.. " Pujon , The Rising Sun .. " ..
Pujon yang letaknya hanya beberapa menit dari Batu
nampaknya ingin " mengejar ketertinggalannya "
dari Batu yang sudah sangat " sophisticated "
kepariwisataannya .
kalau SDA , rasanya Pujon sangat tidak kalah
dengan Batu bahkan pada beberapa area Batu lah yang
" nunut " Pujon dalam mempromosikan
tujuan wisatanya .
tetapi perkembangan pesat Batu dalam beberapa tahun
terakhir agaknya membuat Pujon harus
" putar otak " agar tidak makin " kancrit " dari Batu .
naaa .. dimusim pandemi yang membatasi
ruang gerak berwisata ini memang akhirnya membuat
saya sendiri tidak banyak " bergerak " seperti
biasanya dan Pujon seolah menjadi alternatif
untuk bertukar oxygen sejenak dan
menghindari Batu yang meski pandemi tapi tetap
dipadati wisatawan .
sengaja saya menentukan dua tujuan .
pertama adalah mencari bibit pohon jeruk di sekitar
Punten yang jauh masuk kedalam
perkebunan sayur , buah dan bunga
( menghindari mahalnya harga yang ada di penjual2
tanaman sepanjang jalan raya arah
Selecta dan Cangar hehehe .. ) .
lega dan lapang menikmati pemandangan yang serba
hijau dan sedikitnya manusia yang pagi
itu masih sepi . rasanya betah ber lama2 disitu
meskipun bibit jeruk sudah saya peroleh
sekaligus untuk melanjutkan perjalanan hehehe ..
dan tetap dalam protokol ketat , akhirnya saya
melanjutkan perjalanan kearah Pujon dengan
tujuan yang Tidak Jelas alias sekedar ingin
bertukar suasana asalkan BUKAN tempat wisata ,
itu syaratnya !
melewati kelokan2 tajam di Pujon , lumayan
membangunkan adrenalin
( terakhir saya lewat kelokan2 ini saat ke Solo
untuk melihat Festival Batik dan
7 jam dibelakang kemudi cukup menguras adrenalin .. )
dan saat melewati sebuah area wisata
berjuluk " Taman Kemesraan " saya merasa
kurang tertarik bukan saja karena dihalaman
parkirnya penuh kendaraan tetapi juga
sepintas dari luar terlihat " sangat artifisial "
meski mungkin saya salah duga hehehe ..
saya lanjut kan perjalanan kearah yang
Tidak Jelas tadi sambil mencari kemungkinan
adanya obyek jepretan untuk bahan blog ini ..
tiba tiba dikiri jalan saya melihat " sesuatu "
yang tidak saya duga ada ,
yaitu sebuah lahan parkir luas dengan tulisan
" Alas Pujon Coban Sadang " ...
lhaaa .. opo iki bathin saya ?
pagi itu hanya ada dua mobil terparkir disitu dan
setengah ragu2 saya masuk dan bertanya pada
petugas " buka to mas ? " ,
iya silahkan jawabnya ramah ..
tentu saya tertarik untuk masuk karena sepintas
terlihat masih " alami " alias belum banyak polesan
dengan tiket masuk per orang 10 ribu dan
parkir mobil juga 10 ribu ,
saya disapa ramah oleh salah satu manajernya ,
pak Sony . " air terjun hanya 500 meter dari sini ,
mari saya tunjukkan protokol musholanya " ,
dan saya melihat pengaturan jarak
dalam mushola yang sangat baik begitu juga
saat masuk pertama tadi dimana tempat
cuci tangan juga tersedia .
sepintas meski belum secara dekat saya melihatnya ,
pengaturan dilokasi yang areanya berlembah
dan ber air terjun ini masih cukup " minimalis "
dan ini melegakan !
desain mushola dan juga cottage cottage serta sebuah
bangunan ala rumah Hobbit ,
saya pikir " tidaklah berlebihan " dan masih bisa
menyatu dengan alam sekitarnya .
saya berjalan kearah air terjun Sadang yang
menjadi ikon area ini disamping alasnya ,
sedikit menanjak keatas tetapi jangan khawatir ,
disitu disediakan beberapa bangku untuk
melepas lelah bagi yang seusia saya hahaha ..
memang Coban Sadang ini tidak sespektakuler
Coban Rondo yang menggelegar airnya ,
tetapi untuk pecinta " musik alam " rasanya
gemericiknya adalah simponi indah !
( untuk masalah Musik Alam ini bahkan dalam
obrolan saya dengan pak Sony , saya " wanti wanti " agar
Jangan Merusak Atmosfer Alam disini
dengan musik2 keras dari loudspeaker apalagi
kalau itu dangdut yang memancing orang berjoget !
saya berpesan seperti nenek yang cerewet begini
( padahal saya belum jadi nenek lho hihihi .. )
" mas Sony , jangan merusak suasana alami ini
dengan musik2 keras agar pengunjung yang jauh2
datang ingin menikmati suara
burung , gemercik air terjun , angin semilir dll
tidak kecewa ! " ..
semoga wanti wanti saya tidak dianggap
Blowin' in The Wind seperti kata Bob Dylan hehehe .. )
saya bukan anti musik dangdut ,
tetapi saya ingin sesuatunya itu Pada Tempatnya ,
sesederhana itu saja ..
saya pernah menerima hadiah teman di Australia
sebuah CD yang berisi musik2 suara alam ,
ada suara air , burung , serangga malam dll yang
saya pikir masih bisa dipertimbangkan
kalaupun ingin ada " bunyi2an " ..
sejenak saya ngopi dirumah hobbit untuk menikmati
suasana disitu , saya memesan es kopi haselnut
dan kopi gula aren yang terkemas dalam
gelas Take Away , ide bagus untuk menghindari
pencemaran dari peralatan mamin .
harga2 yang ada didaftar menunya juga reasonable
dan satu2nya makanan yang disediakan
adalah Cup Mie . cafe yang bersebelahan dengan
dua cottages tampak masih dalam tahap pembangunan
yang kelak saya pikir akan mampu menampung
sekitar 250 an pengunjung .
oya sebelum meninggalkan lokasi ini saya sekali lagi
mencereweti pak Sony dengan 4 masukan yaitu :
01 ) disediakannya cantolan sederhana di
dalam toilet wanita yang biasanya membawa tas bertali .
02 ) di mushola sebaiknya ada kaca untuk wanita2
yang seusai sholat membetulkan hijabnya
atau merapikan makeupnya .
03 ) dirumah hobbit sebaiknya diberikan tempat
atau payung untuk berteduh pada siang hari
yang terik bagi pengunjungnya yang
sedang " cangkruk " .
04 ) kursi meja untuk yang cangkruk di hobit
supaya dibuatkan setidaknya untuk dua kelompok
sebab yg ada saat ini terlalu berat untuk digeser
menjadi dua kelompok sehingga
pengunjung kurang punya privasi ketika
ada dua kelompok yang datang dan
tidak saling mengenal .
meninggalkan Alas Pujon Coban Sadang dengan
rasa sedikit " khawatir " bahwa satu saat
lokasi cantik ini akan kelewat
" menor " dandanannya !
januari yang lalu saya sempat ke sebuah lembah
cantik berjuluk Taman Asia Africa di
Lembang Bandung yang spektakuler tetapi
memang bernuansa internasional karena ada
kampung Jepang , Korea , India dll
sehingga seolah kita jalan jalan ke negara2
tersebut mencicipi mamin , souvenir dan budayanya .
atau di Lembah Indah dekat Gunung Kawi
yang juga cantik , tetapi tentu saya berharap
mereka2 ini tidak berlebihan mengemas alam
yang sudah cantik itu .
belasan tahun saya pernah merasakan atmosfer
dikaki Alpen , sudah tentu saya tidak bisa berharap
bahwa wisatawan di tanah air juga
sangat bisa menghargai ketenangan dan privasi
dimana " manusia menyesuaikan alam "
dan bukan sebaliknya .
mengapa saya berani berkata demikian ?
banyak wisata2 alam yang cantik ditanah air
yang akhirnya " rusak " oleh
" dandanan yang berlebihan " baik itu
menyangkut exterior , interior , ataupun atraksi2
live music dangdut dll seperti yang saya
sudah tulis diatas ..
Alas Pujon Coban Sadang harus bisa menjadi
percontohan bagaimana sebuah eko wisata alam
dibangun tanpa harus berlebihan !
juga saya sangat yakin bahwa
" 4 sekawan " pendirinya ,
Ghufron Marzuki , Krida Agung Nugroho ,
Agung Subroto dan Gogiek adalah
para " penjaga alam " yang bijak dan membiarkan
alam yang berbicara dan bukan manusia
yang harus didengarkan bicaranya ..
selamat dan sukses buat tim
Alas Pujon Coban Sadang ! Stay naturally ...
( Writing & Photos : Titiek Hariati , Malang , 14 . 09. 20 )
keterangan foto ;
01 . salah satu sudut desa Punten
02 . cottage cottage di Alas Pujon Coban Sadang
03 . gemah ripah loh jinawi di Punten
04 . ibu ibu petani Punten sedang sibuk
05 . ayem tentrem ( 01 )
06 . ayem tentrem ( 02 )
07 . ayem tentrem ( 03 )
08 . Taman Kemesraan yang bagi saya tidak menarik
09 . Coban Sadang
10 . Mushola mungil yang cantik
11 . rumah hobbit untuk cangkruk ngopi
12 . menikmati oxygen Alas Pujon
13 . bangku disebelah air terjun
14 . lembah yang cantik
15 . pohon dihalaman luar yang " mistis "
16 . lahan parkir yang lumayan luas meski
bisa saja disaat ramai akan
terasa sempit
17 . daftar menu dirumah hobbit
18 . jalan keluar yang menarik
19 . unik ..
20 . gerbang masuk
21 . papan petunjuk arah
22 . red bridge ..