" Bersabar saja ya .. " .
diluar dugaan saya mendapat jawaban panjang lebar
yang intinya adalah
" Sudah lebih dari sabar mbak ,
sudah ngempet berbelas tahun ,
sekarang anak2 sudah pada menikah jadi saya pikir
saatnya saya juga ingin bahagia seperti
anak anak saya supaya saya tidak merecoki
anak anak saya dengan cerita2 konflik
antara saya dengan suami " ...
saya melongo dan tidak tahu harus menjawab apa .
yang jelas menurut saya ,
alasan ini sama sekali tidak tersebab pandemi ,
sebab ada atau tidak ada pandemi ,
dengan alasan seperti itu sudah pasti dan siapapun
akan berfikir ulang tentang pernikahannya ..
soal bagaimana akhirnya , cerai atau tidak ,
tergantung masing masing pasangan sebab
sesungguhnya :
" Tidak Ada Nasehat Yang Mempan Buat Pasangan
Yang Sudah Tidak Menemukan Kecocokan ,
kecuali ( mungkin ) nasehat mediator di
Pengadilan sebelum vonis dijatuhkan hakim ..
naa ... , semoga diantara pembaca tulisan ini
tidak ada satupun yang sedang mengantrikan berkasnya
di pengadilan yaa ,
aamiin ..
( Titiek Hariati , Malang , 07.09.20 )
gambar2 diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar