disatu siang di kedai kopi kecil saya terlibat
debat nggak penting dengan teman yang suka
" otot ototan " alias " ngeyelan " !
pokok debatnya adalah tentang pendapat saya
bahwa teknologi digital yang serba memudahkan hidup
ini akhirnya hanya melahirkan generasi
yang mau mudah disegala urusan saja .
contoh dari ribuan contoh yang ada misalnya butuh :
tranpotasi , makanan minuman , tiket pesawat
hingga bioskop , reservasi hotel dan restoran ,
konsultasi dokter atau ahli hukum dll ,
kangen keluarga atau pacar , beli barang tertentu ,
belanja , melamar pekerjaan dst dst semuanya
hanya dengan klak klik sudah beres !
bandingkan dengan jaman saya yang kemana mana
secara manual dan saat saya menjadi
koresponden Eropa Barat untuk sebuah majalah
di Jakarta saya butuh 2-3 minggu hingga beritanya
termuat karena pengiriman pos
( dalam bentuk hard file ) nya yang lamban !
belum lagi transpotasi kejar berita yang jaman itu di
Jakarta baru ada bus kota jadul dan metromini
yang satu tempat ketempat lain butuh
beberapa jam sehingga keringat sudah bertetesan
saat sampai di sumber beritanya !
generasi saya itu adalah generasi " militan " yang
tidak mudah menyerah karena dibesarkan oleh
banyak kesulitan dan tantangan !
kami meraih segala sesuatu dengan perjuangan
fisik dan mental , beda dengan generasi digital yang kemudahannya bahkan didukung AI yang
seolah pengganti otak !
naa .. disini debat kami berawal karena
teman ngopi saya tadi ngotot bahwa
" justru generasi digital inilah yang lebih militan
karena tuntutan hidup lebih keras dan jaman
menuntut orang lebih
pintar , kreatif dan inovatif ! " .
saya tidak membantah itu tetapi kemudahan yang
diperoleh dari olah teknologi , tidaklah terbantah
bahwa itu menghilangkan daya juang tertentu
karena bersandar pada bantuan teknologi.
misal : bikin proposal atau skripsi bahkan desertasi ,
kalau dulu harus peras otak untuk
mengumpulkan data , menyusunnya dalam
bentuk jurnal dll berbulan bulan ,
foto copy bolak balik , ketik ulang ini itu , eeeee...
saat ini AI dalam sekian menit sudah
menghidangkannya !
ada yang mau membantah ?
maka perdebatan kami nampaknya tak berakhir
mulus sebab masing masing bertahan pada
pendapatnya .
bahwa teknologi itu laksana pedang dua mata .
bergantung yang memakai pedangnya ,
mau dipakai sebagai " sekedar alat bantu " atau
dipakai sebagai " sandaran fisik dan otak " secara
membabi buta alias
" mandeg mikir mandeg usaha " alias
" jadi pemalas " !
pembaca boleh mengisi komentar jika ingin
melanjutkan debat ini karena bagaimanapun
tak ada jalan mundur dari teknologi yang kelak
akan semakin dahsyat yang konon akan
membelah tatanan sosial manusia hanya atas
dua kelas yaitu :
Kelas Atas / Orang Orang Kaya dan
Kelas Kambing / Orang Orang Miskin .
yang kelas menengah akan lenyap karena disitu
berhimpunnya mereka yang kalah teknologi dan
masih bertahan pada jaman seperti saya
alias manual .
mungkin 2045 akan menjawab perkiraan ini ,
dan ketika saat itu saya sudah berpindah tempat
di dimensi lain , tolong kabarkan kepada saya
apakah perkiraan para pakar diatas menjadi
kenyataan dan masuk kelas manakah anda
para pembaca tulisan saya ini ?
( Titiek Hariati , 12.09.24 , jam 11.35 siang )