Bicara tentang polusi, rasanya dunia semakin sesak dan pengab serta panas. Tiap detik kita dihantam oleh gas gas beracun dari kendaraan bermotor, industri, bahkan rumah tangga dll.
Mengungsi kemana agar paru paru kita bertahan lebih lama ? Salah satu tempat " mengungsi " yang semoga masih bisa dipertahankan dan tidak dijadikan mall adalah Kebon Raya. Kebon Raya
Purwodadi Pasuruan adalah tujuan kita, letaknya sekitar 25km dari kota Malang arah Surabaya.
Lega rasanya memasuki gerbangnya, asap asap kendaraan berganti dengan kicauan burung dan gemercik air sungai. Ini adalah sebuah kemewahan yang nyata. Mengitari Kebon Raya yang satu ini memang agak melelahkan kalau kita berjalan kaki karena luasnya. Kecuali memang diniatkan berolah raga membakar kalori.
Jum'at menjelang saat sholat Jum'atan jam 09.30 saya sudah berada di sana, tetapi ternyata matahari sudah cukup terik dengan kelembaban yang lumayan tinggi. Huh .. ini ditengah Kebon Raya saja terasa " sumuk " ( gerah ) , lha bagaimana kalau berada ditengah kepadatan kota semacam Surabaya misalnya? Pemakaian AC di kendaraan itu saja menimbulkan dilema, dipasang itu berarti mempercepat bolongnya ozone, ngga dipasang berarti harus siap keringat berlelehan , atau baiknya membawa kipas sate saja ya ?
Akhirnya karena saya juga bertujuan untuk hunting jepretan, maka saya memutuskan keliling dengan kendaraan guna " mengejar matahari " yang masih cerah ( maklum, lighting andalannya masih alam he he ) . Ditengah kebon, malah ketemu tim prewed sepasang calon pengantin yang
sedang sibuk mengatur gaya dan busana serta make-up. Saya " menyusup " diantara tanaman dan pagar dan berhasil mengambil dua jepretan dari kesibukan crew prewed ini .
Hunting saya lanjutkan setelah beberapa jenis pohon serta akar akar pohon unik sudah saya jepreti dan sekarang menuju arah sungai yang ada disebelah belakang kebon raya ini. Waduh, kalau saja kota Malang tidak digunduli menjadi kota ruko, pasti hijau dan sejuknya seperti kebon raya ini, betapa cantiknya! Rasanya jadi ingin " leyeh leyeh " ( berbaring ) dirumput rumputnya,
apalagi suara serangga dan unggas seperti memanggil manggil untuk tidur dan mimpi ....
Jalanan yang lumayan terawat dan rindang menuju arah sungai akhirnya harus berakhir digerbang Wisata Gunung Baung yang memiliki air terjun terkenal. " Maaf bu, gerbang ini sekarang ditutup, untuk ke air terjunnya ibu harus keluar lagi kejalan raya lalu kekiri, nanti disana ada jalan menuju Gunung Baung dan air terjun itu. Kalau dulu sih memang bisa lewat sini, sekarang tidak lagi ... " , begitu penjelasan penjaga gerbang sewaktu saya ingin meneruskan perjalanan ke air terjunnya. Ya sudah, berarti harus dilanjutkan lain kali.
Saya menuju sungai terdekat yang memiliki jembatan gantung. Dari rapuhnya kayu kayu dijembatan gantung ini, saya perkirakan usianya sudah puluhan tahun bahkan bisa saja seabad lebih mengingat riwayat Kebon Raya nya yang juga sudah ada sejak jaman penjajahan dulu.
( maaf tidak sempat kekantor KR untuk mencari data riwayat KR )
Sungai ini konon " jatuh " dari air terjun yang di gunung Baung, arusnya lumayan deras meskipun terkadang bisa jauh lebih deras lagi pada musim atau saat tertentu. Itulah sebabnya dipasang papan peringatan agar pengunjung tidak mandi mandi disitu.
Ditengah KR ini juga ada camping-ground, lapangan sepakbola, kebon pisang, pusat konservasi flora, kompos, taman bougenville, dll. Juga ada taman kaktus yang dibuat seperti dipadang rumput atau sahara. Setelah tenggorokan terasa kering, saya memutuskan untuk ke kantin KR yang berlokasi didekat pintu masuk. Kantin ini lebih mirip pendopo dan dapat disewa untuk pertemuan dll. Menu yang ditawarkan di kantin ini beragam dan murah meriah, lumayan untuk bersantai sambil menikmati hijaunya pepohonan dan suara serangga atau unggas.
Ribuan jenis tanaman dan pohon yang ada di KR ini sudah tentu tidak sekedar ditanam, tetapi lebih dari itu adalah merupakan perwajahan miniatur kekayaan alam Indonesia di hutan hutan tropis kita yang jutaan HA luasnya. Pertanyaannya : mampukah kita merawat serta mengawalnya dari tangan tangan yang tidak bertanggung jawab agar kekayaan ini tidak semakin menipis dari menit ke menit dan supaya paru paru dunia tetap terjaga?
Sebuah perjalanan yang menyentakkan kita akan mahalnya arti dan nilai sebatang pohon bagi
kelanjutan kehidupan dan peradaban umat manusia.
( Photos by : Titiek Hariati )
Keterangan foto dari atas kebawah :
01. Gerbang masuk Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Malang.
02. Salah satu jalan yang ada di KRP.
03. Kantin tempat pengunjung bersantai didalam KRP.
04. Papan Larangan.
05. Jembatan Gantung diatas sungai Baung didalam KRP.
06. Sungai Baung.
07. Bertemu dengan sebuah tim pre-wed di taman bougenville, KRP, tampak calon pengantin
berbaring ditanah sementara yang berkaos merah adalah lighting-crew dan camera-man
tampak memanjat jeruji besi tanaman bougenville diatas calon pengantinnya ( lihat kakinya yang menggantung ! ) .
08. Sepasang mudamudi yang sedang asyik ditengah KRP.
09. Penunjuk jalan didalam KRP.
10. Jalan didalam KRP kearah sungai Baung.
11. Taman kaktus.
12. Akar akar yang saling berkait.
13. Salah satu kolam dalam KRP.